Salah satu hal terpenting dalam organisasi
adalah melakukan engagement agar para
anggota tetap merasa nyaman di dalam organisasi dan dapat mengeluarkan potensi
terbaiknya. Jika di organisasi bisnis seperti korporasi engagement dilakukan karena karyawan di dalamnya memiliki
kepentingan untuk bekerja dan mendapatkan upah atas hasil kerjanya, tidak
demikian dengan organisasi sosial yang bekerja tanpa imbalan. Terlebih apabila
dalam satu organisasi tidak semua anggota saling mengenal dan hanya berinteraksi
melalui online platform, cara untuk
mendekatkan anggota akan semakin sulit dilakukan.
Salah satu hal menarik yang saya temui di
komunitas Dompet Dhuava Volunteer (DDV) Jabodetabek adalah engagement juga dilakukan dengan cara informal yang mengalir, menyenangkan,
dan tanpa terencana. Di grup Whatsapp yang saya ikuti, pernah diajakan kajian online yang serius seperti perihal
ketulusan mengabdi sebagai relawan dari kak Indah Permata Sari dan pelestarian
manggrove oleh pemerhati dan aktivis konsevasi tanaman bakau, Pak Noay Ikhsan.
Di lain waktu, tiba-tiba pernah dimulai bahasan mengenai Doraemon, lebih
spesifiknya lagi asal muasal si robot kucing abad 21 ini memiliki warna biru.
Dari Bertanya tentang Warna Biru
Hingga Bahasan Tentang Doraemon
Jika teman-teman penasaran dengan kisahnya,
berikut sinopsisnya:
Pertama kali lahir, doraemon warnanya kuning,
punya kuping. Ini sama seperti robot kucing lainnya yang sejenis, yang satu
pabrik. Pada suatu hari, Sewashi anak yang diasuh doraemon minta bantuan robot
tikus untuk mengoreksi telinga patung doaremon yang sedang dibuatnya. Tapi
ternyata robot tikus salah paham, dia malah gerogotin telinganya doraemon.
Dari sini, doraemon takut banget sama tikus. Doraemon pun dibawa ke rumah sakit dengan
harapan dapat pulih seperti sediakala. Akan tetapi sungguh malang, dokter malah
mengamputasi telinga doraemon. Jadilah dia sesosok kucing berkepala bulat tanpa
daun kuping.
Telinga Doraemon yang Dimakan Tikus
Doraemon sangat sedih sekali. Apalagi ternyata
kekasihnya, Noramyako lantas mentertawakan kondisi fisik doraemon pasca
operasi, dan kemudian memutuskan hubungannya dengan doraemon. Karena tidak
ingin larut dalam kesedihan Doraemon memutuskan untuk meminum pil bahagia agar
segala lara hatinya berakhir.
Tapi, ckckck. Doraemon salah ambil dari kantung
ajaibnya. Dia malah meminum obat sedih. Maka, ia pun menangis 3 hari 3 malam
tanpa henti. Derai-derai air matanya yang terlalu deras tersebut tanpa sadar
membuat warna kuning pada tubuh doraemon luntur, sehingga tampaklah warna biru
yang seperti sekarang kita kenal. Tak hanya itu, tangisannya pun sampai membuat
suaranya serak seperti saat ini.
Doraemon yang Menangis Berlebihan
Kajian tersebut dibawakan dengan santai dan
ringan. sesekali ada relawan yang bernostalgia perihal masa kecilnya. Komentar
unik juga bermunculan, seperti ada yang mempertanyakan mengapa warna kuning,
yang notabene merupakan warna primer, dapat luntur menjadi warna biru yang
sama-sama warna primer.
Materi tentang Doraemon tersebut ditutup dengan
berfaedah, mengambil pejalaran berharga dari kisah hidup sang robot. Pelajaran
yang didapat anatara lain jangan berlebihan, misalkan kesedihan dan tangis yang
berlebihan sampai-sampai membuat warna tubuh menjadi luntur.
Doraemon yang Menjadi Teman Masa Kecil Kita
Bagi saya pribadi, bahasan tentang Doraemon
tersebut memberikan warna baru pada pemahaman saya terhadap interaksi di grup
WA. Sebelumnya saya berpikir jika anggota grup Whatsapp yang jarang komen atau
terlihat interaksinya di grup hanya sesekali, ternyata dapat dengan kasual ikut
nimbrung juga. Hal ini yang mau saya
bawa ke komunitas saya yang lain, salah satunya Creavill (Creative Village)
Bandung. Di grup komunitas Creavill seringkali bahasannya serius, hingga
beberapa relawan segan untuk sekedar membalas komentar, terlebih bagi relawan
baru yang belum pernah interaksi tatap muka. Mereka jadi malu-malu untuk
berinteraksi. Siapa tau dengan membahas bahasan yang ringan dan ada muatan
nostalgia, para silent reader dapat
mulai terlihat typing di grup WA.
Komentar
Posting Komentar