Jawaban
dari sebuah pertanyaan terkadang tidak langsung ditemukan di hadapan. Perlu
menempuh perjalanan untuk menjawab rasa penasaran. Bahkan ada jawaban yang
harus dicari di tempat yang seolah tanpa harapan: Kutub Selatan.
Untuk menjawab pertanyaan tentang mengapa
ibuku harus pergi, seorang siswi SMA memutuskan untuk bergabung dengan tim
ekspedisi penelitian ke Antarktika. Shirase Kobuchizawa adalah seorang anak
yatim piatu dalam anime yang berjudul Sora Yori mo Tooi Basho (A Place Further than the Universe).
Ibunya, yang bernama Takako Kobuchizawa, merupakan seorang peneliti dalam tim
penjelajahan Antarktika. Pada salah satu ekspedisinya, sang ibu dinyatakan
hilang dalam sebuah badai salju. Shirase sejak kecil bermimpi untuk pergi ke
Antartika demi mencari ibunya yang dia percayai masih hidup dan menunggunya.
Shirase bersama tiga orang gadis sepantarannya
akhirnya berhasil terpilih menjadi anggota tim eksplorasi Kutub Selatan dari
Jepang. Hal yang awalnya mustahil—biasanya tim ekspedisi hanya terdiri dari
ilmuan dan peneliti—bisa terjadi karena semangat juang dan kegigihan
gadis-gadis tersebut. Banyak yang bilang mereka menantang maut. Kutub Selatan merupakan daerah dengan temperatur dan kondisi alam ekstrem yang tidak dapat
dihuni manusia. Namun para gadis ini membuktikan bahwa mereka layak menjadi
bagian dari tim yang tangguh. Lara yang dirasakan oleh Shirase sejak kecil pun
terobati setelah menemukan jawaban dari pertanyaannya di Kutub Selatan.
Perjalanan tim ekspedisi ke Kutub Selatan membuka
perspektif saya tentang benua terdingin di muka bumi ini. Sebelumnya saya pikir
Antarktika merupakan tempat berwisata untuk melihat penguin dan bongkahan-bongkahan
es saja. Ternyata suhu di Kutub Selatan sangat rendah. Menarik mie instan
dengan sumpit atau garpu akan langsung membeku. Pisang yang ditaruh di luar ruangan
akan langsung mengeras. Saking kerasnya sampai bisa digunakan untuk pengganti
palu. Kondisi lingkungan yang ekstrem ini membuat Antarktika tidak memiliki
pengguni permanen.
Perjalanan untuk mencapai Antartika juga tidak
kalah beratnya. Dari Pelabuhan Fremantle di Australia, rombongan harus melewati
Drake Passage, sebuah aliran air laut yang memiliki arus yang kencang,
yang akan membuat kapal berguncang-guncang dengan hebat. Ketika melewati aliran
ini, penumpang sampai harus diikatkan kepada kasur. Kalau tidak tubuhnya akan
terlontar-lontar. Hal ini membuat saya jadi mencoret Kutub Selatan dalam bucket
list. Bukan karena sudah dikunjungi, tetapi karena tidak mau mengunjungi.
Anime yang digarap oleh studio Madhouse ini juga
menyinggung tentang dampak perbuatan manusia terhadap keseimbangan alam. Benua
yang sepenuhnya terdiri dari es ini menampilkan dengan sangat jelas dampak
pemanasan global. Banyaknya es yang mencair serta penguin yang kehilangan
habitatnya merupakan beberapa akibat dari peningkatan suhu bumi.
Banyak bencana alam dan anomali cuaca terjadi akibat
perubahan iklim. Kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan kelaparan dan hujan
yang menyebabkan banjir bandang, adalah salah dua contohnya. Kota-kota di
pesisir pantai seperti Jakarta pun rawan tenggelam akibat naiknya permukaan
laut. Tanda-tanda ini menjadi peringatan agar manusia lebih memperhatikan
kelestarian lingkungan dan menjaga keseimbangan alam.
Untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan apakah
pemanasan global benar-benar terjadi atau pertanyaan bagaimana dampak
pemasan global terhadap kehidupan kita, tak perlu jauh-jauh berlayar ke Kutub
Selatan. Misalnya di buku teks pelajaran kita diajarkan bahwa musim hujan di
Indonesia terjadi antara bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau di
Indonesia ada di antara bulan April dan September. Namun yang terjadi saat ini,
musim tidak lagi bisa diprediksi. Bulan Januari dan Februari bisa dilanda
kekeringan parah sedangkan curah hujan yang tinggi terjadi di bulan Juni dan
Juli.
Perubahan iklim dan kepedulian
lingkungan menjadi topik yang semakin penting di dunia saat ini. Kita sering
kali lupa bahwa kita hidup di planet yang rentan dan terus-menerus mengalami
kerusakan akibat ulah manusia. Perubahan cuaca, polusi, dan kerusakan lingkungan lainnya semakin
meningkat, dan keberadaan kita di planet ini terancam. Oleh karena itu, kita
perlu melakukan tindakan yang berkelanjutan dan mengubah cara kita hidup agar
dapat menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari.
Kita juga perlu mengambil
tindakan kecil yang bermanfaat bagi lingkungan, seperti membuang sampah pada
tempatnya, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, dan menanam pohon. Tindakan
kecil ini bisa memiliki dampak besar jika dilakukan secara kolektif. Dengan
mengubah cara kita hidup menjadi lebih berkelanjutan, kita bisa menjaga alam
dan lingkungan agar tetap lestari dan memberikan kesempatan bagi generasi yang
akan datang untuk menikmati keindahan alam seperti yang kita nikmati saat ini.
Perjalanan ke Kutub Selatan di anime A Place Further than the Universe memperlihatkan betapa indah dan rapuhnya alam kita. Kita harus berjuang untuk menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari bagi generasi yang akan datang. Tindakan kecil yang kita lakukan sekarang bisa berdampak besar pada lingkungan dan membantu menjaga kelestarian alam. Semoga kita semua bisa menjadi agen perubahan yang berkelanjutan dan membantu menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari.
Komentar
Posting Komentar