Kesan petama amat penting untuk membuat impresi yang membekas. Bagi sebuah karya, hal yang pertama juga penting untuk menarik minat dari para pembaca. Membuat episode pertama pada film serial, chapter pertama dalam sebuah komik, dan bab pertama dalam sebuah novel yang memikat merupakan bentuk tantangan bagi pencipta. Apabila sudah tercantol perhatiannya, penggemar akan dengan senang hati melanjutkan untuk menikmati karya tersebut.
Dalam
membaca komik yang berseri biasanya saya memutuskan akan lanjut membaca atau
tidak setelah melihat chapter yang paling awal. Jika ceritanya membuat
penasaran, saya akan lanjut membaca. Namun, jika tidak ada “klik” saat membaca,
kecil kemungkinan untuk saya meneruskannya.
Salah satu
komik dengan chapter pertama yang membuat saya kagum adalah A Stepmother’s
Märchen. Karya ini adalah sebuah manhwa (komik dari Korea) yang
diadaptasi dari web novel dengan judul yang sama. Bagian yang memikat
saya adalah gaya bercerita dan artwork-nya.
Ceritanya
dimulai dengan kisah ala dongeng pengantar tidur. “Long long time ago in a
country town . . .” Dikisahkan ada seorang gadis berambut merah muda yang memiliki
impian untuk membesarkan ternak dan membuka toko. Namun, impiannya harus terhenti
saat ada bangsawan yang membelinya dan membawanya ke kota. Si gadis dijadikan
istri oleh sang bangsawan.
Bangsawan
tersebut sudah memiliki empat orang anak dari istrinya yang pertama. Istri pertama
tersebut telah wafat. Kedatangan si gadis tidak disukai oleh keempat orang tersebut.
Hingga akhirnya sang bangsawan wafat, kebencian terhadap si gadis terlihat
dengan kentara. Si gadis tetap konsisten menjalankan apa yang diamanahkan oleh
sang bangsawan sebelum wafat. Hingga akhirnya, para anak bangsawan berubah
pikiran dan ingin meminta maaf kepada si gadis. Namun, semuanya sudah terlambat.
Bahasa
yang digunakan merupakan bahasa puitis dan banyak kiasan. Misalnya sang
bangsawan berkata kepada si gadis, “To receive the blessing of this mansion,
you must climb all the stairs you see in front of you.” Si gadis
digambarkan menaiki tangga tanpa henti. Pada beberapa chapter berikutnya
baru dijelaskan apa maksud dari anak tangga yang tidak terbatas itu. Dari chapter
pertama saja menurut saya sudah bisa dikembangkan menjadi sebuah dongeng
seperti Cinderella atau Snow White.
Pemilihan artwork
untuk chapter pertama juga unik. Gaya penggambaran tokohnya berbeda
dengan gaya manhwa pada umumnya. Wajah karakternya digambarkan gelap,
latar belakangnya seperti lukisan, serta balon dialog dan narasinya dibuat
indah. Gayanya cocok untuk menggambarkan sebuah dongeng. Selaras dengan judul Märchen
yang berarti dongeng dalam bahasa Jerman.
Dari dua komponen ini, perhatian saya terpikat untuk melanjutkan ceritanya. Dan ternyata memang seru untuk diikuti. Banyak karya manhwa atau manga lainnya yang sebenarnya menarik untuk diikuti. Namun sayangnya ada beberapa yang kurang berhasil menggaet perhatian audiens dari bagian pertama. Jika ingin membuat pembaca penasaran dengan kelanjutannya, dapat menggunakan gaya bercerita yang menarik dan gambar yang unik seperti contoh A Stepmother’s Märchen.
Komentar
Posting Komentar