Saat saya tinggal di Taipei, saya pertama kali mendengarkan lagu Lemon oleh Kenshi Yonezu. Saya menyukai lagu tersebut karena nada dan liriknya. Setelahnya saya jadi cukup sering mendengarkannya. Kemudian, pada kesempatan lain dan mendengarkan lagu itu di tempat lain juga, otak saya segera melemparkan saya kembali ke Taipei. Saya merasakan aroma udara kota, mendengar hiruk-pikuk jalanan, dan bahkan merasakan suasana kota yang khas.
Fenomena yang sama juga terjadi
dengan lagu Paprika
karya musisi yang sama.
Saya pertama kali mendengarkan lagu tersebut ketika sedang berada di Tainan. Walaupun
saya hanya sekali berkunjung ke kota pelabuhan di selatan Taiwan ini, setiap
mendengar lagu Paprika memori saya memutar kembali ingatan ketika berada
di sana.
Fenomena ini sering disebut
sebagai context-based
memory (memori
berdasarkan konteks),
suatu fenomena ketika sebuah
konteks dapat meningkatkan
pemulihan suatu memori
tertentu. Salah satu cara otak kita menyimpan memori adalah dengan
menghubungkannya dengan keadaan saat itu terjadi. Hal ini bisa mencakup
berbagai faktor, termasuk lokasi tempat kita berada, orang-orang yang bersama
kita, dan bahkan emosi yang kita rasakan saat itu. Semua elemen ini saling
terkait, menciptakan jaringan asosiasi yang membantu kita mengambil memori
tersebut nanti.
Musik merupakan sebuah konteks
yang bisa menjadi pemicu memori yang
kuat karena melibatkan banyak bagian dari otak kita. Ketika mendengarkan
sebuah lagu, terutama jika itu lagu yang disukai, otak kita
tidak hanya memproses suara, tetapi
juga melibatkan pusat emosi, pusat memori, dan lainnya. Jadi jika mendengarkan
lagu tertentu di suatu tempat, otak kita mungkin membentuk asosiasi antara lagu itu dan lokasi
tersebut.
Ketika kemudian mendengar lagu
tersebut lagi, meskipun kita berada
di tempat yang berbeda, otak akan mengambil kembali memori dari lokasi asli
tempat pertama kali mendengarkannya. Ini karena lagu tersebut memicu pemulihan memori yang terkait.
Selain lagu, konteks yang dapat
memingatkan pada sebuah memori dapat beruba hal yang menstimulasi indera lain,
contohnya indera pengecapan. Ketika SMA, salah satu guru saya pernah memberikan
tips agar dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari saat belajar
kita dapat memakan permen karet dengan rasa tertentu, misalnya rasa anggur.
Kemudian saay ujian, kunyah lagi permen karet dengan rasa yang sama. Dengan
begitu ingatan materi yang dipelajari saat persiapan, dapat dimunculkan kembali
saat ujian. Penelitan dari Baker dkk (2004) telah membuktikan hal ini.
Fenomena bagaimana otak kita dapat
membuat, menyimpan, dan mengambil memori berdasarkan konteks yang berbeda sangat menarik. Musik tidak
hanya hiburan, tetapi juga alat yang membantu kita mengingat dan merasakan
kembali pengalaman masa lalu. Bukan hanya melalui musik, fenomena ini juga bisa
kita temukan dalam hal-hal lain yang kita alami sehari-hari, seperti aroma,
rasa, atau bahkan suasana hati. Dengan lebih memahami cara kerja memori
berdasarkan konteks ini, kita mungkin bisa menciptakan teknik belajar yang
lebih efektif, atau sekadar merasakan kembali kenangan indah dari masa lalu.
Referensi
Baker, J. R., Bezance, J. B., Zellaby, E., & Aggleton, J. P. (2004). Chewing gun can produce context-dependents effect upon memory. Appetite 43, 207-210.
Komentar
Posting Komentar