Pernahkah kamu melihat
pertunjukan tarian tradisional khas Aceh yang ditarikan oleh sekelompok wanita
yang duduk berbaris dan menyebutnya sebagai Tari Saman? Atau apakah ketika
SMP/SMA dulu kamu pernah ikut ekstrakulikuler Tari Saman? Ternyata tari
tersebut bukanlah Tari Saman yang sebenarnya. Masih banyak orang yang salah
presepsi mengenai tari saman. Padahal tarian ini merupakan salah satu Intangible Culture Heritage of Humanity (warisan
budaya umat manusia yang tidak berwujud) yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada
tanggal 24 November 2011.
Tari Saman pada GBA (Gelar Budaya Aceh) 2015
Tari Saman adalah tarian
tradisional khas Suku Gayo Lues dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam
buku Tari Saman yang disusun oleh
Ridhwan Abd Salam, banyak versi asal usul Tari Saman dan nama Saman, mulai dari
gerakan yang diciptakan 7 anak raja, hingga tarian yang diciptakan oleh Syeikh
Saman yang menyebarkan agama islam di Gayo Lues. Saya merekomendasikan buku ini
bagi yang ingin mengetahui lebih dalam soal Tari Saman. Di dalamnya juga
dibahas mengenai saman yang dipertandingkan (saman jalu), filosofi Tari Saman, hingga syair Tari saman dalam
Bahasa Gayo dan artinya.
Ada beberapa ciri utama tari
saman:
1. Wajib
Ditarikan oleh Laki-Laki
Di Suku Gayo, hanya kaum adam
yang boleh menarikan Tari Saman. Gerakan-gerakan pada tarian ini melibatkan
memukul dada dengan cepat dan keras, sehingga secara fitrah dan kodrat
perempuan tidak mungkin memukul dada dengan keras untuk mengeluarkan suara yang
nyaring. Tarian ini juga tidak boleh ditampilkan duduk berselang-seling antara
pria dan wanita. Jadi tarian tradisional Aceh yang sama-sama berbaris namun
ditarikan oleh wanita itu bukanlah Tari Saman, bisa jadi tarian tersebut adalah
Ratoh Duek, Ratoh Jaroe atau Rateb Meuseukat.
2. Jumlah
Penari Harus Ganjil
Syarat sah lainnya adalah jumlah
penari harus ganjil, misalnya 11 orang. Bisa juga ditambah menjadi 13, 15, 17,
19 dan seterusnya disesuaikan dengan kondisi tempat dan keperluan.
3. Menggunakan
Bahasa Daerah Gayo
Syair-syair penuh makna dalam
tarian ini dibawakan dalam bahasa Gayo. Bahasa Gayo berbeda dengan bahasa Aceh,
bahkan orang Aceh sendiri banyak yang tidak memahami bahasa ini. Syair
pengiring yang dibawakan bernuansa islami dan sarat akan pesan dakwah. Isi dari
nyanyian biasanya diawali dengan salam serta penghambaan kepada Allah SWT dan
pujian kepada Nabi Muhammad SAW, dilanjutkan dengan penghayatan nilai-nilai
agama dan pesan-pesan untuk kemajuan
Contoh syair Tari Saman adalah
sebagai berikut:
Iye kubalik berbalik gelap urum terang
Uren urum sidang
Si munamat punce ha e he Allah hu
Mat jari mule kite, ku ko ara dosaku
Mat jari kite miyem apus ntuhen nge dosate
Silih berganti gelap dengan
terang
Hujan dan reda
Yang mengendalikannya adalah
Allah
Mari kita bersalaman, untuk
saling memaafkan
Bersalaman hangat, agar Tuhan
hapus dosa
4. Gerakan
Ditarikan tanpa Jeda
Pada beberapa tarian khas Aceh,
seringkali setiap selesai satu lagu atau gerakan penari akan diam sejenak
selama beberapa detik. Pada Tari Saman, dari awal penari tidak akan berhenti.
Akan ada beberapa kali gerakan kosong (gerakan saja tanpa ada syair), namun
tidak ada jeda antara gerakan kosong dan gerakan yang ada syairnya. Menurut
Saya transisi antar gerakannya terlihat mulus dan tidak kaku.
5. Para
Penari Memakai Pakaian Adat Gayo
Untuk dapat menarikan Tari Saman,
pakaian wajibnya adalah pakaian tradisional khas Suku Gayo. Kostum yang
digunakan menutup aurat. Satu set pakaian ini terdiri dari: baju kantong (baju
berbordir dengan motif yang bernama kerawang),
suel naru (celana panjang motif kerawang),
pawak (sejenis kain sarung sebatas lutut yang berbordir), dan aksesoris
lain seperti ikat tangan dan topi berbentuk melingkar. Bagain pernak-pernik
pada dada membuat gerakan memukul dada dengan tangan terdengar nyaring dan
tebal.
6. Pemimpin
Tari Berada dalam Satu Barisan
Berbeda dengan tarian tradisional
khas Aceh lain seperti Ratoh Duek, Rateb Meuseukat, Tarek Pukat, Rapa’i Geleng
dan Likok Pulo yang biasanya syeikh yang
memimpin lagu berada di luar barisan, pada Tari Saman, sang pemimpin syair,
biasa disebut pengangkat, berada di
tengah barisan sambil duduk.
7. Tidak
Menggunakan Alat Musik
Tari Saman tidak menggunakan alat
musik sama sekali. Bunyi-bunyi yang muncul hanya berasal dari suara mulut, jentikan
jari, tepuk tangan dan tepukan tangan ke anggota tubuh lainnya. Hal ini berbeda
dengan tarian tradisional Aceh lain yang menggunakan Rapa’i (sejenis rebana)
dan Serune Kalee (alat musik tiup mirip seruling). Oleh karena itu, tidak
diperlukan alat rekaman untuk menarikan tarian ini.
Itulah 7 ciri khusus yang
membedakan Tari Saman dengan tarian lainnya. Setelah membaca artikel ini, sekarang
kita jadi dapat membedakan Tari Saman dengan Tari lainnya. Kawan-kawan juga
tidak perlu sungkan untuk membagian artikel ini agar lebih banyak orang
teredukasi dan tidak salah paham mengenai Tari Saman
Agar dapat lebih kenal dengan
Tari Saman, yuk cek video tarian ini yang ditampilkan pada acara Gelar Budaya
Aceh, sebuah pagelaran tahunan UKA (Unit Kebudayaan Aceh) ITB yang diadakan di
Bandung. Video yang dimaksud dapat dilihat pada tautan berikut.
Komentar
Posting Komentar