Kebanyakan manga merupakan karya serial yang terbit secara berkala, baik mingguan ataupun bulanan. Sang pengarang dengan lihai membuat setiap akhir chapter menggantung sedemikian rupa sehingga membuat pembaca penasaran menunggu kelanjutannya.
Penulisan karakter juga disusun agar menarik. Misalnya pada cerita One Piece, pembaca dibuat ingin tahu latar belakang cerita masing-masing anggota kru Topi Jerami serta menanti-nanti bagaimana mereka dapat meraih impiannya. Seiring bertambahnya jumlah chapter, perlahan pengarang memperlihatkan gambaran masa lalu para karakter.
Selain berbentuk serial, ada juga manga yang hanya terbit dalam satu chapter saja. Jenis ini disebut sebagai one-shot manga. Manga yang terdiri dari satu chapter ini dapat menyampaikan pesan utamanya hanya dalam beberapa halaman saja. Penulis menggunakan narasi, interaksi tokoh, latar tempat, dan alur cerita untuk memperkuat pesan tersebut. Terlepas dari bagaimana pembaca menangkapnya, manga one-shot biasanya memiliki sebuah inti cerita dan pesan yang diangkat.
Di samping memiliki
pesan, kita sebagai pembaca juga dapat belajar konsep mindfullness dari one-shot
manga. Konsep hadir seutuhnya ini memiliki prinsip untuk fokus pada saat
ini dan apa yang dikerjakan sekarang. Jangan terlalu terlarut di dalam masa
lalu dan jangan juga terlalu khawatir atas masa depan yang belum datang. Fokuskan
energi dan pikiran untuk menjalani apa yang terjadi di masa ini.
Manga yang
terdiri dari satu chapter ini biasanya mengambil sebuah titik waktu pada
cerita. Latar belakang tokoh dan kejadian masa lalu tidak digali terlalu dalam.
Cerita di masa depan juga seringkali dilewatkan. Pembaca diajak menikmati
cerita yang terjadi pada waktu tersebut. Tidak perlu tertinggal di masa lalu
dan tidak usah cemas di waktu yang akan datang.
Misalnya,
manga berjudul Gaikotsu to Koi wa Dekiru no ka? (Can You Fall in Love With
the Skeleton?) memberikan gambaran bagaimana pembaca bisa menikmati cerita
dengan hadir seutuhnya pada saat ini. Cerita fiksi fantasi ini dimulai saat
Arwen, seorang petualang yang sehari-hari hidup dari berburu monster, membangkitkan sebuah kerangka pada kastil tua.
Kerangka
hidup itu ternyata adalah mantan putri dari kastil tersebut yang bernama Lucia. Menurut
pengakuan sang putri, seratus tahun lalu ada penyihir jahat yang mengutuknya
menjadi kerangka. Selama satu abad ia tertidur sebelum akhirnya segelnya dilepaskan
oleh Arwen. Untuk mengangkat kutukan tersebut dan mengembalikan Lucia menjadi
manusia, dibutuhkan ciuman dari orang yang mencintainya. Dan Lucia berharap Arwen jatuh hati padanya.
Arwen yang Membangkitkan Kerangka Lucia |
“Loving
a skeleton is impossible,” kata Arwen. Saya mungkin akan berkata hal yang
sama jika berada pada posisi Arwen. Lucia menambahkan bahwa jika setelah tujuh
hari kutukannya tidak terangkat, ia akan menjadi monster tanpa pikiran yang dapat
menyerang orang-orang. Dan Lucia tidak ingin hal tersebut terjadi. Akhirnya
Arwen setuju untuk menjalankan hidup seminggu bersama kerangka Lucia terlebih
dahulu.
Singkat
cerita, tujuh hari berlalu dan ternyata ada plot twist. Hingga akhirnya
cerita ditutup dengan mengharukan. Banyak pembaca yang menitikkan air mata di
ujung cerita. Hanya dengan satu chapter, manga ini dapat memberikan
kesan mendalam bagi saya dan para pembaca lainnya. Kolom komentar dibanjiri testimoni
masterpiece, beautiful, amazing, dan kata-kata pujian lainnya.
Selama
cerita sama sekali tidak disinggung tentang latar belakang tokoh Arwen, apa
yang dia lakukan sebelum sampai di kastil, dan kisah-kisah masa lalunya.
Setelah halaman terakhir, pengarang juga membiarkan para pembaca
menginterpretasikan secara bebas kelanjutan dari perjalanan Arwen. Pembaca cukup
menyimak cerita Arwen dan Lucia selama tujuh hari bersama.
Sepekan Bersama Kerangka |
Pengalaman membaca one-shot manga ini dapat juga direfleksikan pada bagaimana kita menjalankan aktivitas sehari-hari. Hal yang membuat kita tidak dapat menikmati saat ini adalah terlampau memikirkan masa lalu dan cemas akan masa depan. Misalnya, saya akan mengikuti periode pelatihan sebelum keberangkatan (Pre-Departure Training, PDT) selama enam minggu. PDT ini merupakan fasilitas dari pemberi beasiswa untuk melanjutkan studi.
Walaupun belum mulai pelatihan, sudah terasa
beberapa peserta merasakan kegalauan. Ada yang terus-menerus bertanya tentang
dokumen yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Ia bertanya-tanya tentang apakah
dokumennya perlu dilegalisasi lagi atau tidak, hingga apakah kalau sudah pernah
mengumpulkan maka perlu membawa lagi atau tidak. Sebagian bahkan sudah mulai
mengkhawatirkan tentang bagaimana mencari akomodasi yang terjangkau di kota
tempat tujuan studi. Kebanyakan akomodasi di dekat kampus harganya meroket. Biaya hidup dari
pemberi beasiswa bisa jadi tidak cukup untuk hidup. Masalahnya, PDT bahkan belum
dimulai dan berangkat ke universitas masih tahun depan. Kepanikan ini juga menular
kepada peserta yang lain.
Memang,
hal-hal tersebut perlu dipikirkan dan disiapkan dengan baik. Namun, jika sudah
sampai menyita pikiran dan membuat kita tidak fokus terhadap apa yang dikerjakan
saat ini, maka sudah menjadi hal yang negatif. Untungnya, ada salah satu
peserta yang mengingatkan untuk fokus saja kepada PDT dahulu. Nikmati prosesnya,
ambil banyak ilmu, persiapan diri dengan sebaik-baiknya, dan jalin relasi
dengan kawan baru. Masa PDT merupakan waktu yang krusial untuk membekali diri
dengan kemampuan teknis dan nonteknis yang dapat mendukung perkuliahan.
One-shot manga fokus menangkap cerita pada satu titik waktu. Dengan keterbatasan jumlah halaman, tidak terlalu banyak flashback dan cerita masa depan yang dapat diakomodasi. Namun, tetap dapat membuat pembaca menikmati ceritanya. Begitu juga dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, kita perlu lebih membiasakan untuk fokus pada momen sekarang. Jangan terlalu terikat dengan masa lalu dan was-was terhadap masa depan. Dengan begitu, kita dapat menikmati setiap momen yang dijalani.
Komentar
Posting Komentar