Saya, Rodrigo, dan Prasadi melakukan hiking ke Braemar Hill pada Selasa malam. Tempat ini yang juga dikenal dengan sebutan incense stick hill menjadi tempat favorit Rodrigo untuk mencari ketenangan. Menurutnya, selama pandemi ia kerap mengunjungi puncak ini untuk menenangkan diri sambil menikmati pemandangan kota Hong Kong.
Kami berjanji untuk bertemu di Wan Chai pada
pukul 7 malam. Setelah sedikit drama karena keluar di pintu keluar MTR yang
berbeda, akhirnya kami berkumpul di pintu keluar A3 stasiun Wan Chai. Sebelum
berangkat, kami menyantap makan malam di sebuah restoran Turki di dekat
stasiun, yang menunya enak dan cukup terjangkau.
Setelah makan, kami berjalan sejenak menuju
apartemen Rodrigo yang berlokasi di Wan Chai untuk menitipkan tas dan
barang-barang. Dari apartemen, kami berangkat ke Causeway Bay dengan naik bus.
Kami singgah sebentar di Wellcome untuk membeli minuman sebelum mengantre bus
hijau nomor 25 menuju Braemar Hill.
Kurang lebih 10 menit menunggu, bus akhirnya
datang. Sepanjang perjalanan, kami melewati banyak apartemen. Braemar Hill
sendiri adalah area pemukiman. Setelah sekitar 15 menit perjalanan, kami tiba
di ujung jalur bus.
Pemandangan Lanskap dari Puncak |
Mengejutkannya, titik awal
pendakian kami ternyata berada di sebuah gang gelap tanpa penerangan. Awalnya,
saya dan Prasadi ragu-ragu. Namun, setelah diyakinkan oleh Rodrigo yang sudah
sering mendaki di sini pada malam hari, kami akhirnya beranikan diri untuk
memulai pendakian.
Prasadi mengabarkan adiknya melalui pesan bahwa
kami baru saja mulai mendaki. Waktu itu sudah menunjukkan pukul 20.30. Adiknya
pun membalas dengan pesan singkat, "At night?!" Ia merasa
heran dengan keputusan Prasadi untuk mendaki di malam hari.
Kami berjalan di tengah kegelapan, hanya
dibantu oleh senter HP. Beruntung jalanan cukup rata dan sudah disemen.
Untungnya, cuaca malam itu cerah. Jadi permukaan jalan tidak licin. Kami terus
berbicara selama perjalanan untuk mencegah suasana menjadi hening.
Setelah sekitar 20 menit berjalan, kami tiba di area yang kemiringannya cukup terjal dengan banyak batuan besar. Ini adalah tanda bahwa kami sudah dekat dengan puncak. Saat kami tiba di puncak bukit, kami disuguhi pemandangan indah Hong Kong dan Kowloon di malam hari. Kami bisa melihat selat Hong Kong yang airnya sedang tenang.
Di puncak, ada dua orang lain yang juga
mendaki. Setelah mengobrol singkat, kami menawarkan untuk saling memfoto.
Mereka pun pergi tak lama setelah itu.
Untung Ada Pengunjung Lain yang Bisa Diminta Tolong Memfotokan |
Saya setuju dengan Rodrigo. Pemandangan dari
puncak sangat memukau dan menenangkan. Lampu-lampu kota berkelap-kelip, suara
deru kendaraan dan hiruk-pikuk kota tampak hidup dari kejauhan. Angin musim
panas yang lembut menambah kenyamanan. Kami bertiga pun mengobrol santai.
Sayangnya, setelah 15 menit beristirahat, hujan
gerimis mulai turun. Kami memutuskan untuk segera turun sebelum jalanan menjadi
becek. Kami berjalan agak cepat di tengah hujan gerimis. Perjalanan turun
ternyata tidak sampai 15 menit. Kami kembali ke halte bus, dan untungnya ada
mobil yang sudah menunggu. Kami pun segera masuk dan berlindung dari hujan.
Sepanjang perjalanan pulang, kami membahas
betapa serunya pengalaman pertama mendaki gunung di malam hari. Meski sering
digambarkan sebagai hutan beton dengan gedung pencakar langit terbanyak di
dunia, Hong Kong ternyata memiliki banyak tempat hiking, salah satunya
adalah Braemar Hills. Dengan waktu tempuh hanya 20 menit ke puncak, kita bisa
menenangkan diri dan menyegarkan pikiran di sini.
Komentar
Posting Komentar