Di Indonesia pada umumnya jenjang
pendidikan S2 diselesaikan dalam waktu dua tahun. Tapi Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan beberapa perguruan tinggi lain menyelenggarakan program fast
track (jalur cepat) yang memungkinkan menempuh program magister dalam waktu
satu tahun. Program ini merupakan program untuk melanjutkan S2 langsung dari S1
di jurusan yang sama selama 5 tahun, 4 tahun untuk menyelesaikan S1 dan 1 tahun
berikutnya untuk jenjang S2. Karena menawarkan durasi yang singkat untuk mendapatkan
gelar sarjana dan magister sekaligus, program ini cukup diminati.
Ada beragam keunggulan jika mengikuti program ini. Di jurusan Teknik Industri & Manajemen Rekayasa (TI-MR) ITB misalnya, banyak mahasiswa fast track yang lebih mudah dalam mencari topik thesis karena tinggal melanjutkan Tugas Akhir (skripsi). Mahasiswa juga sudah familiar dengan sistem administrasi di ITB, familiar dengan lingkungan kampus, hingga kenal dengan dosen-dosen yang mengajar sehingga mudah beradaptasi ketika beralih ke tingkat S2. Terlebih di kampus ini ada fasilitas beasiswa voucher bagi mahasiswa fast track yang membebaskan uang kuliah. Bagi penerima beasiswa Bidik Misi yang mendaftar pada program ini pun dapat mengajukan beasiswa lagi hingga 1 tahun perkuliahan S2.
Syarat bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti fast track cukup mudah, IPK minimal 3,00. Sejak semester 7 di S1, mahasiswa mulai mencicil mengambil mata kuliah wajib dan pilihan S2. Total SKS yang perlu diambil pada jenjang S2 sebanyak 36 SKS. Pada semester 7 dan 8 mahasiswa mulai mengambil 6 SKS S2 masing-masing semester (total 12 SKS), sehingga ketika masuk perkuliahan S2 hanya tinggal mengambil 24 SKS saja (12 SKS/semester). Inilah yang membuat peserta fast track dapat lulus lebih cepat.
Di angkatan saya cukup banyak yang awalnya tertarik mengikuti program fast track. Kalau tidak salah ada 12 orang. Semester 7 kami semua mengambil mata kuliah wajib Statistika Multivariat (3 SKS) dan Metode Optimasi (3 SKS). Pada semester 8 kami mengambil kuliah pilihan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan minat dan rencana topik penelitian. Saya sendiri memilih mata kuliah Perancangan Jasa dan Berpikir Visioner sebagai mata kuliah pilihan. Oh ya, mata kuliah Berpikir Visioner ini merupakan salah satu mata kuliah pilihan yang paling saya suka!
Sayangnya, dari 12 orang yang mendaftar fast track tidak semuanya benar-benar melanjutkan programnya hingga akhir, termasuk saya sendiri. Sebelum lulus alhamdulillah saya mendapatkan tawaran kerja di Total, salah satu perusahaan migas, di Balikpapan. Dan saya memutuskan untuk menerima tawaran yang menarik itu. Beberapa teman lain juga ada yang berhenti program fast track karena alasan yang sama, sudah diterima bekerja. Sebagian yang lain ada yang sudah lelah dengan mengerjakan Tugas Akhir dan ingin rehat dulu, baik dengan bekerja atau memulai usaha. Hingga akhirnya hanya lima orang yang menyelesaikan program fast track di angkatan kami.
Kebetulan di tahun 2021, peminat program fast track di jurusan TI-MR ITB cukup banyak. Ada 16 orang angkatan 2018 yang tercatat untuk mendaftar. Seingat saya angka ini merupakan jumlah pendaftar fast track terbanyak di jurusan ini. Beberapa ada yang bilang ingin langsung melanjutkan S2 dan tetap berkuliah dahulu karena situasi job market yang cukup sulit akibat pandemi. Harapannya setelah selesai S2 setahun lagi pandemi sudah lebih terkendali dan kebutuhan lapangan kerja mulai terbuka lebar kembali.
Apakah saya akan menyarakankan untuk mengikuti program fast track? Sebenarnya program ini baik dan tujuannya bagus. Hanya dalam waktu 5 tahun kita bisa menyelesaikan pendidikan jenjang S1 dan S2 sekaligus. Tapi sebelum kita memutuskan untuk mendaftar program fast track perlu disesuaikan lagi dengan tujuan kita. Jika kamu ingin menjadi profesional di perusahaan atau pemerintahan, memang lulusan S2 punya leverage points. Pada beberapa perusahaan dan instansi pemerintahan, standar remunerasi bagi rekrutmen S2 berbeda dengan lulusan yang direkrut dengan ijazah S1. Tapi ada juga organisasi yang tidak membedakan lulusan S1 dan S2 hanya dari gelarnya saja, namun lebih melihat pengalaman kerja sebelumnya. Jika kamu ingin menjadi akademisi, lebih cepat menyelesaikan pendidikan magister bisa jadi lebih baik. Di angkatan saya ada lulusan fast track yang sekarang menjadi dosen di kampung halamannya. Jika kamu ingin memulai usaha, langsung lanjut S2 juga bisa jadi alternatif untuk me-refine ide bisnis, memperluas jaringan, hingga memanfaatkan status mahasiswa untuk mengikuti kompetisi dan mencari pendaaan kepada investor. Namun jika kita ingin langsung bekerja untuk segera mendapatkan penghasilan atau ingin mendapatkan pengalaman berkuliah yang berbeda dengan kuliah di luar negeri, bisa jadi opsi fast track kurang sesuai untuk kita.
Program fast track untuk
menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 dalam 5 tahun memang menarik. Keputusan
untuk mengikuti atau tidaknya perlu dikembalikan dengan tujuan pribadi kita. Atau
jika masih bingung bisa bercerita juga kepada kakak tingkat yang sedang atau
sudah mengikuti fast track atau berkonsultasi kepada dosen wali agar mendapatkan
insight yang lebih dalam.
Komentar
Posting Komentar