Pekan pertama kuliah offline perdana di ITB sudah berlalu. Kampus sudah mulai ramai dengan mahasiswa. Warung dan toko sekitar kampus kembali buka. Parkiran pun penuh sampai ke jalan raya. Di kelas mahasiswa asyik bercengkrama dengan kawannya. Setelah kelas pun banyak yang masih berkegiatan unit, himpunan atau organisasi lainnya. Rasanya seolah-olah pandemi sudah selesai.
Spanduk Penyambutan Mahasiswa Baru di Kampus Ganesha |
Namun
kami disadarkan kembali bahwa penyebaran Covid-19 belum berhenti. Di awal pekan
ke-2 perkuliahan kami dikabarkan bahwa ada mahasiswa yang terkonfirmasi positif
dari hasil PCR sehingga tidak dapat menghadiri perkuliahan. Untungnya mahasiswa
berinisiatif untuk mengecek dan kebetulan punnya biaya untuk membayar tes PCR
yang sudah tidak ditanggung oleh pemerintah lagi. Gejalanya juga tidak parah
sehingga cukup isolasi mandiri di rumah.
Sayangnya
belum ada penanganan khusus untuk mahasiswa yang absen karena sakit. Karena
kuliah sudah dilakukan secara tatap muka di kelas, jika mahasiswa tidak hadir
maka tidak ada pengganti kelasnya. Sebelumnya ketika masih kuliah daring,
mahasiswa yang terpapar virus dan sedang karantina mandiri masih dapat
mengikuti kuliah online atau nanti dapat menonton rekamannya. Sekarang
mahasiswa yang sakit dan tidak masuk kelas terhitung tidak hadir pada pertemuan
itu dan tidak dapat bergabung secara daring ataupun menonton rekaman kelas.
Ketika
kuliah di Taiwan dosen di kelas memfasilitasi kelas hybrid jika ada mahasiswa
yang sakit. Daripada memaksakan diri datang ke kampus lebih baik mahasiswa
tersebut tinggal di rumah dan bergabung melalui Zoom. Ketika situasi Covid-19 di Taiwan cukup parah, pertambahan
kasus per hari mencapai 80.000. Dan sebelum kampus memutuskan kuliah online,
cukup banyak teman saya yang terpapar virus.
Misalnya
ada teman saya yang persis sebelum kelas mengabarkan kalau demam dan tidak enak
badan. Dosen kami langsung sigap menyiapkan laptop dan membuka room Zoom agar
kawan saya yang istirahat di rumah bisa bergabung secara online. Walaupun
kurang maksimal karena terkadang ketika dosen menulis di papan tulis di kelas tulisannya
tidak terlalu terlihat di layar. Beliau pun tetap aktif melibatkan mahasiswa
yang tidak hadir di kelas. Jadi teman saya tetap dapat menerima materi.
Dua Pekan Kuliah Online Ketika Kasus di Taiwan Mengkhawatirkan |
Di ITB sementara masih belum ada perlakukan khusus bagi mahasiswa yang tidak hadir ke kelas akibat sakit. Dahulu sebelum pandemi pun demikian. Tapi setelah melalui masa pandemi, sudah terbiasa dengan platform video conferencing, dan melihat bahwa di kampus lain memungkinkan mahasiswa yang sedang isolasi tetap mengikuti kelas, seharusnya program studi dan dosen mempersiapkan langkah antisipasi untuk mengakomodasi mahasiswa yang sakit. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa jika mengaku terkonfirmasi Covid-19 ada bukti yang jelas seperti hasil tes rapid atau PCR. Jangan sampai fasilitas kuliah hybrid ini dimanfaatkan mahasiswa yang mengaku sakit padahal ia hanya malas ke kampus dan ingin kuliah dari rumah.
Komentar
Posting Komentar