The Best Sunrise in Taiwan View from Alishan |
“Failling to plan is planning to fail”
Kutipan
yang populer tentang perencanaan ini membuat saya suka menyusun rencana yang
detil sebelum pergi liburan. Saya senang browsing pengalaman berlibur dari
travel blogger dan menonton video
dari travel YouTuber untuk menyusun itenerary dan menghitung budget
yang dibutuhkan untuk wisata ke
suatu tempat. Ketika masih senang solo traveling saya bisa menghabiskan weekdays
untuk mengumpulkan informasi hanya untuk berlibur satu atau dua hari saat weekend.
Perasaan ketika kita berlibur sesuai rencana dan memverifikasi gambar-gambar yang
dilihat dari internet dengan tempat yang dikunjungi membuat hati merasa satu
kepuasan sendiri.
Misalnya
ketika merencankaan one day trip ke Alishan Forest Scenic Area, di
daerah Nantou County, Taiwan, bersama teman-teman belajar Bahasa Mandarin
dari Taipei, saya menyusun rencana detil mulai dari keberangkatan, tempat-tempat
yang akan dikunjungi, waktu istirahat, perjalanan pulang kembali, hingga
estimasi biaya yang dibutuhkan. Rundown ini didapat dari menjelajah
beberapa blog, salah satunya artikel yang ditulis oleh Nick Kembel. Selain
itu saya juga membuat dua buah rencana: Plan A yang jadwalnya agak padat
karena direncakan satu hari dan Plan B yang lebih fleksibel karena
rencana menginap satu malam.
Rencana Liburan ke Alishan Beserta Perhitungan Biaya |
Saya
berprinsip liburan yang baik adalah liburan yang terencana. Bisanya saya kurang
suka kalau berangkat wisata tanpa perencanaan yang matang. Namun ketika liburan
ke Yilan, saya berpikiran lain tentang menyusun rencana liburan. Bersama
teman-teman belajar bahasa juga, satu hari sebelumnya tiba-tiba di grup LINE Mas
Alfin rencana mau ke Yilan, salah satu kota di bagian timur Taiwan yang
berjarak sekitar satu jam dari Taipei. Karena sudah ada yang inisiatif duluan,
saya mengikuti saja dan tidak browsing apa-apa soal destinasi wisata di
kota tujuan.
Kami
berangkat naik bus dari Taipei Main Station dan berencana day trip ke
Yilan. Kebetulan hari itu kami semua tidak ada kelas. Di bus saya baru mulai browsing
tentang tempat mana saja yang menarik untuk dikunjungi di Yilan. Kami tidak
memiliki ambisi untuk mengunjungi banyak tempat. Salah satu yang mau dikunjungi
hanya museum Lanyang, karena salah satu teman kami, Dinia, pernah mendapatkan
foto yang bagus di sana. Selebihnya kami jalan-jalan tanpa rencana yang baku di
awal.
Lanyang Museum di Yilan, yang Arsitekturnya Terlihat Seperti Gedung yang Tenggelam |
Ternyata,
berkeliling tanpa target waktu dan checklist tujuan menarik juga. Kami
berjalan-jalan dengan lebih santai, tidak segan jika ingin masuk ke toko yang tidak
masuk dalam daftar kunjungan atau bahkan mengubah destinasi. Misalnya ketika
berkunjung ke museum Lanyang ada kelompok yang berkumpul untuk naik kapal. Terjata
ada jasa mengantar ke turtle island, salah satu pulau yang ikonik,
karena berbentuk kura-kura beserta tempurungnya, yang terletak tak jauh dari
pesisir pantai. Hampir kami memutuskan dengan impulsif untuk pergi ke pulau
kalau tidak tahu bahwa jadwal keberangkatan terakhir sudah lewat. Ketika hari
menjelang sore, kami pun tiba-tiba ingin mengunjungi pasar malam lokal dan
langsung naik bus ke arah Dongmen night market. Walaupun tidak direncanakan
di awal, tapi kami semua senang karena bisa melihat-lihat bagaimana night
market di Yilan berbeda dengan di Taipei.
Biasanya
kalau berlibur saya agak tertekan karena merasa harus mengejar target untuk
mengunjungi tempat-tempat wisata yang sudah direncanakan sebelumnya. Tapi menjalankan
wisata yang tanpa target di awal menbuat saya lebih rileks dan dapat lebih
mengapresiasi tempat yang dikunjungi karena dapat menghabiskan waktu lebih
lama.
Dengan
keluarga di Bandung, saya pun pernah mengalami hal yang sama. Di satu hari
Minggu saya, Ibu, Tante dan Sepupu ingin jalan ke Pangalengan. Tidak ada rencana
yang strict di awal untuk mengunjungi destinasi mana saja. Jadi
sesampainya di Pangalengan kami hanya mampir untuk makan siang di rumah makan
sate. Setelah perut terisi kami pun pulang ke Bandung lagi. Karena tidak ada
target, saya pun merasa santai saja jika sudah makan langsung pulang. Ketika di
jalan pulang, melewati makam Eril, putra Kang Emil, kami pun secara tiba-tiba
memutuskan untuk ziarah sebentar.
Makam Alm. Emeril Mumtaz Khan di Daerah Cimaung |
Dibandingkan
biasanya kalau sudah menetapkan target liburan, misal kalau ke Pangalengan
harus ke Situ Cileunca, peternakan sapi, atau pabrik KPBS, saya akan kecewa
kalau hanya makan doang. Toh kalau yang berjualan sate di Bandung tak kurang
banyak restorannya. Namun karena tidak dipatok di awal saya pun merasa ringan jalan-jalan
tanpa rencana ini.
Dari dua
sampel pengalaman jalan-jalan tanpa rencana yang saya nikmati, ternyata salah
satu faktor penting yang membuat perjalanan sangat enjoyable adalah
dengan siapa kita berlibur. Ketika di Taiwan, saya berlibur dengan teman-teman dekat
yang sama-sama belajar bahasa, dan di Bandung saya berlibur bersama keluarga. Liburan
kemana pun, baik terencana atau tidak, asalkan bersama orang yang spesial akan
terasa menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar