Keberhasilan suatu serial manga
dalam memikat pembaca biasanya akan membuat manga tersebut dielu-elukan
untuk diangkat menjadi film animasi oleh para fans. Gambar bergerak yang
disertasi dengan aktor pengisi suara dan musik latar yang mendukung akan dapat
dinikmati lebih banyak orang dibandingkan hanya membaca lembaran hitam putih. Tapi
ada beberapa karya manga yang menurut saya tidak cocok dijadikan anime.
Adalah Yotsuba&! (Yotsubato!)
yang merupakan salah satu manga yang lebih cocok dibiarkan dalam versi kertas
dan pensil dibandingkan diangkat menjadi tayangan TV. Manga bertema slice of life ini mengisahkan
kehidupan Yotsuba, seorang anak berusia lima tahun, yang tinggal bersama
ayahnya dan bertetangga dengan keluarga yang memiliki tiga orang anak
perempuan. Potongan cerita yang diangkat pun tak jauh dari aktivitas sehari-hari
seperti makan malam, bermain di taman, dan berbelanja. Sang pengarang entah
bagaimana dapat menampilkan bagaimana dunia terlihat dari mata seorang anak
kecil. Ia dapat menggambarkan bagaimana trashbag dapat menjadi dress seorang
princess dan aktivitas mengumpulkan batu menjadi kegiatan yang seru. Humor
dan poin yang ingin disampaikan pada manga bisa jadi tidak tertangkap
sepenuhnya jika diadaptasi menjadi anime. Dan ternyata sang pengarang
juga memilih untuk tetap membiarkan Yotsubato! Hanya versi manga saja.
Yotsuba&! (Yotsubato!) |
Emosi yang dilibatkan dalam manga
ini sangat kental. Tiap-tiap panel pada manga dapat membuat pembaca
merasakan emosi yang kaya, seperti rasa senang ketika Yotsuba mendapatkan
oleh-oleh buah, rasa bebas ketika mengunjungi perternakan sapi, rasa berdebar
ketika terbang dengan balon udara, hingga rasa lelah setelah memancing seharian.
Selain itu, humor yang disampaikan pada manga komedi ini menggelitik dan dapat
dimengerti semua usia. Saya saja jadi cekikikan seperti anak kecil saat membaca
lelucon situasional pada tiap chapter-nya.
Komentrar Polos Yotsuba Ketika Diajak Ikut Free Trial Kelas Yoga |
Misalnya ada chapter yang menceritakan nenek Yotsuba mengunjunginya di kota dan menghabiskan beberapa hari bersamanya. Selama bersama nenek, Yotsuba diajarkan banyak hal, mulai dari membersihkan rumah, origami, menjahit, hingga memasak. Sang gadis kecil sangat sayang dan lekat dengan neneknya. Dan hari ketika sang nenek pelu kembali ke kampung halaman, Yotsuba menangis dan meronta-ronta agar sang nenek tidak jadi pulang. Namun akhirnya setelah diberikan penjelasan yang menyentuh hati oleh sang nenek, Yotsuba paham dan merelakan kepergiannya. Di akhir chapter digambarkan Yotsuba berdiri di depan rumah untuk mengantarkan nenek pergi dengan taksi ke stasiun. Tidak ada dialog di sana, hanya ada beberapa panel gambar, namun emosi yang dirasakan Yotsuba juga dapat ditangkap oleh pembaca. Saya pun ikut terharu setelah membacanya. Bentuk penggambarkan emosional ini yang mungkin tidak dapat diekspresikan secara sempurna oleh anime.
Panel Ketika Sang Nenek Akhirnya Pulang ke Kampungnya |
Adaptasi menjadi serial anime merupakan salah satu prestasi yang membanggakan bagi sebuah manga. Namun tidak semua manga layak diadaptasi menjadi film animasi karena ada karya yang lebih cocok dinikmati dalam versi asli gambar hitam putih.
Komentar
Posting Komentar