Tugas kita sehari-hari dalam pekerjaan tak jarang memerlukan kreativitas untuk mencapai hasil yang maksimal. Tak jarang, kita perlu “bermain” di luar batas yang ditentukan, atau bahkan menciptakan cara baru dalam menyelesaikan tugas tersebut. Memang, biasanya ada panduan yang diberikan dalam mengerjakan sesuatu. Namun, tidak semua panduan memiliki detail yang lengkap dan jelas.
Ketika ada hal yang tidak jelas,
kadang kita harus membuat asumsi sendiri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang kita miliki. Asumsi ini penting untuk memandu kita dalam menyelesaikan
tugas. Namun, kita juga perlu berhati-hati agar asumsi yang kita buat tidak
menyesatkan kita dari tujuan awal.
Ada juga kalanya kita perlu melakukan konfirmasi kepada
orang lain, terutama jika mereka lebih tahu atau berpengalaman tentang hal
tersebut. Namun, dalam bertanya pun perlu ada batasannya. Kita tidak bisa
bertanya terlalu detail tentang setiap aspek pekerjaan tersebut. Karena bisa jadi semakin detil pertanyaan,
akan semakin kompleks juga pekerjaannya.
Saya teringat sebuah nasehat yang
pernah diberikan oleh Bu Hasrini Sari, dosen pembimbing saya. Saya sedang menyusun RAB (Rencana Anggaran
Biaya) untuk kegiatan International Virtual Course tentang Product
and Business Development untuk diajukan kepada fakultas. Ada beberapa poin yang ingin saya konfirmasi mendetil ke Direktorat Pendidikan ITB. Beliau
pernah bilang, "Jangan seperti umat Nabi Musa." Beliau merujuk pada
kisah dalam Al-Qur'an ketika
umat Nabi Musa bertanya terlalu detail tentang sapi yang akan disembelih untuk membangkitkan orang mati.
Pada suatu keadaan, awalnya Nabi Musa memerintahkan umatnya untuk
mencari seekor sapi betina. Namun umatnya bertanya seperti apa sapi betinanya.
Ketika dijawab kondisi sapinya, umatnya malah bertanya lagi tentang warna
sapinya. Setelah dijawab bahwa sapinya berwarna kuning, para umat malah
bertanya kembali tentang hakikat sapinya. Akhirnya dijawablah oleh Nabi Musa
bahwa sapi betina kuning tersebut belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan
tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Jadi
dari yang awalnya cukup mencari sapi betina jenis apapun, karena pertanyaan
yang terlalu detil malahan pekerjaan mencari sapi betina yang spesifik jadi
amat sulit. Kisah ini mengajarkan
kita bahwa bertanya terlalu detail dapat menyulitkan diri sendiri dan orang
lain.
Dalam mengerjakan tanggung jawab, perlu ada keseimbangan antara mematuhi panduan yang ada, berani membuat asumsi sendiri, dan bertanya jika memang perlu. Kreativitas dan inisiatif kita dalam menyelesaikan tugas sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, jangan sampai kreativitas dan inisiatif kita menjadikan kita seperti umat Nabi Musa yang bertanya terlalu detail dan akhirnya menyulitkan diri sendiri dan orang lain.
Komentar
Posting Komentar