Budaya saling memberi oleh-oleh ketika pulang dari bepergian sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Indonesia. Namun, ada teman internasional yang pernah kebingungan ketika mengetahui bahwa saya membeli banyak oleh-oleh untuk keluarga, kerabat, dan teman saat pulang dari perjalanan. Mereka bertanya, "Bukankah barang-barang itu akan memberatkan dan merepotkan?"
Saya pribadi tidak keberatan
melakukan ini. Malah, saya sangat menyukai budaya ini. Dari keluarga dan teman,
saya pernah mendapatkan berbagai barang dan mencoba makanan atau minuman dari
tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Sebagai contoh, Ario
memberikan saya magnet kulkas dari Denmark. Yuan juga
pernah memberikan saya
miniatur boneka matryoshka dari Rusia. Kedua teman tersebut adalah teman
seangkatan saya.
Selain itu, Ilham dan Mbak Anggi
memberikan saya sajadah setelah mereka pulang dari umrah di tanah suci. Ketika
Om Mike pulang dari Norwegia, beliau
juga membawakan oleh-oleh berupa coklat dari sana. Saya merasa memberikan
oleh-oleh juga merupakan bentuk sarana berbagi kebahagiaan dan keseruan dari
tempat yang kita kunjungi.
Saya sering melakukan perjalanan
dengan cara backpacking untuk menghemat biaya. Seringkali, saya
menggunakan maskapai penerbangan dengan biaya murah (Low Cost Career, LCC) dan tidak
membeli bagasi. Oleh karena itu, jika saya ingin membawa oleh-oleh pulang, hal
tersebut cukup membingungkan.
Akhirnya, saya menemukan inspirasi
mengenai bentuk oleh-oleh yang cocok untuk diberikan kepada teman-teman saat
pulang dari perjalanan. Ada dua parameter yang saya pertimbangkan, yaitu harus
khas dari kota atau tempat tersebut serta harus personal, disesuaikan dengan penerima oleh-oleh.
Salah satu bentuk oleh-oleh yang
cocok dengan kedua kriteria tersebut, terutama jika berasal dari luar negeri,
adalah kartu pos. Biasanya, di tempat-tempat wisata masih banyak penjual kartu
pos. Kartu pos tersebut biasanya memuat gambar pemandangan, objek, atau hal
lain yang khas dari tempat tersebut.
Kartu Pos Pemandangan Kota Hong Kong yang Sibuk. Saya Memberikannya untuk Teh Sifat (Siti Fatimah) Karena Ingat Kesibukannya yang Banyak |
Kita dapat menulis pesan personal
yang ingin disampaikan kepada orang yang akan menerima kartu pos tersebut. Saya
sering menuliskan pengalaman yang saya temui di tempat tersebut yang
mengingatkan saya pada teman yang akan menerimanya. Di akhir tulisan kartu pos,
saya juga suka menambahkan harapan agar teman tersebut dapat berkunjung ke
tempat tersebut dalam waktu dekat.
Harga kartu pos juga relatif
terjangkau. Selain itu, karena ukurannya hanya satu lembar kertas, kartu pos
tidak akan memakan banyak tempat jika kita membawa banyak oleh-oleh. Kartu pos
ini dapat dikirim melalui jasa pos dengan biaya yang terjangkau. Namun, saya
lebih suka memberikannya langsung kepada teman-teman saya. Pengiriman melalui
pos dapat memakan waktu antara satu hingga tiga bulan.
Oleh karena itu, kartu pos dapat menjadi salah satu alternatif oleh-oleh yang khas dari tempat wisata yang dikunjungi dan dapat ditulis sesuai keinginan kita. Hal ini memberikan kesan personal dan mengingatkan teman-teman kita akan perjalanan yang telah kita lakukan.
Komentar
Posting Komentar