Hari Sabtu 1 September 2018 pukul
13.00 – 15.00 Saya berkesempatan mengikuti pelatihan menghafal Al-Qur’an yang
bertajuk “Bagaimana Cara Menghafal Al-Qur’an bagi mereka yang sangat Sibuk agar
menjadi Lebih Mudah, Kuat & Tahan Lama”. Pelatihan ini ditargetkan khusus
bagi yang selama ini sulit menghafal dan cepat lupa. Metode yang digunakan
adalah metode puzzle. Dengan judul yang menggugah dan metode yang membuat
penasaran membuat Saya tertarik untuk mendaftar mengikuti pelatihan tidak
berbayar ini.
Judul Pelatihan Amat Menarilk!
Workshop ini dilaksanakan di Penginapan Daarul Muthmainnah, di
dekat Masjid Daarut Tauhid Gegerkalong. Hal yang Saya apresiasi adalah acara
dimulai tepat waktu. Ketika Saya datang jam 13.05, kegiatannya adalah tilawah
surah Ar Rahman bersama. Sang trainer
mengatakan bahwa kita tidak perlu menunggu yang terlambat karena seperti
menghafal Al-Qur’an seharusnya kita yang mengejarnya, bukan menunggu hafalan
datang sendiri.
Fasilitator training adlaah H.
Muhammad Iwan, S.Pd. Beliau adalah Direktur program 1000 Rumah Quran dan RISING
Internasional. Beliau sehari-hari berprofesi sebagai pebisnis sekaligus Guru
Matematik. Hal yang Saya rasakan ketika beliau memberikan materi adalah jam
terbang presentasi beliau Sangat tinggi. Saya menemukan bagaimana aplikasi dari
teknik-teknik presentasi yang Saya peroleh dalam Kelas Advanced dari Ganesha Public Speaking diaplikasikan oleh beliau,
mulai dari perkenalan yang impactful, bagaimana
membangun why yang solid agar audiens
memahami urgensi presentasi, melakukan organisasi penyampaian materi,
penyampaian sugesti kepada audiens, menggunakan cerita yang menggugah emosi dan
data faktual untuk memenuhi kebutuhan logika audiens, hingga slide presentasi yang digunakan pun
menggunakan konsep zen yang simpel
namun powerful.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa “Sebaik-baik
kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR Bukhari). Proses belajar Al-Qur’an tidak berhenti sampai
mempelajari juga, namun ada juga TILAWAH,
TAFAKUR, TADABBUR, AMAL dan mengajarkannya.
Pertama materi dimulai dengan
materi Why yang meluruskan niat dan memperkuat
komitmen kita untuk menghafal Al-Qur’an. Ust. Iwan menceritakan bagaimana
kesalahan presepsi di masyrakat mengenai hafizh/hafizhah
Al-Quran. Pemaparan beliau semakin membuat Saya pribadi yakin bahwa menghafal 30 Juz mungkin dilakukan walau
tidak mondok/ikut pesantren. Tantangan yang ringan dimulai dengan One
Day One Ayah, menghafal 1 Ayat dalam 1 Hari. Dengan ayat Al-Qur’an yang
berjumlah 6236 ayat, estimasinya dalam 17 tahun kita akan sudah hafal Al-Qur’an.
Metode puzzle, seperti namanya,
menggunakan konsep menghafal Al-Qur’an dengan mengibaratkan Al Qur’an sebagai
gambaran puzzle yang utuh dan membagi-bagi ayat Al-Qur’an seperti kepingan
puzzle dengan potongan terkecil adalah satu kata. Keunggulan metode ini antara
lain membuat lebih mudah menghafal (sistem Kredit), hafalan lebih kuat
(mengingat gambar), dan tahan lama (ditanam di memori jangka panjang).
Di kelas kami melakukan latihan
menghafal surah Fatir ayar 29. Mula-mula kami ditampilkan bagian utuh Ayat
tersebut. Ketika menghafal 1 ayat dimulai dari kata terakhir dari ayat tersebut
(kata tabuur). Ketika membaca mushaf, bagian lainnya dapat ditutup
dengan menggunakan kertas. Kami membaca ayat tersebut dengan mata terbuka
(dalam hati) kemudian tutup mata sambil membayangkan bentuk tulisannya dan dilafalkan.
Lakukan hal ini beberapa kali hingga ada gambaran yang jelas. Lanjutkan
menghafal kata berikutnya dan baca bersama dengan kata pertama untuk
menyambungkannya.
Sambil menghafal dapat
menggunakan gerakan tangan untuk membantu mengingat secara kinestetik. Perlu
diperhatikan bagian ujung awal dan akhir dalam setiap baris. Kalau diibaratkan
puzzle, awal dan akhir setiap baris itu sebagai kepingan puzzle yang berada
pada sudut. Dengan meng-capture bentuk
dan tulisan ayat, hafalan akan lebih kuat dibandingkan hanya menghafal bunyi
(dengan melakukan pengulangan bacaan). Lakukan proses yang sama hingga satu
ayat selesai. Ternyata seluruh peserta kelas dapat menghafal ayat ini dengan
cepat dan mudah.
Di akhir sesi praktik Saya
akhirnya menangkap maksud Ust. Iwan mengapa sebaiknya menghafal di mulai dari
akhir. Kalau dimulai dari awal, kita akan bertambah beban hafalannya setiap
kali menghafal. Namun ketika dimulai dari akhir, setiap mendekat ke bagian awal
surat secara psikologis akan ada rasa senang karena tinggal sedikit lagi
menjadi 1 ayat utuh.
Perihal pengutan hafalan, ada
metode transfer hafalan yang dinamakan manajemen siang malam. Waktu emas
menghafal adalan 60 menit sebelum dan 60 menit sesudah shalat shubuh.
Penelitian dan konsesi para penghafal Al-Qur’an telah membuktikan bawa 2 jam
yang disebutkan sebelumnya merupakan waktu yang paling efektif untuk menghafal
Al-Qur’an. Metode transfer adalah dengan terus mengulang hafalan 1 ayat baru
yang dihafal ketika waktu shubuh dalam melakukan kegiatan dan aktivitas
sehari-hari ketika siang hari (setelah shubuh hingga matahari terbenam). Kemudian
di malam hari, kembali menggulang hafalan yang sama. Misalkan pada waktu shubuh
di hari pertama kita menghafal ayat 1 surah Al-Baqarah. Selama siang hari kita
terus membaca ayat tersebut. Dan di malam hari (setelah maghrib sampai shubuh
tetap mengulang ayat 1). Pada shubuh hari ke-2 menghafal ayat ke-2, dan terus
membacanya pada siang hari. Di waktu malam hari ke-2, kita membaca ayat pertama
dan kedua yang sudah dihafal, demikian pula seterusnya.
Untuk memperkuat hafalan sangat
direkomendasikan dengan setoran hafalan, bisa ke teman, istri/suami, ustad atau
dengan menjadi imam. Semakin tinggi tekanannya semakin bagus efek untuk
hafalannya. Di akhir sang fasilitator memberikan kesempatan untuk menyetor
hafalannya. Dan kami yang menyetor mendapatkan minuman golder tamr. Minuman yang terdiri dari kurma, madu, susu kambing
dan coklat ini mengandung nutrisi yang baik sebagai makanan otak.
Satu Sachet Minuman Golden Tamr
Dalam menghafal, Ust Iwan
menyarankan menggunakan 1 mushaf yang sama. Jenis mushaf yang disarankan adalah yang ada tulisan arti dalam bahasa
Indonesia per kata namun tulisan arabnya tetap lebih dominan dibandingkan
dengan tulisan artinya. Terakhir beliau mengatakan bahwa komitmen untuk
menghafal dimulai dari diri sendiri. Apabila menghafal Al-Qur’an dibuat
menyenangkan dan menjadi hobi, aktivitas menghafal akan terasa ringan dan
menjadi kebutuhan sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar