Saat bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) biasanya teman-teman sesama anggota baru merupakan teman seumuran. Tapi ketika mendaftar Unit Kebudayaan Aceh (UKA) di kampus pada taahun 2013, saya bersama mahasiswa baru di Tahap Persiapan Bersama (TPB). Saya satu-satunya anggota baru yang bukan tingkat satu.
Malam Keakraban UKA di Lembang. Sumber: M. Ridha Ridwan |
Merasa Lebih Muda
Ada beberapa hal
unik yang saya rasakan ketika menjadi ca-UKA (calon anggota UKA) pada semester
V. Penerimaan anggota baru di unit ini meliputi perkenalan antar teman
seangkatan, pengenalan budaya, latihan tari tradisional, kegiatan kebersamaan
seperti olahraga dan nonton bersama, hingga berkenalan dengan kakak tingkat. Saya
pun mengerjakan semua tugas seperti membuat buku perkenalan dan catatan
latihan, berfoto dengan sesama ca-UKA 2013 dan meminta profil diri mereka, hingga
mewawancari “kakak tingkat di UKA” yang sebenarnya angkatannya di bawah atau sama
dengan saya.
Berkenalan dengan
teman-teman tingkat awal seru juga. Mendengarkan mereka bercerita tentang aktivitas
kampus seperti belajar Kalkulus, Kimia, Fisika, memulai praktikum, hingga mencari
makan murah di sekitar kostan dan agenda jalan-jalan akhir pekan. Ketika sudah
disibukkan di mata kuliah jurusan, saya sempat kehilangan rasa asyik ikut
kuliah yang dirasakan di awal ketika masih di fakultas. Serasa ada angin segar
berbincang-bincang dengan teman yang lebih muda angkatannya. Apalagi ada ca-UKA
yang beraral dari fakultas yang sama, Fakultas Teknologi Industri. Saya bisa update
apa yang terjadi dan membandingkan dengan pengalaman saya ketika tingkat
satu dulu. Dengan Nadia, ca-UKA dari FTI ini berdiskusi tentang jurusan mana
yang sebaiknya dipilih ketika tingkat dua.
Diospek sambil Mengospek
Menjadi angkatan
yang tertua di ca-UKA 2013 membuat saya dipanggil dengan “Bang”. Ketika latihan
dan diklat anggota, angkatan 2012 yang menjabat sebagai pengurus juga memanggil
saya “Bang”. Angkatan 2012 pada waktu itu sedang mejalankan ospek jurusan. Kebetulan
ada anggota UKA angkatan 2013 yang masuk Keluarga Mahasiswa Teknik Industri, himpunan
jurusan yang sama dengan saya. Yudha di jurusan MRI (Manajemen Rekayasa
Industri) dan Rania bergabung dengan TI (Teknik Industri) angkatan 2012. Ospek
jurusan untuk angkatan 2012 dijalankan oleh angkatan 2011. Jadi ketika di UKA
Yudha & Rania mendiklat saya, ketika di himpunan saya yang membina mereka
berdua.
Lebih Aktif di Unit
Prioritas ketika tingkat
tiga juga biasaya sudah bergeser ke himpunan jurusan atau Keluarga Mahasiswa
(KM) yang merupakan bentuk BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di ITB. Sedangkan
saya yang memilih untuk mengikuti latihan menari rutin di unit yang baru
didaftarkan. Latihan UKA biasanya dilakukan di tunnel, terowongan yang
menghubungkan kampus Ganesha dengan Saraga (Sasana Olahraga Ganesha). Ketika
latihan selesai jam 9 atau 10 malam, saya sering bertemu dengan teman-teman
yang pulang untuk mengambil kendaraan di parkiran Saraga. Responnya pun
bermacam-macam, ada yang kagum, ada yang biasa saja, ada juga yang bertanya “lho,
kok masih latihan nari?”.
Beberapa teman saya
juga mempertanyakan kenapa saya baru daftar unit pada tingkat tiga. Saya pun
bercerita tentang terpukaunya dengan tari Saman dan ingin belajar tarian
tersebut seperti yang dituliskan pada tulisan
sebelumnya. Saya diingatkan kembali tentang kutipan “tidak ada kata
terlambat untuk belajar”. Tidak hanya berlaku untuk konteks kembali ke sekolah atau
mengambil pelatihan keterampilan, tapi juga berlaku untuk mulai belajar menari walau
dengan baru mendaftar UKM saat akan lulus.
Komentar
Posting Komentar