Penulis manga biasanya dapat dengan piawai menggambarkan cerita karakter yang membuat pembaca menyukai karakter tersebut. Apabila karakter tersebut dimatikan oleh sang pengarang seringkali ada pembaca yang merasa sedih karena tidak dapat melihat wajah tokoh kesayangannya lagi. Mengingat tokoh fiksi yang sudah wafat juga terkadang membangkitkan rasa duka bagi para penikmat karyanya. Namun bagaimana jika sang pengarang dengan sengaja membuat pembaca menyukai seorang tokoh yang sudah wafat, dan terus menerus mengingatkan mereka terhadap realita bahwa tokoh tersebut sudah tiada?
Manga berjudul Sousou no Frieren (Frieren at the Funeral) bercerita tentang petualangan seorang elf setelah grupnya mengalahkan raja iblis. Tim tersebut terdiri dari Frieren sebagai mage karena kekuatan sihirnya yang tinggi, Himmel sang ketua kelompok sekaligus hero (pahlawan) yang jago bertarung dengan pedang, Heiter sang priest (pendeta) yang memiliki kekutan penyembuh, dan Eisen sang warrior (ksatria) pengguna kapak yang berperan sebagai penyerang garis depan. Mereka hanya menjalani petualangan bersama selama sekitar sepuluh tahun, tetapi petualangan tersebut sangat berdampak bagi sang elf yang telah hidup selama puluhan ribu tahun.
Tim Pahlawan yang terdiri dari (kiri ke kanan): Heiter, Frieren, Himmel, dan Eisen |
Cerita fantasi ini berfokus pada petualangan Frieren setelah teman-temannya meninggal. Perjalanan tersebut dimulai setelah pemakanan Himmel sang pahlawan. Dikisahkan sudah 70 tahun berlalu sejak berakhirnya petualangan mereka dan Himmel akhirnya tutup usia di umur 95 tahun. Rentang waktu tersebut panjang bagi manusia, tetapi hanya terasa selewat bagi ras elf. Merasa menyesal tidak mengenal Himmel lebih sekat selama ia masih hidup, elf yang masa hidupnya lama ini ingin mencari arti dari hidup manusia yang relatif singkat. Ia berangkat dalam perjalanan menapaki tempat-tempat yang dulu pernah dijelajahinya bersama tim.
Kematian Himmel menjadi katalis dari alur cerita manga yang pernah menjuarai Manga Taishou Award, sebuah ajang pemilihan manga paling begengsi di Jepang, pada tahun 2021 ini. Bagian awal setiap chapter sering diawali dengan frase "sekian tahun semenjak berpulangnya Pahlawan Himmel". Sejak chapter awal tertulis tiga tahun, lima tahun, 20 tahun dan seterusnya hingga chapter 100 dituliskan 31 tahun Pahlawan Himmel telah tiada. Tokoh tersebut selalu dekat dengan cerita.
Bagian Awal Bab yang Selalu Mengingatkan Terhadap Tokoh Himel |
Belum lagi cerita berputar di antara Frieren, si tokoh utama, yang sering flashback tentang Himmel. Misalnya, Himmel yang dulu senang membantu penduduk desa yang dilewatinya, membuat Frieren juga dengan senang hati menawarkan bantuan, walaupun dengan imbalan yang terkesan tidak seberapa. Saat sedang bertarung melawan musuh, Frieren teringat strategi yang pernah diterapkan oleh Himmel dan timnya.
Pengarang juga mengungkapkan bahwa Himmel memiliki rasa cinta terhadap Frieren. Namun karena ketika itu Frieren tidak begitu memperhatikan, ia tidak terlalu menanggapinya. Sekarang, sewaktu sang pahlawan sudah tidak ada sang elf baru menyadari perasaan tersebut.
Himmel Memberikan Hadiah Cincin Kepada Frieren |
Berhadapan dengan tokoh yang telah tiada memunculkan perasaan yang campur aduk. Pahlawan Himmel disinggung di hampir setiap chapter. Ia juga digambarkan sebagai tokoh protagonist yang baik dan senang membantu. Secara romansa, pembaca ingin Frieren yang baru menyadari bahwa ia juga jatuh hati kepada Himmel, bisa berlanjut kisah hatinya. Namun, apa daya, tokoh tersebut telah tidak ada dan interaksi dengannya hanya melalui ingatan Frieren saja. Rasanya sedih karena tahu bahwa tokoh tersebut tidak lagi hidup, tetapi juga penasaran dengan kisah petualangan Frieren untuk menemukan jawaban.
Pengarang rajin mengingatkan kepada pembaca sudah berapa lama sejak kepulangan Himmel dan dalam flashback scene (adegan kilas balik) tokoh ini selalu muncul. Sebagian pembaca mungkin ingin berkata, “Sudah, sudah. Kami tahu kalau sang pahlawan sudah lama tiada. Tak perlu disinggung lagi karena kami akan semakin sedih.” Nampaknya suara hati pembaca tidak sampai kepada perangang yang terus-terusan mengorek luka hati kehilangan tokoh sentral dalam cerita ini.
Hingga akhirnya chapter terbaru yang keluar pada bulan Februari 2023, pengarang memberikan plot twist yang mencengangkan. Frieren sedang memeriksa suatu monumen di sebuah desa yang didatanginya. Ia ingat dulu pernah mendatangi monument yang sudah hancur ini bersama Himmel dan kawan-kawan. Tiba-tiba tablet baru tersebut bercahaya. Frieren tiba-tiba melihat bahwa tablet baru di hadapannya menjadi utuh kembali adan ada suara familiar yang memanggil namanya dari belakang. Ketika menolehkan kepala, terlihat tim lamanya dengan wajah yang masih muda.
Monumen Batu yang Membawa ke Masa Lalu |
Frieren sampai terkejut dan bertanya berapa usia Himmel. Sang pahwalan yang bingung dengan pertanyaan tersebut menjawab kalau usianya sekarang 23 tahun. Chapter ini pun ditutup dengan narasi, “Ini adalah 55 tahun sebelum wafatnya Pahlawan Himmel. Tujuh tahun setelah tim pahlawan ini memulai perjalanannya.” Frieren terbawa ke masa lalu.
Frieren yang Terkejut Melihat Kembali Teman-Temannya yang Masih Muda |
Belum lagi visual manga semakin mendukung perubahan suasana yang dirasakan. Bagian-bagian yang sebelumnya berwarna hitam putih, pada halaman ketika Frieren bertemu kembali dengan Himmel, halamannya diwarnai dengan indah. Jujur, chapter ini membuat saya merinding.
Ketika membacanya dalam hati saya berteriak what?! Selain rasa terkejut ada juga beragam perasaan lainnya. Pembaca sudah mengikhlaskan kepergian sang pahlawan walau pengarang terus menyinggung nama tokoh ini. Pembaca juga memberikan dukungan kepada Frieren agar dapat mencapai tujuannya yang ingin kenal lebih dalam dengan manusia. Namun rasanya hati pembaca belum siap apabila sang elf tiba-tiba bertemu lagi dengan orang yang selama ini ada di pikirannya.
Plot twist yang diberikan sang mangaka cukup mengejutkan bagi pembaca. Tokoh yang sudah lama tiada dan terus diingatkan terhadap wafatnya, malah dimunculkan kembali. Pembaca pun sukses dibuat penasaran dengan lanjutan ceritanya. Kehadiran karakter ini membawa banyak misteri dan pertanyaan bagi Frieren dan pembaca, termasuk apakah karakter tersebut benar-benar kHimmel atau hanya ilusi belaka.
Meskipun demikian, tetap saja ada pembaca yang merasa tidak nyaman dengan cara sang pengarang membuat mereka menyukai dan merindukan karakter yang sudah wafat. Beberapa bahkan merasa bahwa pengarang terlalu sering mengulang-ulang fakta bahwa Himmel sudah tiada dan terus menekankan betapa baiknya karakter tersebut, sehingga terasa seperti sebuah manipulasi emosional yang tidak perlu.
Namun, di sisi lain, ada juga pembaca yang merasa terhibur dan terkesan dengan cara pengarang menghadirkan karakter yang sudah wafat sebagai tokoh yang masih relevan dan penting dalam alur cerita. Mereka merasa bahwa ini adalah cara yang bagus untuk memberikan makna yang lebih dalam pada kisah dan membuat pembaca terlibat secara emosional.
Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa keputusan sang pengarang untuk membuat pembaca menyukai karakter yang sudah wafat dan terus mengingatkan mereka terhadap realitas kematian tersebut adalah sebuah pilihan naratif yang menantang dan berani. Meskipun tidak semua pembaca akan menyukai cara ini, namun hal tersebut berhasil membuat manga Sousou no Frieren menjadi salah satu karya yang sukses dan mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan.
Lagi rame nih bang animenya. Emang bagus ceritanya.
BalasHapus