Agar dapat menjadi ahli di sebuah bidang, dibutuhkan sejumlah waktu dan pengalaman yang diakumulasi. Teman-teman di Teknik Industri mempelajari konsep learning curve (kurva pembelajaran), sebuah grafik yang merepresentasikan hubungan antara seberapa mahir seseorang dalam mengerjakan sesuatu dengan jumlah pengalaman yang mereka punya.
Terdapat dua jenis kurva
pembelajaran: steep curve (kurva curam) dan shallow curve (kurva
landai). Kurva curam menggambarkan bahwa orang tersebut mencapai level
kemahiran yang tinggi lebih cepat, atau bisa dibilang penguasaan terhadap ilmu
atau keahlian tersebut lebih mudah. Kurva yang landai mencerminkan bahwa waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai tinggat keahlian yang tinggi dalam mempelajari
ilmu atau kemampuan baru cenderung lebih lama, atau sulilt untuk mempelajarinya.
Persamaan dari kedua kurva tersebut adalah untuk mempelajari sebuah ilmu atau
skill baru sama-sama dibutuhkan akumulasi waktu dan pengalaman.
Model Learning Curve |
Model learning curve ini
dapat dijumpai pada berbagai bidang. Ketika membuat origami bangau
pertama kali, seorang anak dapat menghabiskan cukup lama waktu hingga lipatan
kertas berbentuk burung tersebut terbentuk. Namun jika ia sendiri membuat 1000 origami,
ketika sudah membuat bangau ke-500 waktu yang dibutuhkan biasanya akan lebih
cepat. Seorang karyawan yang diminta mengerjakan sebuah tugas, jika sudah
terbiasa dan sudah mengerjakannya berulang kali biasanya waktunya akan lebih
cepat dan bisa jadi hasilnya lebih baik.
Lerning curve juga dapat terlihat pada mangaka
(penulis komik dari Jepang) dalam menggambar karyanya. Chapter yang
diterbitkan di awal biasanya memiliki kualitas gambar yang baik. Semakin banyak
chapter yang dikeluarkan, biasanya akan terlihat perubahan kualitas
gambar menjadi lebih baik lagi. Peningkatan ini biasanya paling terlihat pada
desain karakter. Semakin banyak menggambar karakter, pada chapter terbaru
biasanya wajahnya menjadi lebih refined, tubuh dan pakaiannya menjadi
lebih banyak detil, hingga ekspresi wajahnya lebih tergambar. Hal ini dapat biasanya
terlihat signifikan pada shounen manga yang ceritanya panjang seperti Bleach,
One Piece, dan Naruto.
Jika mengikuti dari awal dan membaca chapter demi chapter setiap pekan, perubahan artstyle ini mungkin tidak akan terlalu terasa. Namun jika dibandingkan bersebelahan, perubahan ini akan terlihat signifikan, seperti pada contoh tiga manga berikut:
Perbandingan Penggambaran tokoh Naruto pada serial Naruto |
Perbandingan Penggambaran tokoh Deku pada serial Boku no Hero Academia |
Perbandingan Penggambaran tokoh Luffy pada serial One Piece |
Tidak dapat dipisahnya dengan jelas pada chapter berapa art-nya benar-benar berubah, karena biasanya perubahan tersebut inkremental, tidak berubah drastis dalam satu chapter. Hal ini terlepas dari timeskip yang biasanya membuat desain karakter berubah karena usia yang bertambah. Namun peningkatan kualitas ini ada dan terus bertambah seiring bertambahnya pengalaman sang kreator dalam menggambar komik.
Manusia adalah makhluk pembelajar.
Hakikatnya kita dapat terus meningkatkan kualitas diri, sedikit demi sedikit
yang penting konsisten. Dalam Teknik Industri pun dipelajari konsep continous
improvement, atau dipopulerkan dalam bahasa Jepang menjadi Kaizen. Belajar
dari learning curve yang
diperlihatkan para mangaka ini, asalkan kita terus konsisten menginvestasikan
waktu untuk belajar skill baru, maka perlahan tapi kita dapat mencapai
level mastery.
Komentar
Posting Komentar