Film animasi Disney biasanya menyajikan hadir dengan pesan mendalam yang dapat diambil oleh setiap usia. Tak hanya dari cerita, ada juga lagu di dalam film yang membua saya teringat akan suatu pelajaran. Salah satunya adalah film Tangled, yang mengisahkan seorang putri bernama Rapunzel yang hidup terkurung dalam sebuah menara tinggi tanpa pintu keluar.
Lagu
When Will My Life Begin? yang dinyanyikan di awal film sebenarnya menggambarkan
rutinitas harian Rapunzel yang begitu monoton. Di tetapi juga memperlihatkan betapa produktifnya ia walau tinggal di tempat yang
terbatas.
7 AM, the usual morning lineup
Start on the chores and sweep 'til the floor's all clean
Polish and wax, do laundry and mop and shine up
Sweep again and by then it's like 7:15
And so I'll read a book, or maybe two or three
I'll add a few new paintings to my gallery
I'll play guitar and knit and cook and basically
Just wonder, when will my life begin?
Then after lunch, it's puzzles
and darts and baking
Papier-mâché, a bit of ballet and chess
Pottery and ventriloquy, candle making
Then I'll stretch, maybe sketch
Take a climb, sew a dress
And I'll reread the books if I have time to spare
I'll paint the walls some more, I'm sure there's room somewhere
And then I'll brush and brush
and brush and brush my hair
Stuck in the same place I've always been
And I'll keep wonderin' and wonderin'
And wonderin' and wonderin'
When will my life begin?
Jika disimak, lirik lagu tersebut menggambarkan bagaimana
Rapunzel mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas, mulai dari membaca buku,
melukis, bermain gitar, memasak, menyulam, hingga membuat lilit dan bicara perut. Meski terdengar
membosankan, namun ada satu hal yang patut diapresiasi: Rapunzel mampu mengisi
hari-harinya dengan beragam
kegiatan.
Rapunzel mengeluh, "Kapan hidupku akan dimulai?" |
Dibandingkan
dengan Rapunzel yang aktif dan produktif, belakangan saya merasa produktivitas
menurun karena fokus pikiran banyak terdistraksi. Dalam era digital saat
ini, kita seringkali terjebak dalam pusaran media sosial, berita online,
atau video streaming yang seolah tak pernah ada habisnya. Bukan hal yang
aneh jika banyak dari kita merasa produktivitas menurun karena terlalu banyak
waktu yang terbuang untuk hal-hal yang tidak produktif di internet.
Saya sendiri kerap kali merasakan bagaimana sulitnya untuk fokus ketika sedang ada koneksi internet. Gawai di samping meja dengan notifikasi yang berdering atau tampilan layar berkedip sering mengganggu konsentrasi. Padahal, ketika tidak ada gangguan, produktivitas saya jauh lebih tinggi. Misalnya ketika menulis di perjalanan di dalam kereta atau pesawat yang tidak ada jaringan internet, saya bisa menyelesaikan tulisan hingga seribu kata dalam waktu yang singkat.
Rapunzel
mampu menciptakan
rutinitas yang produktif. Hipotesis
saya karena tidak memiliki gawai dan jaringan internet. Ia fokus mengerjakan
hal-hal yang disukainya tanpa terdistraksi notifikasi ponsel. Hal ini
mengingatkan kita bahwa terkadang, untuk mencapai produktivitas maksimal, kita
perlu meminimalisir atau bahkan menghilangkan distraksi.
Bukannya teknologi itu buruk. Justru, teknologi telah
memudahkan banyak aspek dalam kehidupan kita. Namun, penggunaan teknologi yang
berlebihan bisa mengganggu keseimbangan hidup kita. Jadi penting bagi kita untuk menentukan
batasan dalam penggunaan teknologi, terutama saat melakukan pekerjaan yang
memerlukan konsentrasi tinggi.
Kita
semua bisa mengambil hikmah dari kisah Rapunzel. Meskipun terkurung dalam
menara tanpa akses ke dunia luar, ia mampu menciptakan keseharian yang produktif. Bagi kita
yang hidup di era serba digital, mungkin saatnya untuk sesekali “memenjarakan”
ponsel pintar atau memutuskan koneksi internet dalam rangka menciptakan
lingkungan bebas distraksi dan meningkatkan produktivitas.
Komentar
Posting Komentar