“Mata meguru”,
adalah sebuah pepatah Jepang yang berarti ‘history
repeats itself’. Kejadian kebakaran gedung di ITB yang terjadi baru-baru
ini mengingatkan saya bahwa kejadian yang mirip pernah terjadi juga sebelumnya,
pada rentang waktu yang tidak terlalu lama.
Hari Ahad sore, 30 Desember 2018, saya
mendapatkan kabar bahwa telah terjadi kebakaran di gedung Teknik Industri ITB.
Api mulai merambat dari sekolah pascasarjana Studi Pembangunan yang berada di antara
Gedung SBM dan gedung Teknik Industri. Kobaran api segera terlihat petugas keamanan
yang sedang berjaga dan tim damkar segera datang untuk memadamkannya. Sang jago
merah akhirnya berhasil dipadamkan sekitar 1 jam setelah api menyala. Ia
berhasil menghanguskan 1 lantai bangunan berserta isinya. Untungnya tidak ada
korban jiwa karena sedang masa libur akhir semester. Hingga saat tulisan ini di
buat penyebab kebakaran masih belum diketahui.
Api Mulai dari SP
Kekhawatiran saya terutama pada ruangan
himpunan Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB yang terletak persis di
bawah lantai yang terbakar. Untungnya berdasarkan press release terbaru dari media MTI, bangunan himpunan dan isinya
dinyatakan aman dari lidah api.
Kejadian kebakaran tersebut membawa ingatan
saya untuk memvisualisasikan kembali momen yang mirip yang terjadi di
pertengahan tahun 2013. Gedung Teknik Industri (TI) pernah terbakar hebat, yang
melalap habis lantai 2 Labtek III. Akibatnya seluruh ruang belajar di lantai
tersebut tidak dapat digunakan, berkas-berkas penting di ruangan dosen terbakar
habis, hingga 2 ruangan laboratorium di sana pun ludes menjadi puing-puing.
Selama satu tahun berikutnya kami harus “mengungsi” untuk mengadakan
perkuliahan di gedung lain. Hal yang paling menyakitkan adalah apabila harus
melewati lantai 2 dan menyaksikan reruntuhan bekas terbakar, agak ngeri juga melihatnya.
Hari sebelum kejadian kebakaran pada tahun 2013
silam, saya dan teman-teman asisten Gambar Teknik sedang mengadakan praktikum
yang menggunakan ruangan laboratorium di lantai 3 hingga petang. Saya ingat
bahwa charger HP saya masih
tertinggal di sana. Menjelang tengah malam, di grup angkatan ribut membahas
perihal kebakaran yang terjadi di gedung TI. Awalnya saya sempat mengira bahwa
sumber api terjadi dari lantai 3 karena kami yang terakhir kali menggunakan.
Sempat terpikir bahwa jangan-jangan para asisten akan di-drop out apabila terbukti menjadi penyebab kebakaran. Ternyata
menurut hasil penyelidikan api bermula dari ruangan laboratorium FAC (Financial Assistant Community) di lantai
2. Percikan api timbul karena colokan listrik yang bertumpuk, AC, kulkas dan
alat elektronik lainnya yang dibiarkan menyala sebulan penuh selama liburan.
Ditambah lagi ruangan tersebut dilapisi oleh karpet, sehingga ketika timbul
percikan listrik langsung dapat berubah menjadi bunga api yang cepat menjalar.
Keesokan hari selelah api berhasil dipadamkan, praktikum tetap berlanjut di
reruntuhan bekas gedung seba guna yang terletak di depan gedung TI.
Api Semakin Cepat Menjalar
Dua kejadian kebakaran dalam liburan tersebut
menandakan bahwa ITB sekalipun belum menjalankan standar pengamanan gedung yang
baik. Secara teori mungkin para akademisi di ITB, yang memiliki jurusan sipil
dan arsitektur terbaik di tanah air, paham mengenai best practice management gedung. Namun pada implementasinya, teori
hanya sebatas referensi jika tidak dipraktikkan. Biasanya, jika sudah kejadian
barulah perbaikan dilakukan, kebijakan dikeluarkan, dan implementasi di
jalankan. Kejadian ini bukan hanya sekali, tapi bisa dibilang terulang kembali “hanya”
dalam waktu 5 tahun.
Masih ingat kejadian tembok gedung CADL (Center of Art, Design, and Languages)
yang runtuh dan menimpa mahasiswa pada acara wisuda tahun lalu (link berita). Hal tersebut juga berhubungan dengan struktur dan keamanan bangunan. Mindset bahwa perbaikan seharusnya
dilakukan apabila sudah kejadian sebaiknya dihilangkan dari pikiran para
pengembang. Keselamatan dan keamanan merupakan hal yang utama. Kejadian-kejadian
tersebut menjadi masukan bagi kita untuk sama-sama memperbaiki tingkat keamanan
gedung, tanggapan terhadap kebakaran dan bencana, serta melatih kecepatan
tanggap ERT (Emergency Response Team).
Semoga ke depannya tidak ada lagi kebakaran, atau kerusakan gedung akibat
kelalaian faktor manusia.
Komentar
Posting Komentar