Nama adalah aspek penting dalam identitas seseorang. Seiring dengan perjalanan hidup, kita mungkin mengalami berbagai panggilan dan perubahan dalam cara kita dipanggil. Dalam cerita ini, saya ingin berbagi kisah pribadi tentang perjalanan nama saya, Aditya Parama Setiaboedi, dan bagaimana arti nama serta panggilan yang terkait membentuk identitas diri.
Sejak kecil, saya biasa dipanggil
dengan berbagai panggilan seperti Adit, Ade, atau Ditya.. Meskipun banyak orang
yang menggunakan nama Adit, saya selalu menyebutkan bahwa arti di balik nama
saya sangat bagus. Aditya bermakna "matahari," sementara Parama
berarti "paling unggul" atau "terbaik." Saya merasa bangga dengan
arti yang mendalam dalam nama saya dan tidak ingin diidentifikasi sebagai
panggilan yang umum atau biasa.
Ketika saya naik ke keals 2 SMA, di kelas saya terdapat
tiga orang lain dengan nama Aditya dan satu orang dengan nama Raditya. Ada saya, Aditya Pradita, Aditya
Affandi, dan Raditya Dinarna Untuk membedakan antara kami, kami sepakat
untuk menggunakan nama kedua.
Dalam hal ini, saya menjadi dipanggil dengan nama Parama. Meskipun panggilan
ini berbeda dari yang biasa, saya merasa nyaman dengan panggilan tersebut
karena masih terkait erat dengan nama saya dan memberikan kesan personal yang
kuat.
Ketika saya memasuki dunia
kuliah, saya merasa ingin kembali menggunakan panggilan Adit. Namun, situasinya
agak rumit karena banyak teman dari SMA saya yang juga melanjutkan kuliah di
kampus yang sama dengan saya. Mereka sudah terbiasa memanggil saya dengan nama
Parama, sehingga sulit bagi mereka untuk berubah. Akhirnya, saya memutuskan
untuk tetap menggunakan nama Parama sebagai panggilan saya di lingkungan
kampus.
Terkadang, dalam situasi
perkenalan, orang sering salah memahami atau salah menyebut nama saya. Beberapa
orang mungkin mengucapkan nama saya sebagai "Pratama" karena nama itu
lebih umum digunakan, atau bahkan terjadi kesalahan menjadi "Pakhama"
karena pengucapan saya yang cadel. Meskipun demikian, kesalahan-kesalahan
tersebut tidak pernah mengurangi kebanggaan terhadap nama saya. Sebaliknya,
hal-hal tersebut hanya menjadi bagian dari kisah hidup saya yang unik.
Kebanggaan saya terhadap nama juga
tercermin dalam penggunaan nama asli saat bermain gim. Banyak orang lebih memilih untuk
menggunakan alias atau nama samaran ketika bermain game, tetapi saya lebih suka
menggunakan nama asli Saya merasa lebih terhubung dengan diri saya yang
sebenarnya ketika menggunakan nama Aditya atau Parama saat bermain game, seperti memberikan kesan
autentisitas dalam pengalaman tersebut.
Selain itu, saya merasa penting
untuk mencantumkan nama keluarga dalam identitas saya. Bagi saya, ada bagian
yang hilang jika saya tidak menggunakan nama keluarga. Meskipun tidak ada
hubungannya dengan nama jalan atau nama pahlawan yang sering terkait dengan
nama Setiaboedi, saya merasa bangga dengan ejaan lama nama keluarga saya. Nama
tersebut menjadi simbol dari warisan keluarga yang saya cintai dan menjadi bagian tak terpisahkan
dari identitas.
Dalam perjalanan hidup ini, nama kita adalah sepotong cerita yang kita tulis sendiri. Makna dan arti di balik nama kita membentuk identitas diri kita. Saya bangga dengan nama Aditya Parama Setiaboedi dan panggilan yang melekat pada diri saya. Nama saya membawa makna dan kebanggaan yang tak tergantikan dalam kehidupan.
Komentar
Posting Komentar