Di beberapa jurusan, ada kegiatan praktikum
yang dimasukkan dalam struktur kurikulum agar mahasiswa dapat praktik dan lebih
paham mengenai materi yang disampaikan di kelas. Pada umumnya, praktikum yang
dilakukan di perkuliahan akan berjalan sama setiap tahun, dan berulang terus
menerus. Jarang ada evaluasi yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari
pelaksanaan praktikum. “Dari dulu sudah begitu”, adalah kata-kata yang sering
saya jumpai ketika bertanya mengapa melakukan praktikumnya seperti ini. Bentuk
praktikum tetap dipertahankan dari setiap angkatan seolah-olah hal tersebut
merupakan hal yang saklek dan tidak dapat diubah. Kalaupun ada perubahan
biasanya bentuknya minor, bukan perubahan besar dan tidak terlalu mengubah
struktur praktikum.
Sebagai jurusan baru, praktikum yang dilakukan
di jurusan Manajemen Rekayasa Industri (MRI) ITB cukup dinamis dan sering
berubah-ubah. Bahkan setiap angkatan bisa jadi tidak sama topiknya. Maka tidak
ada yang namanya “lihat laporan praktikum kakak kelas”. Sebagai gambaran, di
jurusan kami ada 4 buah praktikum perancangan yang dinamakan Praktikum
Manajemen Rekayasa (PMR) 1 yang membahas proses manufaktur dan bagaimana produk
dibuat pada semester 4, PMR 2 perihal riset pasar pada semester 5, PMR 3
tentang pengembangan produk pada semester 6 dan PMR 4 yang mendalami mengenai
manajemen proyek pada semester 7. Sebagai dosen koordinator praktikum, biasanya
Pak Titah (Titah Yudhistira) mengadakan evaluasi pelaksanaan praktikum dan
melakukan langkah perbaikan berdasarkan evaluasi tersebut.
Setelah menjalankan praktikum PMR 3 pada
semester genap Tahun Ajaran 2017/2018, Pak Titah mengajak para asisten
Laboratorium Perancangan MRI (LPMRI) untuk melakukan konsinyering dalam rangka evaluasi. Konsinyering merupakan istilah tidak baku dari konsinyasi, yang
merupakan pengumpulan/proses mengumpulkan pegawai di suatu tempat (hotel,
penginapan, ruang rapat lainnya) untuk menggarap pekerjaan secara intensif yang
sifatnya mendesak, harus segera selesai dan tidak dapat dikerjakan di kantor
serta dilarang meninggalkan tempat kerja selama kegiatan berlangsung. Selain
untuk melakukan evaluasi, kegiatan konsinyering ini juga bertujuan untuk
merancang rencana kegiatan asisten lab untuk lebih menghidupkan LPMRI.
Lokasi yang dipilih untuk melakukan kegiatan
konsinyering ini adalah di Hotel Radiant. Hotel yang terletak di Lembang ini
kami pilih sekalian untuk refreshing. Kamarnya nyaman, parkirnya luas,
makanannya enak, dan ada kolam renangnya pula. Sebenarnya ketika kami browsing
ada hotel yang lebih murah dan tampak nyaman, namun karena ada review dari
salah satu pengunjung yang bercerita bahwa dia pernah mengalami kejadian mistis
di hotel tersebut kami mengurungkan niat untuk mem-booking hotel tersebut.
Kami berangkat dari Bandung sekitar pukul 13.00
hari Sabtu karena baru dapat check in jam 14.00. Rencananya kami hanya menginap
satu malam dan akan kembali ke Bandung hari Minggu siang. Ketika kami sampai di
tempat sudah banyak tamu lain yang datang, dan hampir semuanya bernomor polisi
B. Menurut cerita dari pramusaji di sana, hotel tersebut sering dijadikan short escape tamu-tamu dari ibukota.
Mereka berangkat dari Jakarta hari Sabtu, menginap di sana dan berwisata di
Lembang untuk mencari udara sejuk dan rehat dari hiruk pikuk DKI Jakarta,
kemudian kembali lagi hari Minggu siang. Hotel ini juga menawarkan menu lengkap
untuk makan pagi, siang, dan malam sehingga pengunjung tidak perlu repot-repot
ke luar untuk mencari makan dan dapat bersantai-santai di hotel seharian penuh.
Kembali membahas soal konsinyering, aktivitas
bekerja dilakukan efektif dari jam 15. Kami mulai dengan membahas keberjalanan
pelaksanaan setiap modul praktikum. Setiap penanggungjawab (PJ) modul
memaparkan bagaimana hal yang sudah efektif dan apa yang perlu diperbaiki,
termasuk mempertimbangkan masukan praktikan untuk perbaikan. Ketika masih
kuliah di MRI, angkatan saya merupakan angkatan pertama yang merasakan
praktikum PMR 1 hingga 4. Banyak perubahan positif yang diberikan pada
pelaksanaan praktikum. Dulu ketika praktikum pertama dijalankan, asistennya pun
masih kebingungan ketika menerangkan materi dan melakukan asistensi, terbukti
karena banyak perbedaan presepsi antar asisten. Namun pelaksanaan praktikum
yang sekarang sudah jauh lebih rapi; konten modul lebih berbobot dan hanya
memuat hal yang penting saja, desain modul dan slide presentasi lebih menarik,
presepsi asisten sudah cenderung homogen sehingga tidak ada perbedaan pendapat
ketika melakukan asistensi, serta penggunaan aplikasi sudah lebih advanced. Aktiviatas kerja kami selesai
menjelang pukul 23.00 malam.
Konsinyering MRI
Keesokan paginya, diskusi berlanjut untuk
membahas kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk dapat
meningkatkan kapasitas asisten lab dan mengembangkan keilmuan Manajemen
Rekayasa Industri. Beberapa masukan seperti kunjungan ke Fab Lab (sebuah
laboratorium untuk berkreasi yang dibentuk oleh MIT dan memiliki cabang di
puluhan negara), kerja sama dengan jurusan lain, dan kegiatan bonding asisten sempat tercatat sebagai
rencana aktivitas lab untuk kedepannya.
Sebagai penutup, kegiatan evaluasi praktikum
semacam ini dapat bermanfaat untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan
kualitas penyampaian praktikum. Sehingga saya menyarankan bagi bapak & ibu
dosen pengampu mata kuliah praktikum, mari buatlah evaluasi berkala untuk
praktikum dan perkuliahan dengan melibatkan mahasiswa di dalamnya. Merekalah
yang mengalami prakitkum dan perkuliahan, sehingga apabila ditanya siapa yang
masukannya paling tepat untuk dipertimbangkan, merekalah orangnya. Kegiatannya
tidak perlu fancy hingga menyewa
hotel seperti di atas, namun cukup dengan ngobrol santai di kampus dengan
mahasiswa. Dengan melakukan evaluasi, kegiatan praktikum dapat menjadi semakin
menarik dan efektif.
Komentar
Posting Komentar