Ikatan Alumni Teknik Industri (IA
TI) ITB mengadakan acara sharing session yang
bertemakan beasiswa LPDP dengan mengundang eks-Direktur Utama LPDP dan awardee yang merupakan alumni Teknik
Industri ITB. Diskusi ini diselenggarakan pada hari Selasa, 4 September 2019,
bertempat di Kantor Sekretariat IA ITB, JL. Hang Lekiu II No. 40, Jakarta
Selatan.
Tiga orang yang jadi pembicara
adalah:
·
Mokhamad Mahdum – mantan Direktur LPDP
·
Leonardo H. Gavada (TI 2004) – penerima beasiswa
LPDP taun 2017 – MBA class of 2018 at NYU (New York University) Stern
·
Farah Annisa (TI 2006) – Penerima beasiswa LPDP
tahun 2005 – Master of Public Policy Class of 2015 at UCLA (Unversity of
California, Los Angeles)
Acara dibuka sekitar pukul 19.00
WIB dengan sambutan oleh Pak Made Dana (Ketua IA TI ITB pada tahun berjalan).
Selanjutnya materi pertama dari Pak Mahdum. Awalnya beliau diminta untuk
memberikan materi mengenai profil beasiswa LPDP. Namun akhirnya beliau
memutuskan untuk menyampaikan materi mengenai menyiapkan postgraduate roadmap, dengan alasan materi ini lebih cocok untuk
mentargetkan alumni jurusan ini.
Di awal beliau banyak menggunakan
cerita pribadi beliau sebagai contoh. Beliau adalah lulusan STAN. Cerita
bagaiman beliau bisa melanjutkan pendidikan S2 dan S3 inspiratif dan patut
dicontoh. Beliau sudah membuat roadmap rencana
hidup yang jelas sebelum menembuh studi lanjut. Beliau juga menekankan
pentingnya memiliki wawasan global dan kearifan lokal.
Beberapa poin lain yang saya
ingat mengenai presentasi beliau adalah bahwa perihal SDM dan penelitian
Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara-negara lainnya, seperti nilai
IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang tertinggal dibandingkan negara-negara
tetangga. Alokasi dana penelitian dan pengembangan pendidikan di Indonesia
masih minim. Padahal dana riset berbanding linear dengan kemajuan bangsa. Sebagai
langkah awal kita bisa mengaplikasikannya dengan menyisihkan 30% penghasilan untuk
dialokasikan untuk deepen knowledge. Beliau
juga menyajikan fakta berdasarkan penelitian dari Harvard Business Review,
orang-orang yang memiliki target hidup yang jelas, tertulis, dan detil setelah
10 tahun memperoleh income sebesar
30x dari responden yang tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan tidak
tertulis.
Kunci sukses dari Pak Mahdum:
-
Tanamkan cinta Indonesia
-
Definisikan visi, misi dan roadmap diri dengan jelas
-
Integritas
-
Tanamkan jiwa scholars, kritis
-
Soft
skills
-
Kontribusi
-
Time
management, jangan bangga kalau cuma aktif tetapi tidak produktif.
T: Tetapkan profil diri dan
target sukses
E: Eksplorasi tokoh-tokoh sukses
setipe profil diri
M: mentoring & coaching (apabila memungkinkan), atau meniru dan
memodifikasi
A: Akhlakul karimah dan amal
jariyah
N: Networking (friends &
god)
3 Poin Penting dalam Esai dari Mas Leo
Menurut Mas Leo, ada 3 poin utama
yang apabila ada dapat esai aplikasi LPDP kita akan membuat kita sebagai
kandidat yang berpotensi tinggi untuk menjadi penerima beasiswa.
1.
Mindset
Orang Indonesia yang berbudaya
timur biasanya terlalu humble hingga
rendah diri. Ketika aplikasi beasiswa dan universitas biasakan untuk “menjual
diri”. Mulailah dengan terbisa mengeksplorasi poin-poin positif pada diri dan
fokus pada kekuatan diri sendiri. Masukkan juga konten mengenai visi, misi, dan
arahan hidup dalam esai. Untuk itu kita harus belajar menyampaikan kelebihan
tanpa bersikap arogan.
2.
Story Telling
Buat esai berbentuk cerita.
Cerita yang kita sajikan harus ada big
picture-nya, ditunjukkan dengan pengalaman kita pribadi. Contohnya, ketika
menyebutkan cita-cita jangka panjang sebutkan apa saja yang sudah kita lakukan
untuk mencapaikan. Koneksikan dengan value,
visi, dan pengalaman sebelumnya. Story
yang disajikan harus nyambung,
bukan berupa daftar prestasi dan pencapian (list
of accomplishment).
3.
Material
Dibagi menjadi 2 bagian, yang
pertama adah past experience dan yang
kedua merupakan future plan. Terkait
past experience, perlu juga disebutkan academic
experience, contribution to society, serta professional journey, accomplishment, leadership & problem solving
experience. Bagian future plan berfokus
kepada study plan yang men-cover kenapa memilih jurusan tersebut
(bisa dari kampus, course, atau lecturer) serta mengapa dengan kita
bersekolah akan penting untuk masyarakat.
Personalisasi Esai Vital Menurut Mbak Farah
Esai aplikasi yang dibuat harus personalized, tidak boleh general. Untuk
membuat esai yang personalized kita
harus terlebih dahulu kenal diri sendiri (know
who you really are). Kalau CV mencerminkan pengalaman yang pernah kita
lakukan, Mbak Farah menyarankan untuk membuat future CV yang akan menjawab pertanyaan dengan bersekolah lagi mau
jadi apa kita.
Dari latar belakang sebagai engineer, Mbak Farah “murtad” dengan mengambil
bidang public policy di Social Science. Namun dia dapat
menghubungkan benang merahnya dengan menceritakan latar belakang luarga,
kegiatannya ketika kuliah, passion, hingga
pekerjaannya sekarang.
Ada dua esai yang harus disiapkan:
kontribusi bagi masyarakat atau success
story, dan study plan. Success story yang kita buat bukan
sebgai ajang pameran saja, namun ceritakan bagaimana prestasi tersebut membuat
kita lebih baik dan apa kontribusinya bagi lingkungan Ketika membuat study plan buatlah spesifik dan sedetil
mungkin hingga menyebutkan mengenai mata kuliah apa saja yang akan diambil per
semester dan dimana tempat internship.
Sesi tanya jawab berlangsung
sangat interaktif. Ada yang menyakan apakah MBA termasuk bidang prioritas LPDP,
bagaimana tips diterima LPDP dengan memilih MBA, apa keunggulan beasiswa LPDP
dibandingkan beasiswa lainnya, bagaimana parameter “cinta Indonesia” dari
standar LPDP, hingga cerita perkuliahan di Amerika. Hal yang Saya suka adalah
kedua pembicara menjawab berdasarkan pengalaman mereka sendiri, dan tidak segan
mengakui apabila mereka tidak tahu, misalnya ketika ada yang mengajukan
mengenai tes online setelah seleksi
administrasi.
Mas Leo dan Mbak Farah
menambahkan bahka ketika membuat esai ada beberapa don’ts yang perlu dihindari.
Pertama adalah jangan inkonsisten; esai yang kita buat harus koheren dari awal
hingga akhir. Contoh analogi yang diberikan Mbak Farah adalah apabila di awal
kita bilang kita suka makanan pedas, apabila di tengah kita menyebutkan kita
tidak suka cabai hal tersebut adalah tidak konsisten. Selanjutnya adalah no perfect story, esai kita dapat memuat
segudang prestasi yang luar biasa, kontribusi yang besar bagi masyarakat hingga
kemampuan akademik yang mumpuni, namun sebagai manusia kita tetap memiliki
kekurangan. Dan terakhir adalah hindari jargon. Maksudnya adalah jangan
menggunakan kalimat-kalimat klise seperti ‘saya adalah orang yang gigih’ saja.
Gunakan cerita dan pengalaman untuk mem-back
up pernyataan kita.
Contoh cerita yang diangkat oleh
Mas Leo dalam esai adalah dia memliki passion
di bidang keuangan, ketika kuliah ia mendirikan lab FAC (Financial Assistant Community)—laboratorium
yang gedungnya terbakar tahun 2012—dan setelah lulus pun ia berkarir di bidang
keuangan. Dia melihat pengembangan bidang finance
di Indonesia masih kurang. Hal itulah yang membuatnya ingin memperdalam
ilmunya di MBA.
Sesi formal selesai jam 22.00 dan
diskusi santai masih di lanjutkan setelah itu. Mbak Farah dan Mas Leo banyak
bercerita mengenai kehidupan kampus, kegiatan di luar kuliah dan pengalaman
mereka beradaptasi di luar. Mbak Farah mengatakan bahwa selama kuliah ia jarang
bergaul dengan orang Indonesia, dengan alasan untuk membuka cakrawala dan
pergaulan. Apabila hanya berinteraksi
dengan orang Indonesia saja kita akan berada di zona nyaman terus dan akan
lebih sulit untuk berkembang.
Dari sesi sharing ini Saya pribadi mendapatkan banyak insight mengenai LPDP. Saya juga senang bertemu kembali dengan
kawan-kawan TI & MRI mulai dari angkatan 2009, 2010, kawan seperjuangan
2011, 2012, 2013 dan beberapa angkatan atas. Teruskan program positif dari
Ikatan Alumni TI untuk angkatan muda lainnya. Terima kasih atas sharing-nya Pak Mahdum, Mas Leo dan Mbak Farah. Avanti MTI!
Komentar
Posting Komentar