Langsung ke konten utama

4 Alasan Batal Fast Track di ITB

Sebelumnya saya telah bercerita mengenai program kuliah fast track di ITB. Pada artikel tersebut tertulis bahwa akhirnya saya memutuskan untuk tidak meneruskan fast track S2 di ITB. Tulisan ini akan lebih bercerita mengenai apa yang saya rasakan ketika menjalani fast track di jurusan Teknik dan Manajemen Industri ITB, walau tidak selesai. 

 

1. Tak Terlalu Dekat dengan Teman S2

Mulai dari semester 7, peminat fast track sudah harus mengambil dua mata kuliah wajib S2. Kelas yang kami ikuti digabung dengan mahasiswa S2 jalur biasa yang baru masuk. Karena jumlah mahasiswa satu angkatan S2 cukup banyak, jadi kelas wajib ini pun dibagi menjadi dua kelas paralel. Jika mahasiswa S2 reguler dibagi kelasnya berdasarkan NIM (ganjil-genap atau awal-akhir), mahasiswa fast track dibebaskan memilih kelas yang jadwalnya cocok.

Walaupun masuk ke kelas S2, tapi saya tidak begitu kenal dengan teman-teman S2. Salah satu alasannya karena beda kesibukan. Di saat mahasiswa S2 reguler hanya mengambil 12 SKS, kami yang fast track mengambil 22 atau bahkan 24 SKS. Apalagi ketika semester 7 ada beberapa mata kuliah  yang mengharuskan kerja kelompok secara intens dengan teman-teman S1, seperti PPST (Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi), PMR (Praktikum Manajemen Rekayasa), serta PRI (Proyek Rekayasa Interdisiplin) yang menuntut bekerja sama dengan jurusan-jurusan lain di FTI (Fakultas Teknologi Industri). Oleh karena itu saya dan teman-teman fast track lainnya jarang bisa ikut berkumpul atau belajar bersama dengan teman-teman S2. Karena belum terlalu dekat, saya sempat khawatir apabila nanti sudah bergabung menjadi mahasiswa S2 setelah lulus S1, apakah dapat berinteraksi dan akrab dengan teman-teman S2 ini.

 

2. Mencicil Mata Kuliah S2 sejak S1

Mata kuliah wajib yang perlu diambil mahasiswa fast track dari daftar mata kuliah Magister Teknik dan Manajemen Industri adalah Statistika Multivariat dan Metode Optimasi. Konten kuliah Statistika Multivariat mirip seperti gabungan mata kuliah Statistika I dan Statistika II di jenjang S1. Pada mata kuliah ini kami juga membelajari beberapa teknik analisis statistika lanjutan seperti analisis klaster, diskriminan, konjoin, hingga MDS (Multi-Dimensional Scalling). Metode analisis statistika tersebut sudah dipelajari di mata kuliah Riset Pasar yang didapat di semester 5 pada kurikulum S1 Manajemen Rekayasa (MR).

Jika Statistika Multivariat merupakan gabungan dari beberapa mata kuliah Statistika di S1, mata kuliah Metode Optimasi merupakan gabungan dari Operation Research (OR) I dan OR II. Atau di kurikulum S1 MR nama mata kuliahnya adalah Metode Kuantiatif I dan Metode Kuantatif II. Apalagi yang mengajar Pak Suprayogi, sama dengan dosen yang mengajar saya sebelumnya. Mengikuti kelas ini, saya jadi merasa diingatkan kembali mengenai teknik-teknik untuk optimisasi serta di-refresh materinya. Dengan mempelajari dua kuliah wajib S2 ini kepercayaan diri saya naik untuk dapat menyelesaikan S2 nantinya dalam waktu 1 tahun saja.

Pada semester 8, mahasiswa fast track perlu mengambil 2 mata kuliah pilihan. Mulai dari sini grup teman-teman fast track angkatan saya mulai terpencar karena mengambil mata kuliah yang berbeda-beda sesuai ketertarikan dan rencana topik penelitian nantinya. Saya memilih mata kuliah Perancangan Jasa, karena tertarik untuk mengembangkan bisnis di bidang jasa, dan Berpikir Visioner, karena judulnya menarik. Mata kuliah pilihan S2 bisa diambil oleh mahasiswa S1 juga. Cukup banyak teman angkatan dan adik kelas yang mengambil mata kuliah pilihan S2 sebagai mata kuliah pilihan dalam prodi (dengan kode TI).

Salah satu hal yang membuat kegalauan saya untuk melanjutkan program fast track adalah karena pernah ada satu pertemuan kuliah S2 yang diajar oleh asisten lab (S1). Asisten tersebut hanya menggantikan dosen untuk menyampaikan materi. Hmm . . . kok mata kuliah S2 malah yang masuk mahasiswa S1 ya. Bagi saya, karena yang kebetulan waktu itu masuk kelas adalah dua orang teman seangkatan, tidak masalah. Tapi bayangkan mahasiswa S2 yang mungkin berpikiran lain. “Kok yang mengajar kelas ini di S2 bisa mahasiswa yang bahkan belum lulus S1?”.

 

3. Bingung Menentukan Penelitian TA & Thesis

Semester 8 biasanya mahasiswa S1 sudah lebih fokus mengerjakan Tugas Akhir (TA). Beban penelitiannya cukup berat baik untuk tubuh maupun mental. Mahasiswa fast track sangat dianjurkan agar memilih topik penelitian S1 yang bisa langsung dilanjutkan untuk penelitian S2. Ketika teman-teman yang lain setelah selesai sidang TA bisa lega, hore-hore, dan menanti wisuda, mahasiswa fast track masih perlu bimbingan untuk menulis thesis. Jadi tidak ada jeda untuk rehat setelah selesai sidang TA.

Gara-gara memikirkan topik TA agar bisa lanjut Thesis, saya jadi cemas terhadap masa depan dan tidak fokus terhadap penelitian TA yang sedang dikerjakan. Bahasa lainnya saya tidak mindfull atas apa yang dikerjakan dan terjadi saat ini.

 

4. Semester 8 yang Tak Bebas

Selain kegalauan atas topik TA ketika menjalani fast track di semester 8 juga saya sempat galau melihat teman-teman angkatan yang lain. Mereka yang tidak ikut fast track dan hanya tinggal mengambil TA saja biasanya punya waktu yang lebih luang. Sebagian teman ada yang mendaftar magang untuk mencari pengalaman kerja. Sebagian yang lainnya mengambil pilihan student exchange ke luar untuk memperkaya international exposure. Sedangkan saya yang masih harus mengambil kuliah tidak bisa ikut kegiatan-kegiatan lain. Belum lagi sekarang dengan adanya program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) banyak program menarik yang ditawarkan bagi mahasiswa untuk belajar di luar bangku kelas, mulai dari pengabdian masyarakat, kewirasusahaan, magang, pertukaran pelajar, hingga proyek pribadi. Jika mendaftar sebagai mahasiswa fast track, hampir pasti ketika semester 7 dan 8 kita tidak dapat bergabung dan mengikuti keseruan program MBKM.

 

Dengan beberapa kegalauan untuk lanjut atau tidaknya fast track yang terpupuk pada semester 7 dan 8, akhirnya gongnya berbunyi ketika saya mendapatkan kerja sebelum wisuda. Saya memutuskan untuk mengambil tawarn kerja sebagai Human Resource Officer di Total Balikpapan dan meninggalkan jalur fast track yang sudah setengah jalan. Dan alhamdulillah sampai sekarang saya tidak menyesali keputusan ini. Malahan berani untuk mengambil pilihan untuk kerja di Kalimantan ini merupakan salah satu pilihan terbaik yang saya syukuri.

Ada banyak pertimbangan jika mahasiswa S1 ingin mendaftar ke dalam program fast track. Program ini menarik dan baik juga, asal disesuaikan dengan kebutuhan dan rencana dari masing-masing mahasiswa. Pengalaman yang saya tuliskan hanya berlaku pada diri saya dan belum tentu bisa relate dengan semua orang. Di angkatan saya ada 5 orang yang berhasil menyelesaikan program ini, ada Rizqa, Vincen, Dhira, Aul, dan Indra. Jadi ada orang yang cocok dengan fast track dan sebagian lainnya kurang cocok dengan program ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan insight tambahan bagi teman-teman sebelum mendaftar program fast track di ITB. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Tebak-Tebakan Seru Beserta Jawabannya

Ketika berkumpul dengan teman-teman, obrolan bisa lebih asyik apabila ditambahkan tebak-tebakan seru. Beberapa orang menyebutnya tebak-tebakan kegoblogan karena seringkali jawabannya tidak logis. Di beberapa perguruan tinggi, seperti ITB, permainan ini popular untuk diajarkan taplok (tata tertib kelompok) atau mentor kelompok kepada mahasiswa baru ketika sesi orientasi kampus. Berikut adalah beberapa tebak-tebakan yang popular beserta jawabannya. 1. Black Magic Sebenarnya tidak hanya Black Magic, namun dapat berupa Blue Magic, Polkadot Magic , dll. Intinya, warna yang ditentukan oleh Game Master (GM). Istilah Game Master maksudnya orang yang memberi tebak-tebakan pada permainan. Biasanya GM akan dibantu oleh seorang asisten. GM akan disuruh menutup mata, kemudian orang lain memilih sebuah barang. Dengan dibantu asisten, GM akan berhasil menebak barang yang dipilih. Lalu GM akan bertanya bagaimana caranya. Jawabannya adalah asisten membantu GM menebak dengan menyeb...

Tips Membuat Cue Card MC yang Keren dengan Mudah, Murah, dan Tahan Lama

Bagi seorang pembaca acara (MC) cue card merupakan salah satu barang yang wajib di bawa untuk melancarkan penampilan. Biasanya sang pembaca acara menuliskan susunan acara, nama dan gelar pembicara, serta hal penting lain mengenai acara yang sedang dipandu. Cue card   (sebagian orang menyebutnya que card ) ini tidak hanya berguna bagi MC, tetapi juga bagi moderator atau public speaker untuk mencatat poin-poin penting yang akan disampaikan ketika berbicara. Ketika tes IELTS, bahkan kita akan diminta membuat cue card sebelum melakukan long speech selama 1 s/d 2 menit di tes speaking part 2. Cue card yang tidak disiapkan dengan baik seringkali akan mengganggu penampilan ketika di atas panggung, bisa karena ukurannya yang terlalu besar atau terlalu kecil, desainnya yang kurang menarik atau alasan lainnya. Pengalaman saya memandu sebuah acara sharing session di sebuah kompetisi keilmuan jurusan Teknik Industri beskala internasional, panitia membuatkan cue card yang seukuran ¾ kali ...

Contoh Teks MC & Naskah Acara Pelepasan Jenazah

Acara pelepasan jenazah merupakan acara penghormatan terakhir bagi seseorang yang berperan penting dalam sebuah organisasi. Acara ini umum ditemui di institusi pendidikan sebagai bentuk apresiasi dan tanda hormat bagi guru besar (profesor). Acara ini merupakan acara formal dengan suasana yang khidmat dan duka. Urutan acaranya biasanya terdiri dari: Kedatangan jenazah Sholat jenazah Pembacaan riwayat hidup Sambutan keluarga almarhum Sambutan dan pelepasan dari pemimpin Ucapan belasungkawa dari tamu Untuk memudahkan MC dalam memandu jalannya upacara pelepasan jenazah ini, berikut adalah script untuk MC. Bagian yang dicetak tebal dan miring tinggal diganti sesuai dengan konteks siapa yang wafat. Silakan disesuaikan dengan kebutuhan acara kawan-kawan. SCRIPT MC ACARA PELEPASAN JENAZAH (Nama lengkap dan gelar) Hari, tanggal 1.        Announcement Jenazah memasuki ruangan acara, hadirin dipersilakan untuk berdiri. Hadirin dipers...