Salah satu keputusan yang paling memengaruhi hidup Saya
ketika kuliah adalah bergabung dengan Unit Kebudayan Aceh (UKA) ITB. Bergaul
dengan kawan-kawan yang berasal dari provinsi Naggroe Aceh Darussalam ini tidak
hanya membuat Saya mengenal budaya dan adat Aceh, namun juga menemukan keluarga
baru di Sunken Court.
Saya baru mendaftar di UKA ITB pada OHU (Open House Unit)
tahun 2013, ketika sudah berada di tingkat 3. Hal yang paling memengaruhi
keputusan Saya untuk bergabung adalah acara Khanduri 2013. Acara ini merupakan
pameran budaya dan penampilan tarian-tarian tradisional asal Aceh yang
diselenggarakan di Lapang Basket ITB pada hari Jum’at, 15 Maret 2013. Dalam
Bahasa Aceh sendiri kata ‘Khanduri’ berarti perayaan, jamuan untuk memeringati
suatu peristiwa, atau selamatan.
Logo Khanduri Aceh 2013, mengadaptasi bentuk Rencong, senjata tradisional khas Aceh
Sebelum datang ke acara, Saya tertarik dengan poster publikasi Khanduri yang mengatakan bahwa ada alah pementasan tari Saman asli Gayo pertama di kampus. Bukankah tarian tradisional yang dimainkan sambil duduk asal Aceh dan sering ditarikan di acara-acara itu tari Saman? Lalu tari Saman seperti apa yang akan dipentaskan nanti?
Untuk menjawab rasa penasaran, Saya hadir di Lapbas dari
setelah maghrib. Ada stand kuliner juga di sana. Mie Acehnya enak, dan gratis.
Semakin lama Lapbas dipadati warga kampus yang antusias untuk menantikan
Khanduri Aceh. Para penonton duduk beralaskan terpal di lapbas.
Acara di buka setelah isya. Dan ternyata salah satu MCnya itu
adalah kakak kelas di jurusan MRI (Manajemen Rekayasa Industri), tak lain
adalah Teh Sabeu (Shabrina Salsabila). Sebelum para penari tambil, UKA ITB
membawakan lagu-lagu Aceh dan beberapa video tentang kuliner, landmark dan budaya khas Aceh. Tarian
yang dibawakan antara lain adalah tarian pembuka Ranup Lampuan, Beudoh, dan
Ratoh Duek yang ditarikan oleh penari wanita serta tari Saman, Likok Pulo dan
Beudoh yang ditampilkan oleh penari pria.
Pada acara tersebut Saya baru tahu bahwa tari Saman yang
sebenarnya berbeda dengan tari “saman” yang sebelumnya saya kira. Beberapa ciri
khas tari saman antara lain tarian ini harus ditarikan oleh pria, dengan jumlah
penari ganjil, menggunakan pakaian tradisional khas Gayo, syair yang
dinyanyikan menggunakan bahasa Gayo. Hal lain yang membedakan dengan tarian
lainnya adalah pemimpin tari (belakangan Saya tahu namanya penangkat) berada
dalam satu barisan yang sama, gerakannya cepat dan banyak menghentak dada dan
paha, serta bunyi-bunyi yang muncul hanya berasal dari suara mulut, tepukan
tangan dan tepukan kepada anggota tubuh. Walaupun Saya tidak mengerti liriknya,
Saya dapat menikmati tarian yang dibawakan dan menangkap apa pesan yang ingin
disampaikan oleh tarian tersebut.
Penari tarian Saman di Khanduri Aceh adalah anak-anak TPB
angkatan 2012. Saya salut karena mereka dapat membawakan tarian dengan kompak
dan seirama. Di balik kesegaraman Gaya di panggung, pasti ada latihan intens
yang dijalani para penarinya.
Tidak hanya tari Saman, tari Likok Pulo dan Rapa’i Geleng
juga amat memukau. Ketika menonton tari Likok Pulo Saya merasakan suasana
senang dan riang. Ternyata tarian tersebut pertama kali diciptakan untuk
merayakan panen. Pantas suasananya seperti itu. Puncak acara menyajikan tarian
Rapa’i Geleng. Tarian ini adalah tarian untuk membakar semangat perang yang
dibawakan dengan rapa’i (alat musik tradisional Aceh yang berbentuk seperti
rebana) sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sorak sorai penonton begitu riuh
ketika melihat gerakan saling lempar-melempar rapa’i. Saya tertegun kagum
melihatnya. Itu keren banget! Dalam
hari Saya berkeinginan untuk “sebelum lulus Saya harus dapat menguasai tarian
Saman dan Rapa’i Geleng”. Setidaknya ketika lulus Saya dapat menarikan salah
satu tarian tradisional Indonesia. Keinginan tersebutlah yang akhirnya mendorong
Saya untuk tetap mengikuti rangkaian ospek UKA bersama para TPB 2013 walau
sudah tingkat 3.
Acara Khanduri Aceh ini tidak hanya mengedukasi warga kampus
dan masyarakat umum terhadap budaya Aceh, tapi juga dapat membuat seseorang
yang tidak memiliki darah Aceh dan tidak memiliki relasi sama sekali terhadap
Serambi Mekah tertarik untuk belajar budaya tanah Rencong. Terima kasih UKA
ITB!
Rekaman video Tari Saman di Khanduri Aceh 2013 dapat diakses di link berikut
http://bit.ly/SamanKhanduri2013
http://bit.ly/SamanKhanduri2013
It has the standard old} stuff like loads of machines to play on, a number of} modifications to earn free spins throughout the day, and flashy graphics with big jackpots. This one also adds social casino occasions, a good friend system, and tournaments with a lot as} 32 whole gamers. Most of the one star ratings are from 1xbet people who nearly by no means win, so it is attainable to play this sport and never win.
BalasHapus