Bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang
ke-71, Komunitas Muda Mengajar Balikapapan mengadakan acara internal beruba bonding bagi kakak-kakak relawan. Acara
tersebut diselenggarakan di Pantai Manggar Segara Sari Balikpapan dari pukul 9
– 14 WITA. Agendanya adalah permaianan, bakar-bakar dan makan bersama.
Poster Publikasi
Kurang lebih ada 15 orang kakak-kakak relawan Muda Mengajar
yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut. Mas Dhana membawa serta Aira,
anaknya, dan istrinya. Sayangnya banyak yang berhalangan karena di peringatan
hari kemerdekaan ini ada yang berpartisipasi dalam acara di RWnya, kantor atau
agenda lainnya di hari libur.
MP (Muster Point) sebelum berangkat ke Manggar adalah rumah Ka Rezky di
komplek Her (dekat Taman Tiga Generasi dan SMA 5). Dengan telaten ia telah menyiapkan nasi, sayuran,
dan ayam bumbu untuk kemudian dibakar.
Rombongan kami tiba di Pantai Manggar pukul 11 kurang, agak terlambat dari
perkiraan. Mas Dimas dan Mega sudah tiba satu jam lebih dulu dan mereka
menghabiskan waktu berdua mengelilingi pasir. Kebetulan kami membawa terpal
sendiri, tetapi sempat terjadi perdebatan dengan penjaja warung ketika mencari
tempat untuk menggelarnya. Akhirnya kami mendapatkan tempat yang nyaman dan
cukup tenang untuk membuka lapak.
Sepoi-sepoi angin pantai emang enak buat tidur-tiduran
Pantai Manggar adalah salah satu pantai di Balikpapan yang aman untuk berenang. Di pesisir pantai tumbuh pohon-pohon pinus dan cemara yang menambah eksotisme pantai. Cocok untuk bersantai bersama keluarga dan teman-teman. Kurang lebih pantai ini mirip seperti pantai Lamaru, tetapi dengan retribusi masuk yang lebih murah.
Kebetulan Pantai Manggar sedang Surut
Para kakak-kakak langsung dengan
sigap memberesi dan menyiapkan peralatan. Para pria dengan sigap menggelar
terpal untuk alas duduk dan memasang pemberat. Sebagian menyiapkan alat panggar
dan arang untuk membakar ayam.
Kakak-kakak yang wanita dengan terampil meyiapkan minumam berupa es sirup dan memasang dekorasi. Kertas-kertas dekotasi bendera segitiga sebenarnya merupakan sisa dari project sebelumnya. Kami memanfaatkan prinsip 3R Reduce, Reuse, Recycle. Ka Anna membawa 6 buah balon, dalam proses pemasangan total 3 balon meletus dan sisanya masih dapat ditampilkan di photobooth. Walaupun dekorasi tampak seadanya, tapi ternyata cukup photogenic ketika ditangkap kamera. Sambil menyiapkan lapak, terdengar suara lagu-lagu tahun 60-an yang diputar melalui speaker Ka Idah. Cocok.
Struggle menyalakan arang
Kakak-kakak yang wanita dengan terampil meyiapkan minumam berupa es sirup dan memasang dekorasi. Kertas-kertas dekotasi bendera segitiga sebenarnya merupakan sisa dari project sebelumnya. Kami memanfaatkan prinsip 3R Reduce, Reuse, Recycle. Ka Anna membawa 6 buah balon, dalam proses pemasangan total 3 balon meletus dan sisanya masih dapat ditampilkan di photobooth. Walaupun dekorasi tampak seadanya, tapi ternyata cukup photogenic ketika ditangkap kamera. Sambil menyiapkan lapak, terdengar suara lagu-lagu tahun 60-an yang diputar melalui speaker Ka Idah. Cocok.
Ketika membakar ayam, beberapa hal
menarik perhatian Saya. Pertama adalah perjuangan Kak Tama, Kak Dimas dan Ka
Imam dalam menghidupkan bara arang tanpa minyak tanah dengan menggunakan kertas
bekas, daun kering dan bensin. Kedua adalah gaya lucu Kak Tama mengipasi arang
dengan menggunakan kipas cantik milik Kak Anna. Hal terakhir yang menurut Saya
kreatif adalah bagaimana Mas Aryo membuat kuas untuk mengoleskan bumbu pada
ayam bakar dengan menggunakan daun kelapa yang diikat dengan benang Kasur.
Dimas sang chef dan Idah sang asisten dapur
Tim hore masak-masak
Waktu telah menunjukkan jam makan siang, naga di perut
Kami pun sudah keroncongan. Sembari menunggu ayam selesai dibakar, kami menata
penyajian makanan. Rencananya konsep makan siang bersama adalah makan di atas
kertas nasi yang disusun berjajar. Tujuannya tak lain suaya lebih mendekatkan.
Menu makan siang kami cukup mewah nasi, ayam bakar 2 buah, tahu, tempe, sayur
buncis, lalapan dan sambelnya. Ada juga menu pelengkap seperti tahu sumedang
dan peyek kepiting.
Wajah-wajah kelaparan sebelum makan
Sensasi makan bersama-sama dalam satu alas seperti itu
sudah lama tidak Saya rasakan. Momen mengakrabkannya justru terjadi ketika
makan bersama dibandingkan makan nasi kotak sendiri-sendiri. Adalah sensasi
tersendiri ketika makanan bercampur dengan pasir pantai. Terdapat bunyi
kriuk-kriuk ketika mengunyah nasi. Yah, tidak apa lah, anggap saja nutrisi tambahan.
Hehehe. Karena kami capek dan lapar, Kami makan dengan lahap dan sajiannya
terasa benar-benar lezat.
Setelah selesai makan siang dan sholat, kita bobok cantik di pinggir pantai rangkaian
permaian pun dimulai. Hal yang pertama dilakukan adalah membagi menjadi dua
kelompok, tim biru dan putih, serta membuat yel-yel. Untuk permainan
pendahuluan, lomba yel-yel dimenangkan oleh tim putih.
Permaian pertama mengangkat tema hari lahirnya bangsa
Indonesia, yakni ‘Memaknai Kemerdekaan’. Kedua tim duduk berhadapan dan harus
saling menyahut mengenai apa makna kemerdekaan menurut mereka. Misalkan ada
yang menyebutkan “Kemerdekaan itu kebebasan, ketika kita bebas memilih pasangan
hidup”, lalu tim lawannya menimpali “Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa.
Maka dari sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Intinya
masing-masing orang harus mengungkapkan apa arti kemerdekaan bagi diri mereka dan
tidak boleh sama dengan orang lain.
Apaa arti kemerdekaan menurutmu?
Permainan berikutnya adalah permaianan menebak
orang. Satu orang dari setiap tim akan
memperagakan gaya khas atau kebiasaan salah seorang kakak di Muda Mengajar,
lalu anggota lainnya harus menebak siapa orang yang dicontohkan. Setelah
menebak, anggota tim yang tidak memperagakan harus mengungkapkan sisi baik atau
hal positif apa yang ia sukasi dari orang yang dicontohkan. Hal baiknya tidak
boleh gumum seperti ‘dia baik’ saja, tapi harus lebih spesifik seperti ‘ia enak
diajak ngobrol’. Tujuan dari permaianan ini adalah untuk mengangkat hal positif
dari masing-masing orang dan agar orang lain yang belum mengenalnya dapat lebih
kenal.
Setelah dua permainan yang melibatkan pikiran, permainan
selanjutnya lebih melibatkan fisik. Permaianan oper kelereng dengan sendok yang
merupakan permainan tradisional yang umum dijumpai ketika perayaan tujuhbelasan
juga kami mainkan di sini. Bedanya adalah sendok tidak digigit di mulut,
melainkan di jepit di jari kaki. Ini sisi menantangnya. “Menggenggam” sendok di
kaki jauh lebih sulit dibandingkan di mulut. Terlebih ketika mengoper kelereng,
seringkali bola kecil itu bergelinding jatuh dari sendok. Kelompok biru menjadi
juara karena dapat memindahkan kelereng paling banyak. Ternyata strategi yang
benar ketika memindahkan kelereng adalah dengan menggulingkannya pada sisi
samping sendok, bukan lewat ujung sendok.
Mumpung sedang berada di pantai, tak ketinggalan kami
memainkan permainan pasir. Permainannya cukup mudah, yakni estafet pasir.
Setiap regu berbaris dan harus mengestafetkan pasir. Anggota kelompok paling
ujung bertugas mengambil pasir kering dengan menggunakan tangan kosong dan
dioper ke teman setelahnya. Anggota paling ujung bertugas memasukkan pasir
tersebut ke dalam botol. Mengestafetkan pasir kering lebih sulit dibandingkan
pasir basah. Jika pasir basah cenderung menggumpal dan mudah digenggam, pasir
kering sulit diremas dan mudah tertiup angin.
Permainan puncak adalah permainan yang paling seru.
Permainan bertajuk ‘Blind Snake’. Anggota tim berbaris dengan ditutup matanya
kecuali anggota paling belakang. Orang yang paling depan menjadi kepala ular
dan di posisi paling belakang menjadi ekor ular. Objektifnya adalah mengambil 7
buah bendera yang telah disebar sebelumnya dengan berjalan bersama-sama. Sang
ekor yang dapat melihat jalan memberikan instruksi non-verbal dan diestafetkan
hingga sampai ke orang paling depan. Instruksi tersebut harus dikomunikasikan
dan disepakati oleh tim sebelumnya. Misalkan tepuk 3 kali di punggung artinya
maju tiga langkah, tepuk 5 kali di bahu kanan belok ke kanan 5 langkah, tarik
baju artinya mundur, dst.
Benar-benar buta arah
Permainan sangat seru tapi nampaknya koordinasi kelompok
kami kurang baik (seperti ketika barisan yang terus maju walau perintah maju
dari ekor hanya maju tiga langkah). Akhirnya setelah perjuangan dalam kegelapan
dan kebingunan cukup lama kelompok kami berhasil mengumpulkan ketujuh bendera.
Dan ketika membuka pentuutp mata . . . terlihat tim biru tengah menonton tim kami sambil berfoto,
haha. Ketika melihat tanyangan rekaman bagaimana tim kami beraksi ternyata
cukup lucu dan menghibur juga ya.
Tim Biru asyik berfoto sembari menunggu tim putih selesai
Acara pun tiba
pada sesi pengumuman pemenang dan pembangian hadiah. Tim biru menang mutlak
pada seluruh game dan berhak memenangkan hadiah berupa makanan kecil. Tak lupa
kami berfoto setelah acara, untuk membandingkan muka pagi segar ceria dengan
dandanan pasir dan air pantai setelahnya.
Tim Biru, juara kompetisi pantai
Pemenang buku-buku giveaway dari Kak Idah
Wajah senang setelah acara
Acara ditutup
dengan bersama-sama membereskan lapak dan berdoa bersama. Sesekali acara
team building semacam ini sangat
direkomendasikan untuk diadakan. Selain untuk memperkuat ikatan batin antar tim,
momen ini juga dapat dijadikan ajang bertukar pikiran atau mengungkapkan ide
yang dapat digunakan untuk membuat organisasi berkembang ke arah yang lebih
baik lagi. Menurut pengalaman pribadi, tim yang kuat dan solid akan dapat
menghasilkan karya yang luar biasa. Harapannya acara bonding selanjutnya dapat lebih banyak yang berpartisipasi dan
kalau bisa tempatnya di alam terbuka. Pasti seru!
Selamat hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Kerja Nyata!
Komentar
Posting Komentar