Perjalanan memang selalu menyimpan beragam cerita. Ccerita perjalanan saya pada libur Natal tahun 2015 adalah salah satu perjalanan darat yang paling panjang. Sebenarnya bukan karena jaraknya, tetapi karena durasinya yang lama. Perjalanan tersebut ditempuh dalam waktu sebelas jam.
Pada tahun pertama kerja di Balikpapan, kebetulan ada libur
panjang ketika Natal dan Tahun Baru 2015-2016. Saya pun memutuskan untuk pulang
ke Bandung. Namun
karena tiket Balikpapan-Bandung cukup mahal. Saya memutuskan untuk pulang lewat
Jakarta karena tiket Balikpapan-Cengkareng harganya setengahnya.
Saya mengambil penerbangan pukul 7 pagi dan tiba pukul 9. Perjalanan di udara berlangsung lancar. Saya pun langsung
mengambil travel untuk pulang ke Bandung. Kami berangkat sekitar pukul
10 dari Cengkareng. Kendaraan
yang berkapasitas sembilan orang cukup penuh ketika itu.
Sejak tahun 2014, ruas tol Jakarta-Bandung seringkali
macet, terutama karena pembangunan tol layang (yang sekarang bernama tol Mohammad Bin Zayed). Dari durasi yang
biasanya 2-3 jam bisa menjadi 4-5 jam. Saya pun berekpektasi perjalanan akan
memakan waktu cukup lama karena macet.
Ilustrasi Perjalanan di Tol |
Namun, hal yang saya tidak pertimbangkan adalah ketika itu
bertepatan dengan libur panjang akhir tahun. Sangat banyak kendaraan di tol dari Jakarta ke Bandung. Lalu lintas macet parah. Sudah mulai dari keluar tol lingkar
luar, kendaraan padat merayap. Seluruh ruas jalan penuh dengan mobil. Laju
kendaraan kami benar-benar sangat lambat. Kecepatan orang jalan saja bisa lebih
cepat.
Saya ingat ketika itu ada seorang ibu yang bepergian dengan
dua orang anaknya: yang satu anak-anak sekitar 7-8
tahun, dan yang satunya lagi masih bayi dalam gendongannya. Ketika siang hari,
anak-anaknya sudah mulai rewel. Bayinya menangis, kakak yang lebih besar pun
mulai merengek. Meminta
driver untuk menepi ke rest area juga tidak mungkin, karena masih jauh jaraknya. Setelah
mendekati rest area, barulah terlihat bahwa tempat istirahat juga penuh dan
anterannya panjang. Jadi mau ke kamar kecil juga sulit.
Salah satu hal yang saya
syukuri dalah pada hari sebelumnya, saya dibekali roti Nam Min oleh teman saya,
Ridwan. Ia merupakan pemilik toko roti yang legendaris di Balikpapan tersebut.
Memakan roti itu, saya bisa mengurangi rasa lapar selama perjalanan. Saya juga
tawarkan kepada penumpang yang lain.
Hari semakin petang, dan kami belum juga mendekati Bandung.
Namun, seperti kata pepatah, "setelah kesulitan pasti ada kemudahan."
Tepat menjelang maghrib, petugas lalu lintas akhirnya membuka contra-flow.
Seakan sebuah mujizat, mobil kami menjadi yang pertama yang bisa masuk ke jalur
itu, memberikan kami harapan baru. Alhamdulillah, mungkin ini bentuk
dikabulkannya doa para penumpang travel kami. Terutama sang ibu dengan dua
anaknya. Dari jendela, saya
melihat barisan mobil yang panjang di jalur sebelah, dan berdoa semoga mereka
juga mendapat kemudahan seperti kami.
Setelah keluar Tol Cikampek dan masuk Tol Purbaleunyi, arus lalu lintas cukup lancar. Kami pun lega. Kedua anak sang ibu juga sudah tertidur dengan lelap. Akhirnya kami tiba di Bandung sekitar pukul 9 malam. Sebelas jam kami lalui di perjalanan.
Dari perjalanan tersebut, saya mendapatkan banyak pelajaran. Terutama mengenai kesabaran dan bersyukur. Setelahnya jika mengalami kemacetan di jalan, saya akan mengingat pengalaman ini dan mengatakan pada diri sendiri, “Kamu pernah mengalami macet yang lebih parah. Kamu pasti bisa melalui ini.” Seperti kata pepatah, apa yang tidak membunuhmu akan membuatmu semakin kuat.
Komentar
Posting Komentar