Ketika
masa pemerintahan walikota Kang Emil (Ridwan Kamil), banyak taman baru yang
dibangun di Bandung. Taman-taman
tersebut entah memugar taman yang lama atau mendesain taman yang benar-benar
baru. Salah satu taman baru yang menjadi perbincangan hangat warga Bandung
adalah Taman Teras Cikapundung yang memiliki panggilan gaul
taman TeCi. Di libur lebaran lalu Saya bersama Kakak Dimas
(Dimas Primadia Setiaboedi) kebetulan berkesempatan mengunjungi taman di
bantaran sungai Cikapundung tersebut.
Panorama View Taman BBWS Citarum
Taman Teras Cikapundung yang berlokasi di pinggir Sungai
Ciliwung dekat hutan Babakan Siliwangi
ini merupakan hasil karya kerjasama dari Pemerintah Kota Bandung, Jawa
Barat, Dinas Pekerjaan Umum, ITB dan Masyarakat Komunitas sekitar Cikapundung. Semenjak dibuka, taman ini langsung menjadi
viral dan banyak dikunjungi warga Bandung dan sekitarnya.
Photobooth tulisan BBWS Citarum di Seberang Sungai
Sungai Cikapundung
merupakan anak sungai Citarum dengan panjang 28 km. Awal aliran sungai
ini ada di Curug Ciomas Lembang. Area yang dilewati sungai ini antara lain Braga,
Viaduct, Alun-Alun Bandung dan daerah Dayeuh Kolot.
Peta Aliran Sungai Cikapundung
Parkiran untuk motor berada di area taman TeCinya
langsung, namun untuk kendaraan roda 4 harus diparkirkan di Sabuga (masuk lewat
Jl. Tamansari, dekat Gerbang Utara Kampus ITB) dan pengunjung dapat berjalan
kaki keluar melalui gerbang Saraga yang berada di jalan Babakan Siliwangi.
Dari atas Jl. Siliwangi, keseluruhan taman dan
keramaiannya sudah terlihat. Membuat kita tidak sabar untuk segera turun. Untuk
memasuki naman ini pengunjung dikenakan biaya Rp 2.000 sebagai dana retribusi
kebersihan dan mendapatkan sticker. Konsep taman kota yang penuh dekorasi dan
beragam wahana permainan membuat kita seperti memasuki theme park.
Aerial View of TeCi Theme Park 1
Aerial View of TeCi Theme Park 2
Dari speaker dekat ruangan kontrol listrik dan ruang
pengurus, terdengar suara alunan musik tatar Sunda. Setiap sekitar 10 menit
terdengar suara pengurus yang mengatakan selamat datang dan himbauan untuk
menjaga kebersihan taman TeCi dan Sungai Cikapundung. Kampanye kebersihan juga
gencar dilontarkan lewat papan-papan bertulisan yang ada di sekitaran taman.
Salah satunya ada yang berbunyi “Orang Keren tidak Buang Sampah di Sungai”.
Salah Satu Sisi Taman yang Dihiasi Tanaman dengan Warna Khas bandung: Hijau, Kuning, Biru
Taman Teras Cikapundung memiliki tiga zona wisata. Zona pertama adalah air mancur menari
yang mengikuti lantunan lagu. Kedua
adalah amphiteater yang berfungsi untuk penampilan. Zona yang terakhir adalah
kolam air mancur kura-kura yang menjadi tempat konservasi ikan khas Sungai
Cikapundung, selain itu sungainya juga bisa dipakai tempat untuk rafting yang dikelola oleh
komunitas.
Di zona pertama, air mancur menari dinyalakan setiap pukul
4 sore, 7 malam dan penutupan 8 malam. Penampilan
air mancur lebih bagus pada malam hari karena semburan air dipadukan dengan
kerlip lampu yang ada pada pancuran.
Kebetulan ketika kami berkunjung ada Kang Emil juga yang sedang datang
ke taman TeCi. Jadi air mancur diputar di luar jam normalnya. Lagu-lagu yang
dimainkan adalah lagu-lagu instrumental yang cukup familiar, misalkan lagu Santorini dari Yani, Samb Adagio karangan Safri Duo dan Winter Games gubahan Santorini.
Pak Walkot yang Sedang Sidak
Air Mancur Menari
Konsep
amphiater di pinggir sungai Cikapundung mirip theatre by the bay di Kanada. Warga Bandung yang ingin
menyelenggarakan konser musik atau penampilan budaya dapat menggunakan panggung
pinggir sungai ini untuk menampilkan tema yang berbeda. Amphiater didesain memiliki latar
belakang aliran sungai Cikapundung. Menurut Saya pribadi penampilan yang cocok
dipentaskan di panggung ini adalah penampilan sendatari atau drama. Kalau
penampilan musik yang menggunakan banyak instrumen agaknya kurang elok untuk
dimainkan di pinggir sungai secara terbuka.
Amphiteater, Dipadati Pengunjung di Hari Libur
Bangku penonton berkapasitas 500 orang duduk didesain
berundak-undak. Pada bangku penonton, terdapat banyak stop kontak/colokan
listrik. Tampaknya sang desainer sadar adanya lelucon mengenai sekarang
kebutuhan primer manusia ada 4: pangan, sandang, papan dan colokan. Selain
panggung pertunjukan juga ada kurang lebih 7 buah lubang galian kecil yang
difungsikan sebagai sumur resapan.
Colokan Listrik, kebutuhan primer no.4
Area ketiga dapat dijangkau dengan menyebrangi Sungai
Cikapundung melalui jembawan berwarna merah. Kolam kura-kura sebenarnya tidak
berisi kura-kura, namun memiliki 7 buah air mancur berbentuk hewan tersebut.
Menurut mitologi Tiongkok, hewan ini diasosiasikan dengan usia yang panjang.
Namun tampaknya tak ada hubungannya dengan desain kolam ini. Ikan-ikan di kolan kura-kura ini setiap 3
bulan sekali rencananya akan dikembalikan ke habitatnya di Sungai Cikapundung
untuk berkembang biak. Di area ini juga terdapat mushola, pendopo kayu dan
orang-orang berkostum. Ketika kami mengunjungi taman tersebut, area mushola dan
pendopo dipenuhi orang yang duduk-duduk, botram dan berjualan makanan.
Jembatan Merah
Kolam Tujuh Kura-Kura Bersaudara
Pendopo Tempat Duduk-Duduk
Sebagai penghias ada juga beberapa orang yang berkostum
tokoh-tokoh film kartun favorit seperti Bumble Bee dan Elsa. Anak-anak tampak
antusias meminta foto dan orang tua terlihat agak enggan mengeluarkan uang
kecil sebagai sumbangan seikhlasnya. Pada sisi barat kolam kura-kura ada dua
buah kolam pancing kecil untuk anak-anak, lebih tepat dibilang bak sih. Di bak
yang satu anak dapat berburu menjaring ikan-ikan kecil yang lincah dan di bak
sebelahnya anak-anak dapat memancing ikan plastik yang statis.
Siapa yang mau 'build a snowman' ?
"Diobok-Obok Airnya Diobok-Obok, Banyak Ikannya Kecil-Kecil pada Mabok"
Bak Ikan Plastik
Komunitas rafting
sungai Cikapundung berinisiatif untuk membuatkan wisata rafting sungai dengan
perahu karet. Pengunjung dapat merasakan mengaruhi sebagian sungai tersebut
dengan membayar Rp 10.000 saja. Ketika akan naik, disarankan melepas alas kaki
karena bagian atas perahu agak becek. Ketika naik, pertama kita akan mengikuti
arus sungai sekitar 20 m, kemudian sebelum jembatan Jl. Siliwangi, kita akan
putar balik. Dua orang pendayung yang berada di belakang perahu akan mengayuh
dengan sekuat tenaga melawan aliran air. Jarak yang ditempuh selanjutnya
sebelum kembali ke tempat awal kira-kira 50 m.
Berakit-Rakit Ke Tepian Cikapundung
Pengalaman menyusuri sungai dekat pusat kota ini cukup
menyenangkan. Sayangnya tidak disediakan pelampung atau life vest untuk penumpang. Untungnya tinggi sungai ketika itu
cukup dangkal, hanya selutut anak-anak. Jadi ketika mengayuh, seringkali dayung
malah terkantuk dasar sungai. Airnya cukup jernih dan jarang terlihat sampah
plastik yang mengapung. Untuk merasakan pengalaman ini kita harus mengantri
karena sampan yang disediakan hanya kurang dari 5 buah, tidak sebanding dengan
jumlah pengunjung yang antusias di masa liburan.
Mengantri untuk Mencoba Rafting di Pusat Kota
Pada taman TeCi juga dapat dijumpai bergaram karya seni
yang berhubungan dengan hewan. Selain patung kura-kura ada juga patung ikan
berwarna merah yang ditempelkan di dinding amphiteater. Tampaknya ikan tersebut adalah ikan lele
karena memiliki kumis. Di dekat air mancur menari, ada dekorasi kupu-kupu yang
menghiasi kalimat kutipan mengenai Sungai Cikapundung. Tak jauh dari sana ada
desain patung burung berwarna putih karya FSRD ITB yang diberi judul Cangkurileung. Nama Cangkurileung diambil
dari nama burung yang dahulu pernah berhabitat di sekitaran sungai Cikapundung.
Karya Seni yang Memanjakan Mata di Taman TeCi
Perombakan
area sungai Cikapundung di Babakan Siliwangi membawa dampak positif. Tempat
yang dulunya dijadikan tempat buangan sampah telah disulap menjadi taman yang
asyik untuk wisata dengan keluarga. Aliran air sungai yang dulunya hitam dan
berbau sudah lebih bersih. Warga sekitaran sungai juga dapat secara tidak
langsung kecipratan rezekinya. Ada yang berjualan makanan dan minuman, membantu
memarkirkan dan menawarkan jasa mengayuh perahu karet. Warga kota Bandung akan
memiliki alternatif wisata yang dapat dinikmati bersama orang tercinta. Dan
tentunya citra kota Bandung akan lebih baik dengan tertatanya area bantaran
sungai Cikapundung tersebut.
Tantangan selanjutnya adalah menjaga agar taman ini tetap
baik lagi. Untuk membagus fasilitas publik tidak begitu sulit. Letak kesulitan
terbesar dalah menjanga dari kerusakan fasilitas, vandalisme, pengotoran dengan
sampah hingga penggunaan tempat untuk hal yang tidak semestinya. Yuk mari kita
dukung Pemerintah Kota Bandung untuk menjaga taman ini tetap baik dan mendukung
agar pengembangannya ke arah yang positif.
Komentar
Posting Komentar