Senyum Bahagia Para Dosen Purnabakti
Titel pahlawan tanpa tanda jasa diasosiasikan
pada guru yang mengajar tanpa pamrih. Titel tersebut juga sejatinya cocok
disematkan pada dosen yang juga memiliki tugas mendidik mahasiswa, sama seperti
guru. Selama ini saya jarang melihat apresiasi pengabdian dosen dari para anak
didiknya. Pengalaman saya menyaksikan penghargaan pada dosen-dosen di Teknik
Industri (TI) yang berkesan adalah ketika acara purnabakti tiga dosen TI ITB.
Bulan Maret tahun 2018 ini bertepatan dengan
masa pensiun Pak Pamoedji (Ir. Pamoedji Hardjomidjojo, M.M.), salah satu dosen
senior di TI ITB yang pakar di bidang keuangan. Komunitas Teknik Industri
berinisatif untuk mengadakan acara purnabakti untuk menghargai jasa-jasa Pak
Pamoedji dan 2 orang dosen lain yang terlah pensiun lebih dulu, yakni Pak Mame
(Dr. Ir. Mame Slamet Sutoko, DEA) dan Pak Sutarno (Dr. Ir H. Muhammad Sutarno,l SHI, MScI). Walaupun dikatakan pensiun, Pak
Pamoedji dan Pak Mame masih aktif mengajar di TI ITB, meski tidak terhitung
sebagai dosen tetap dan anggota Kelompok Keahlian.
Semangat untuk mengapresiasi terasa kuat mulai
dari rapat persiapan acara, Bu Yosi (Yosi Agustina Hidayat) menginginkan semua
detail acara merupakan yang terbaik. Misalkan untuk katering, beliau sampai
mencoba makanan (food testing) sebanyak
3 kali agar memastikan bahwa makanan yang disajikan pas dengan lidah para dosen
purnabakti dan sesuai selera tamu undangan. Souvenir
yang diberikan dipikir matang-matang agar sesuai dengan karakteristik dan
kesukaan masing-masing dosen. Serta pada hari-H panitia diwajibkan memakai jas,
dan kebaya terbaiknya untuk menyambut para tamu dengan elegan.
Semangat dari sang ketua acara juga terasa pada
setiap anggota timnya. Saya yang terlibat dalam tim pembuatan video dokumenter
dan testimoni juga merasa bahwa acara ini penting dan effort yang dikeluarkan harus maksimal agar dapat mengapresiasi
para dosen dengan baik. Ketika mengumpulkan testimoni, saya banyak belajar dari
hal-hal positif dan kenangan-kenangan baik yang diceritakan para mahasiswa,
rekan sejawat sesama dosen, dan teman di lingkungan ITB. Walau saya belum
pernah diajar secara langsung oleh Pak Sutarno (beliau pensiun tahun 2012 dan
saya baru masuk jurusan di tahun yang sama), saya mendengarkan banyak kesan
baik bahwa beliau adalah orang yang shaleh, tidak hanya mengajar perihal konten
mata kuliah saya, namun juga menanamkan nilai-nilai syariat Islam dalam setiap
sesi kuliahnya.
Pada hari-H, acara dimulai dengan lancar sesuai
susunan acara yang sudah direncanakan. Setelah ketika “pengantin” yang menjadi
bintang tamu acara purnabakti datang, acara dimulai dengan do’a, makan malam
bersama, sambutan dari masing-masing dosen, kesan-pesan dari rekan sejawat yang
dekat dengan dosen, pemberian kenang-kenangan dan simbol apresiasi, serta
ditutup oleh foto bersama. Selain dihadiri rekan sejawat sesama dosen, tenaga
pendidik, dan keluarga & kerabat, acara tersebut juga dihadiri oleh para
mahasiswa angkatan atas (ada yang tahun 80-an, 90-an, hingga 2000-an), dan ada
yang memberikan apresiasi secara pribadi maupun mewakili angkatan mereka
masing-masing untuk menyampaikan terima kasih.
Persembahan Lagu untuk Guru Kami
Hal yang paling menarik bagi saya adalah dari
kesan pesan yang disampaikan kepada sang dosen merupakan bukti apresiasi
tertinggi. Walaupun mahasiswa didikannya sudah melanglang buana dan berkelana
jauh hingga ke negeri orang, mereka tidak melakukan jasa-jasa para pendidik dan
almamaternya. Kewajiban dosen tidak hanya mengajar mata kuliah, namun juga
mendidik dan membentuk karakter mahasiswa yang dapat berkontribusi bagi bangsa
Indonesia. Peran merekalah yang dapat mendukung pencetakan generasi emas yang
dapat menggerakkan Indonesia dalam mewujudkan visi Indonesia emas tahun 2045.
Foto Bersama Setelah Acara
Menutup tulisan ini, saya ingin mengutip
kata-kata Pak Mame yang disampaikan ketika sambutan. Beliau mengatakan bahwa
ini saatnya TI beregenerasi dan obor perjuangan diestafetkan pada generasi
penerus. Semoga kami, sebagai generasi muda di Departemen Teknik Industri dan
Manajemen Rekayasa Industri ITB, dapat melanjutkan perjuangan para guru kami dan
tetap mengobarkan api semangat pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat (tri dharma perguruan tinggi) untuk berkontribusi bagi bangsa
ini.
Komentar
Posting Komentar