Awal-awal belajar bahasa Mandarin di Taiwan, saya masih jarang menggunakan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Kosakata yang saya kuasai masih terbatas, jadi agak sulit jika berkomunikasi dalam bahasa Mandarin. Terlebih di Taipei, apabila kita menggunakan bahasa Inggris masih banyak orang yang paham. Berbincang dengan teman sesama pelajar bahasa di kampus pun lebih sering menggunakan bahasa Inggris yang dipahami oleh semua orang.
Momen yang membuat saya berkomitmen untuk berbicara bahasa Mandarin adalah ketika kehilangan tas di bus. Pada suatu hari Sabtu, saya dan beberapa teman sekolah bahasa pulang liburan dari Yehliu, suatu kawasan pantai yang punya geopark sebagai atraksi wisatanya. Kami naik bus dan ingin mampir ke Decathlon, toko yang menjual peralatan olahraga. Saya mengenakan tas ransel dan membawa tambahan tas sepatu yang dijinjing. Kebetulan hari sebelumnya saya baru mendapatkan uang beasiswa dan melakukan tarik tunai. Tempat uangnya saya taruh di dalam tas sepatu karena baru melakukan transaksi dan agar lebih mudah dijangkau. Di dalam kendaraan, saya taruh tas sepatu tersebut di sebuah bidang datar yang ada di belakang kursi supir. Setelah turun dari bus dan masuk ke toko Decathlon, saya baru menyadari bahwa tas sepatu tersebut tidak terambil.
Paniklah
saya mengetahui bahwa tas yang berisi biaya hidup bulanan itu masih tertinggal
di dalam mobil tersebut. Apalagi keesokan harinya saya dan beberapa teman ada
rencana mau wisata kuliner ke Kota Taichung. Bisa batal rencana berlibur dan
bisa sengsara hidup bulan ini, pikir saya.
Teman-teman saya yang lain menenangkan dan membantu untuk menghubungi bus yang baru kami naiki. Untungnya ada aplikasi bus tracker di Taipei, jadi kami dapat melacak kode angkuran tersebut. Pada aplikasi tersebut tercantum nomor telepon operator perusahaan karosesi yang mengelola operasional transportasi publik. Saya pun mencoba meneleponnya.
Saat panggilan terhubung, awalnya saya mulai menceritakan kalau ada barang tertinggal di bis dalam bahasa Inggris. Operator telepon yang mengangkat ternyata kurang paham bahasa Inggris. Saya pun mencoba berbicara dalam bahasa dengan kosakata yang masih terbatas. Kata-kata yang saya ucapkan patah-patah seperti ‘tadi naik bis’, ‘lupa’, ‘tas hitam’, ‘tolong dicek’ dan juga menyebutkan nomor bus yang dinaiki. Untungnya si operator mengerti dan mengatakan ia akan membantu mengeceknya. Ia pun meminta kontak LINE saya untuk dapat dihubungi jika ada update.
Sambil menunggu, awalnya saya berpikir untuk mengikuti bus tadi dengan naik MRT untuk mengejar ke stasiun pemberhentian bus. Aplikasi pelacak bus menyediakan informasi tentang bus stop apa saja yang dilewati dan berapa menit estimasi waktu kedatangannya. Saya juga menceritakan hal ini kepada teman-teman di asrama. Alhamdulillah teman-teman saya suportif, dengan menawarkan menemani untuk mengejar bus. Namun akhirnya saya memutuskan untuk pulang dulu untuk menenagkan diri sambil menunggu kabar dari operator bus.
Chat dari Operator Bus Tentang Lokasi Pengambilan Barang Tertinggal
Di dalam perjalanan pulang, saya mendapatkan pesan di LINE kalau tas saya ditemukan. Tas tersebut bisa di ambil di pangkalan yang alamatnya juga dikirimkan. Lnagsung saya berangkat ke tempat yang diberitahukan. Perasaannya cukup campur aduk. Bahagia karena tasnya ditemukan, tapi ada kekhawatiran juga tentang isi uang di dalamnya.
Setelah sampai di bus pool dan mengisi lembar identitas untuk pengambilan barang, tas sepatu yang berwarna hitam ini akhirnya kembali lagi ke tangan saya. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada operator dan petugas yang berjaga di pos. Saat mengecek tas, isinya masih utuh. Seluruh uang di dompet pun masih lengkap. Saya sangat terkesan dengan kejujuran orang-orang di Taiwan. Kalau tertinggal di tempat lain belum tentu saya masih bisa berjumpa dengan barang ini lagi.
Pool Bus Tempat Semua Bus yang Berhenti Dicek
Saat tiba di rumah, saya menceritakan kabar bahagia ini kepada anak-anak asrama. Tak lupa saya memberi notifikasi kepada teman-teman yang juga menunggu kabar tentang posisi tas yang tertinggal. Rencana ke Taichung keesokan harinya masih bisa dilaksanakan.
Kejadian ketinggalan tas ini menjadi titik balik saya dalam belajar bahasa dari Tiongkok ini. Dalam saya hati saya berkomitmen untuk tidak lagi menggunakan bahasa Inggris saat melangkahkan kaki keluar dari asrama. Jika ada kosakata yang belum dipelajari, saya akan menggunakan kamus seperti Google Translate atau Pleco.
Kelupaan barang di bus memberikan banyak hikmah. Saya menjadi terpaksa bicara bahasa Mandarin hingga akhirnya berprinsip untuk selalu menggunakan bahasa ini ketika di luar rumah. Saya juga mengapresiasi kejujuran dan kebaikan orang-orang di Taipei. Tak lupa bersyukur kepada Allah yang masih memberikan rezeki tas beserta isi dompetnya kepada saya.
Komentar
Posting Komentar