Bagaimana
rasanya jika kita mendapat surat dari diri kita di masa lalu?
Kamu pasti pernah tahu mengenai konsep time kapsul, seseorang atau kelompok yang menguburkan foto, barang-barang ataupun surat kemudian membukanya beberapa tahun kemudian. Konsep ini sering muncul di anime, film, dan novel. Tentunya dengan membuka kotak kapsul waktu tersebut akan membangkitkan kenangan di masa lalu dan membuat bernostalgia. Namun bagaimana jika tidak menguburkan surat, namun malah berkirim surat ke masa depan.
Mengirim surat
ke diri di masa depan pertama kali saya tahu dari film berjudul ‘Kuchibiru Ni Uta
O’ (Having a Song on Your Lips). Pada film yang diputar tahun 2015 ini, diceritakan
bahwa sekelompok anak sekolah dari daerah yang mengikuti kompetisi paduan suara
nasional di jepang. Grup paduan suara tersebut membawakan lagu berjudul ‘Tegami’
(surat) karangan Angela Aki. Pada lagu tersebut diceritakan mengenai seseorang
yang berusia 15 tahun yang mengirimkan surat kepada dirinya di masa depan. Pada
lirik lagunya juga dikatakan bahwa sang anak memberikan kepercayaan, menyemangati
dirinya di masa depan untuk terus berjuang, pantang menyerah, dan berdoa untuk
kebahagiannya.
Saya berpikir
bahwa menarik juga jika mengirimkan surat ke diri sendiri di masa depan dan
membayangkan bagaimana perasaan saat membaca suratnya nanti. Hal ini ternyata
terealisasi ketika pada awal masa studi S2 saya menuliskan surat kepada diri
sendiri versi setelah selesai studi. Di awal tahun ajaran, ketika menjadi
seorang BEST (Business Enterpreneurship Support & Training) ambassador
di kampus, kami diminta untuk menulis surat ke masa depan tersebut.
Kemudian tim kampus akan menyimpan surat tersebut dan memberikan kembali setelah
akhir masa kerja. Saat menulis yang saya lakukan adalah membayangkan apa yang akan
terjadi dalam satu tahun dan memberikan apresiasi kepada diri sendiri.
Setelah saya
lulus dan kembali ke Bandung, tim BEST mengirimkan surat yang pernah saya tulis
tersebut beserta foto bersama yang diambil pada saat kami menulis surat. Ketika
membaca, saya menangis membaca tulisan saya sendiri. Konten yang saya tulis
kurang lebih mengapresiasi karena tetap bertahan di tengah academic year yang
berat dan memberi selamat atas kelulusannya. Hal tersebut benar-benar menyentuh
di hati karena saya teringat beragam tantangan ketika studi, seperti suara tembakan
yang terdengar setiap malam dari kamar asrama, kesulitan pulang karena transportasi
yang berhenti akibat demonstrasi, penyerangan kampus, pengungsian ke Taiwan,
kuliah online, hingga perpisahan dengan teman-teman tanpa sempat
berpamitan. Apresiasi dari diri sendiri ini terasa meringankan beban mental
yang diemban selama ini dan membuat banyak bersyukur atas rezeki yang diberikan
oleh Allah.
A Letter to Future Me |
Pada tulisan ini
saya hanya ingin berbagi mengenai hal menarik yang dirasakan setelah menerima
surat dari masa lalu yang ditujukan untuk diri di masa depan. Jadi saya juga
ingin menyarankan pembaca untuk coba menulis surat untuk diri sendiri versi
mendatang. Kontennya dibebaskan sesuai keinginan. Misal jika ingin membangun
suatu kebiasaan baik, kita dapat membayangkan bagaimana diri kita pada versi yang
sudah berhasil menanamkan kebiasaan tersebut pada kehidupan sehari-hari dan menyusun
konten suratnya berdasarkan hal tersebut. Atau surat ini juga dapat digunakan
sebagai pengingat impian jangka panjang yang ingin diraih.
Cara tradisional
membuat future letter adalah dengan menulis surat pada kertas, menyegelnya
pada sebuah amplop, menyimpan kemudian melupakannya menyetel pengingat untuk
membuka surat tersebut pada waktu yang diinginkan. Jika lebih menyukai
email otomatis, ada website yang menyediakan fitur pengiriman email untuk
dikirimkan di masa yang akan datang sesuai tanggal yang kita pilih. Website
tersebut dapat diakses di sini: https://www.futureme.org/.
Selamat mencoba menulis surat kepada diri sendiri di masa depan!
Komentar
Posting Komentar