Masalah sampah
plastik yang mencemari laut kian hari makin mengkhawatirkan. Indonesia menjadi
penyumbang ke-2 terbesar untuk volume samplah plastik yang mengotori samudra.
Mayoritas limbah plastik berasal dari peralatan sekali pakai. Dampaknya pun
besar, tidak hanya mencemari permukaan, tapi juga membahayakan spesies yang
berhabitat di laut. Beragam foto dan video mengenai hewan yang terluka, bahkan
mati akibat jeratan dan mengonsumsi limbah plastik sering kita jumpai di
internet.
Dok. NatGeo: Hewan yang Terperangkap Plastik
Berdasarkan data
dari National Geographic edisi bulan Juni 2018, separuh platik yang penah ada
diproduksi dalam 15 tahun terakhir, satu triliun kantong olastik digunakan di
seluruh dunia setiap tahun, dengan rata-rata masa kerja hanya 15 menit serta
perkiraan plastik bertahan itu berkisar dari 450 tahun hingga selamanya. Namun
harapan terhadap solusi sampah plastik ini masih ada. Para inovator di
Indonesia berpikir mengenai alternatif pemecahan masalah untuk menangani limbah
ini. Berikut 4 produk pengganti palstik yang ramah lingkungan
1. Plastik yang Bisa
Disantap
Edible Bioplastik ini
merupakan hasil penelitian dari Pak Isroi, peneliti dari Pusat Penelitian
Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia di Bogor. Plastik ramah lingkungan dari
bahan terbarikan yang bisa terurai secara biologis di alam ini berbahan dasar
utama tepung tapioka. Bahan pengganti plastik ini memiliki sifat yang mirip
seperti plastik dan sudah digunakan sebagai bahan pembungkus dodol dari
Banjarnegara. Kalaupun tidak dimakan, masa urai bioplastik ini di tanah hanya
sekitar 3 bulan. Hingga tulisan ini dibuat, bioplastik ini sedang dalam proses
pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual untuk mendapatkan paten. Apabila hasi
produk inovasi ini dapat dikomersialisasikan, peluang untuk penggunannya di industri
makanan sangat besar.
Kemasan sachet yang dapat dimakan
Start-Up bernama Evoware
juga mengembangkan jenis material pengganti plastik untuk pembungkus makanan
yang sama-sama biodegradable dan aman
untuk dimakan. Bahan yang digunakannya adalah saru rumput laut. Menurut klaim
mereka, hasil akhir material tersebut hambar dan tidak berbau, sehingga cocok
untuk digunakan semakan kemasan sachet makanan
atau kemasan kopi karena material ini dapat larut dan langsung dikonsumsi tanpa
mengubah rasa.
2. Tas Belanja Lucu
Pengganti Plastik
Pemerintah
Indonesia sudah mengeluarkan aturan yang berprogres perihal pembatasan plastik,
seperti menetapkan plastik berbayar seharga Rp200 per buah setiap belanja di
toko. Jadi pengunjung diharapkan membawa tas belanjanya sendiri ketika akan
membeli barang. Namun menurut saya cara ini belum efektif karena kurang tajam,
coba kalau harga plastik dipatok Rp5000/buah, orang akan berpikir berkali-kali
sebelum menggunakan plastik untuk membawa barang belanjaan.
Tim kreator kreator
yang terdiri dari 2 orang Indonesia dan 2 orang jerman bekerja sama untuk
mendesain tas belanja unik berbentuk hewan laut yang dapat digunakan sebagai
gantungan kunci. Merek dagang yang digunakan adalah Tasini. Tas Tasini dibuat
dari limbah plastik yang telah didaur ulang (rPET). Satu buah tas ini diklaim
dapat mengurangi penggunaan plastik hingga 400 buah setahun.
Tasini yang dimodelkan dari hewan laut
Dengan
menggunakan tampilan visual yang menarik, diharapkan produk ini dapat
menumbuhkan keinginan untuk memakainya dari diri pengguna sendiri, bukan dari
keterpaksaan. Media ini juga dapat digunakan untuk mendidik anak-anak agar
terbiasa menghindari sampah plastik ketika berbelanja sejak kecil.
3. Sedotan Logam
Sedotan logam dengan sikat pembersih
Dari seluruh
peralatan tumah tangga berbahan dasar plastik, sedotan merupakan alat yang masa
pakainya paling cepat. Walaupun paling cepat digunakan, sedotan plastik akan
bertahan hingga waktu yang lama dan terbukti sudah mencederai beragam spesies
makhluk laut. Oleh karena itu banyak inovasi sedotan logam yang terbuat dari
alumunium, stainless steel dan titanium sebagai pengganti sedotan plastik.
Jenis sedotan ini lebih ramah lingkungan daripada sedotan sekali pakai karena
mereka dapat digunakan kembali. Banyak sedotan logam yang dibuat dengan logam
kualitas tinggi dan menyediakan sikat tambahan untuk mempermudah pencuciannya.
Beberapa di antaranya juga bisa ditekuk. Sedotan ini banyak dijual di e-marketplace dengan beragam ukuran
sehingga dapat mengakomodasi beragam jenis minuman.
4. Tas Belanja dari
Singkong
Biodegradable Plastics from Avani
Invator dari
Denpasar memiliki kepedulian khusus terdapat masalah pencematan laut, hingga
menghasilkan solusi berupa tas kain yang berbahan dasar Singkong. Dengan
bermerk dagang Avani Eco, ia memasarkan sebuah kantong kemasan yang 100% dapat
diuraikan dan aman bagi lingkungan. Menurut klaim mereka, pun apabila sampah
plastik ini terbuang ke laut dapat dimakan oleh hewan. Dari plastik jinjing,
Avani juga mengeluarkan beragam alat makan yang biodegradable seperti sedotan, piring dan gelas.
Solusi-solusi
dari anak bangsa ini sudah menjadi harapan untuk mengurangi dampak destruktif
dari pencemaran limbah plastik di laut. Ke depannya Indonesia juga dapat
mengembangkan solusi-solusi lain dengan inovasi dan pemanfaatan teknologi untuk
menghilangkan sampah di laut seperti penelitian yang dilakukan oleh Sehroon
Khan dkk. di tahun 2017 menyebutkan bahwa jamur Aspergillus tubingensis mampu mendegradasi polyurethane, sebuah senyawa plastik, dengan membangun sebuah
koloni di molekul tersebut. Contoh lainnya adalah jaring raksasa untuk
menangkap sampah plastik di permukaan laut yang dikembangkan oleh Boyan Slat,
CEO dan Pendiri Teh Ocean Cleanout. Dengan semakin banyak orang yang sadar akan
urgensi bahaya sampah plastik dan mau bertindak untuk kelangsungan hidup di
bumi ini akan membuka harapan anak-cucu kita tetap dapat menikmati indahnya
bumi ini.
Komentar
Posting Komentar