Pokémon merupakan salah satu franchise dari Jepang yang sudah mendunia dan memiliki fan base yang kuat. Berawal dari sebuah game, Pokémon juga berkembang menjadi film, komik, dan banyak lainnya. Sejak game pertama release untuk platform Game Boy pada tahun 1990-an hingga game terbaru diluncurkan pada Nintento Switch beberapa tahun lalu, fans sudah diperkenalkan dengan delapan generasi permainan dan puluhan spin-off games. Dari masing-masing generasi tentu ada kelebih dan kekurangannya masing-masing. Hal tersebut membuat para pamain game ada yang puas dan ada juga yang kecewa.
Hal menarik dari para fans game
Pokémon adalah kecintaan terhadap franchise
ini dan kekecewaan terhadap apa yang tidak dapat developer game berikan
kepada pemain malah menumbuhkan kreativitas. Para pemain yang menemukan flaw
pada game dan merasa game resmi dari developer tidak sesuai
dengan keinginan, keluar dengan beberapa inovasi unik dalam memainkan
permainan. Mereka tidak berhenti sampai mengeluhkan kekurangan, tapi malah
membuat sendiri solusi agar dapat lebih menikmati permaiannnya.
Pokémon Challenges
Dalam game resmi yang
dikeluarkan oleh sang developer, Game Freak, banyak yang mengeluhkan
bahwa tingkat kesulitannya rendah. Kalau dilihat secara helicopter view
hal ini wajar karena target pasar game ini juga memasukkan demografi anak-anak.
Game ini masih dapat dinikmati pemain pemula tanpa merasa stres karena tantangannya.
Para fans veteran membuat beragam challenge yang dirasa membuat game lebih
menantang. Salah satunya, yang paling terkenal adalah Nuzlocke challenge, yang
membatasi trainer hanya dapat menangkap Pokémon pertama yang ditemui di
tiap areanya dan memperlakukan Pokémon sudah mati jika kalah dalam pertarungan.
Saking populernya tantangan ini, banyak artist yang membuat komik,
cerita, hingga video berdasarkan pengalaman mereka berhasil menamatkan game dengan
Nuzlocke challenge.
Tantangan lainnya yang juga populer adalah Mono Run, menggunakan hanya satu tipe Pokémon saja seperti para Gym Leader. Ada juga Speed Run (menamatkan game secepat mungkin), Solo Run (menggunakan satu Pokémon saja), dan juga Theme Run (menggunakan tim dengan tema tertentu, misal tema Pokémon ular). Tantangan-tantangan ini ibarat bumbu yang membuat masakan game Pokémon utama dapat lebih sedap uuntuk dinikmati oleh para pemain yang sudah terbiasa.
Gambar 1. Video & Komik Menaklukkan Tantangan Nuzlocke |
Pokémon Fan Made Games
Tidak cukup dengan menambah tingkat
kesulitan pada game resmi. Beberapa penggemar yang juga game developer
berangkat lebih jauh untuk membuat game Pokémon buatan fans. Fan made
games ini ada yang dibuat dengan memodifikasi game utama (ROM Hack)
ada juga yang membuat dengan engine RPG Maker. Sebagian game ada yang
menambahkan fakemons (Pokémon palsu buatan fans), area baru, cerita yang
lebih dalam, serta fitur-fitur tambahan dalam game. Pada game berbasis
RPG Maker penggembang game lebih bebas berkreasi karena tidak terbatas template,
tidak seperti ROM Hack.
Salah satu fan game yang paling terkenal ada Pokémon Reborn, yang dikenal dengan tingkat kesulitannya yang tinggi. Kalau game resmi biasanya para trainer perlu menaklukkan delapan gym dan empat orang Elite Four, pada Pokémon Reborn terdapat 18 gym untuk masing-masing tipe dan 8 orang Elite. Reborn juga banyak disukai fans karena ceritanya yang dalam dan gelap serta karakter-karakternya yang nyentrik. Saking populernya game buatan penggemar, pernah ada satu kasus ketika pengembangan game Pokemoen Uranium akhirnya diberhentikan karena desakan dari Nintendo. Mungkin sang pemegang franchise khawatir popularitas game ini dapat mengurangi pemasukan. Karena hampir seluruh fan made game ini dapat dinikmati secara gratis.
Pokémon Doujins
Selain diadaptasi menjadi anime,
Pokémon juga diangkat menjadi manga. Ada pula fans yang membuat manga
sendiri yang merujuk kepada game utama. Salah satu doujin (komik buatan
fans) yang banyak dibicarakan berjudul Festivals of the Champions. Manga
ini mengadopsi cerita dari game generasi pertama, Pokémon Red & Blue,
namun Red sang protagonis dari Pallet town sudah sampai di Indigo League untuk
menantang para trainer terkuat dari seluruh dunia. Karakter yang
ditampilkan berasal dari berbagai region yang ada di Pokémon, tidak
hanya Kanto saja bahkan dari Unova dan Alola.
Salah satu bagian yang paling berkesan dari manga Festivals of the Champions adalah penggambaran quotes terkenal dari Karen, salah satu Elite Four dari Johto, yang mengatakan “Strong Pokémon, weak Pokémon. That is on ly the selfish perception of people. Truly skilled trainers should try to win with their favorites”. Karen diceritakan tidak mengatakan hal ini sebagai basa-basi saja. Tapi latar belakang ceritanya menggunakan Pokémon bertipe Dark cukup miris sehingga masuk akal kenapa akhirnya ia percaya bahwa seorang trainer harus menang dengan Pokémon yang mereka cintai, bukan hanya Pokémon “terbaik”. Secara umum baik dari art style, character development, dan story dari manga ini patut diacungi jempol dan dapat dinikmati dengan baik oleh para penggemar game Pokémon.
Salah satu hal positif yang
dapat dipelajari dari komunitas penggemar Pokémon ini adalah ketika menemukan
kekurangan pada game atau produk lain yang dikeluarkan oleh franchise
ini, mereka tidak hanya mengeluhkan saja tapi lebih jauh membuat modifikasi
sendiri seperti challenges dan fan made games agar dapat lebih
menikmati permainan yang mereka suka ini.
Komentar
Posting Komentar