Beberapa waktu lalu, ketika pergi
ke Pangalengan dengan keluarga mau berziarah ke makam Eril, Putra Kang Emil, ada
hal unik yang saya pelajari dari sebuah rumah makan ayam. Braga, sepupu yang
paling kecil, di perjalanan bilang lapar dan mau makan ayam krispi dan nasi.
Kebetulan ketika lewat Banjaran ada warung Labbaik Chicken. Belilah kami paket
ayam, nasi & kentang untuk Braga. Harganya lumayan terjangkau tetapi di
luar perkiraan ternyata rasanya enak. Kentangnya sudah terasa bumbunya walau
tidak dicocol ke saus. Bumbu ayamnya pun menyerap hingga ke daging, tidak hanya
sampai di kulit krispinya saja.
Kami berencana beli kentang dan
ayamnya lagi ketika pulang. Namun karena macetnya jalan akhirnya kami tidak melewati
jalan yang sama lagi. Tante Puri bilang tentang nanti coba cari ayamnya di
Bandung. Saya yang pernah melihat warung ayam tersebut di Soreang, tapi belum
pernah melihat di Bandung, spontan langsung berkomentar tidak ada ayam Labbaik
di Bandung. Ternyata setelah dicari di Google Maps, ada beberapa cabang di
Bandung, seperti di Antapani, Margahayu dan Cihanjuang.
Ternyata jika kita belum memiliki
informasi tentang suatu hal bukan berarti hal tersebut tidak ada. Beberapa kali
saya mengalami hilang kesempatan karena merasa tidak ada kesempatan, padahal
sebenarnya jika mau mencari informasi sebenarnya ada. Misalnya saya ingin mengikuti
program pertukaran satu semester atau satu tahun di luar negeri. Tapi di awal
sudah mengurungkan niat karena merasa tidak ada sumber pendanaan. Padahal ada
beberapa kesempatan beasiswa yang bisa didaftar. Begitu juga dengan pekerjaan.
Ketika awal pandemi banyak pegawai dirumahkan bukan berarti semua kesempatan
kerja juga tetutup. Masih ada alternatif lain seperti membuka usaha, bekerja freelancer,
atau institusi lain yang masih membuka kesempatan kerja.
Beberapa orang ada yang tidak
mau mencari tahu terlebih dahulu dan langsung memutuskan tidak ada. Misalnya
ketika berkunjung ke negara lain yang bukan mayoritas muslim ada orang yang langsung
beranggapan bahwa tidak ada makanan halal. Kemudian dengan basis itu ia membenarkan
diri untuk mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Padahal jika mencari menggunakan
kata kunci “halal near me” atau “halal restaurant” di Google Maps
banyak hasil pencariannya.
Pada konteks kontribusi terhadap
ilmu pengetahuan, ilmuan dan para tokoh zaman dahulu pun tidak berhenti karena
tidak tahu, mereka justru mencari tahu. Misalnya sebelum mikroskop ditemukan,
banyak yang berpikir bahwa penyakit disebabkan oleh udara yang buruk.
Setelahnya baru diketahui bahwa ada mikroorganisme kecil yang tak kasat mata
yang dapat terdistribusi melalui udara dan menularkan penyakit.
Oleh karena itu, jika belum tahu mengenai sesuatu jangan langsung berkata bahwa hal tersebut tidak ada. Kita perlu cari tahu informasinya terlebih dahulu, minimal dengan Googling atau bertanya kepada orang yang lebih tahu.
Komentar
Posting Komentar