Saya
dapat informasi mengenai program Jelajah Balikpapan sewaktu iseng-iseng browsing tempat wisata di Balikpapan. Program
ini merupakan acara mengunjungi beberapa destinasi wisata di Kota Minyak ini
dalam sehari pada tanggal 5 Juni 2016. Pada sesi ini tempat yang akan
dijelajahi adalah Hutan Lindung Sungai Wain, Waduk manggar dan Vihara Buddha
Manggala. Acara Jelajah Balikpapan sudah yang keempat kalinya, diselenggarakan
oleh Forum Duta Wisata Manuntung Balikpapan dan digagas oleh Disporabudpar
(Dinas, Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata) Kota Balikpapan. Biaya
pendaftaran sebesar Rp 75.000, sudah termasuk tiket masuk, konsumsi dan
transportasi. Setelah ngajak kawan-kawan yang lain, banyak yang berhalangan. Mungkin
pada punya agenda lain, sehingga hanya Saya dan Malik yang daftar.
Peserta berkumpul pukul 7 pagi di kantor
Walikota Balikpapan di Jl. Sudirman. Acara dibuka dengan sambutan dari
disporabudpar dan foto bareng seluruh peserta. Dari sambutan itu, salah satu
hal yang paling Saya ingat adalah nanti peserta akan memasuki belantara hutan
tropis Kalimantan yang masih belum terjamah. Kami diminta untuk tidak ribut
agar tidak membuat satwa di sana takut. Jam 8 lewat kami dimobilisasi menuju
destinasi wisata dengan menggunakan dua bus Samarinda Lestari. Sayangnya Saya
dan Malik berada dalam bis yang terpisah, gak ada juru foto pribadi deh hehe.
Foto bareng peserta tur sebelum mulai perjalanan
Gambar dari instagram @fdwb_bpn
Gambar dari instagram @fdwb_bpn
Masing-masing bis dipandu oleh sepasang tour guide dari Forum Duta Wisata
Balikpapan. Sepanjang jalan para tour
guide memberikan beragam informasi yang menarik. Salah satunya adalah
mengenai kota Balikpapan yang tahun lalu memenangkan nominasi kota paling
dicintai di dunia, mengalahkan Paris dan London. Sekarang untuk memenangkan
kompetisi Balikpapan membutuhkan kurang lebih 2 juta vote agar dapat
mengalahkan kota Bogor. Warga Balikpapan bisa vote di tautan http://www.welovecities/balikpapan
. Jika mengunggah foto atau informasi mengenai Balikpapan di media sosial
silakan tambahkan juga tagar #WeLoveBalikpapan.
Peserta tur kali ini juga beragam, mulai
dari anak SD yang ikut bersama orang tuanya, pelajar dan pekerja. Kami berkenalan
dengan Bu Fifi, orang divisi IT di TEPI, yang juga merupakan kawan dari Bu
Suzette. Ada juga teman-teman yang jauh-jauh dari Bontang, ada pelajar SMP dan
Mahasiswa, freelancer, hingga
pengajar.
Kami juga berkenalan kawan-kawan dari komunitas
Balikpapan Junior, komunitas difabel. Dibantu oleh Susan dan Mas Agung panitia,
Saya belajar sedikit mengenai bahasa isyarat: maaf, terima kasih dan
perkenalan. Waktu itu Saya baru tahu bahwa bagi para difabel ada nama isyarat
juga yang diberikan kepada masing-masing orang, agar memudahkan dan tidak harus
mengeja nama setiap kali mau menyebutkan orang tersebut. Di Indonesia ternyata ada dua sistem bahasa
isyarat yang digunakan, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat
Bahasa Indonesia (SIBI). Kalau abjad dalam alfabet SIBI menggunakan satu tangan
sedangkan isyarat BISINDO melibatkan dua tangan yang menggambarkan bentuk huruf
secara visual.
Tur ini memiliki jargonnya sendiri,
diadaptasi dari sebuah tayangan di stasiun TV swasta. Jargonnya (yang masih
mengiang-ngiang hingga sekarang) adalah ‘Jelajah Balikpapan?! My JeBe My
Adventure!!’
- Hutan Lindung Sungai Wain
Destinasi
pertama kami berada di Keluarahan Karang Joang di Kilo 13 (sekitar 14 km dari
pusat kota Balikpapan). Dari jalan
poros Balikpapan-Samarinda, kita menempuh perjalanan sekitar 3 km hingga tiba
di pintu masuk hutan lidung. Ketika sudah melewati Kebun Raya Balikpapan,
jalanan menjadi lebih sempit dan tidak beraspal. Karenanya laju bis tidak bisa
terlalu cepat. Setelah menempuh kurang lebih 45 menit perjalanan, akhirnya bis
berhenti di sebuah rumah kayu bertulisan ‘Pusat Informasi Hutan Lindung Sungai
Wain’.
Para peserta tur dibagi menjadi beberapa
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari maksimal 10 orang dan ditemani
oleh satu orang pemandu yang merupakan orang lokal. Interval keberangkatan
adalah 10 menit setiap kelompok. Hal ini bertujuan agar tidak terlalu membuat
kebisingan dan mengganggu satwa di dalam hutan. Peserta sudah diminta untuk
mengenakan pakaian lengan panjang dan memakai autan (anti nyamuk) demi
menghindari serangan nyamuk hutan yang terkenal ganas.
Peringatan yang membuat ciut ketika akan memasuki
kawasan hutan lindung
Di kawasan konservasi ini terdapat waduk
yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi perumahan Pertamina di
Balikpapan. Tentunya di area tersebut juga ada instalasi pengolahan air. Ketika
kami berkunjung terlihat ada beberapa warga yang sedang memancing dan menebar
jala. Menurut kabar waduk ini juga dihuni oleh buaya. Keberadaan buaya di bawah
air dapat dideteksi dari gelembung air yang muncul di permukaan secara abnormal.
Waduk Sungai Wain
yang terlihat tenang tak beriak
Di beberapa area terdapat tanah lumpur
yang agak amblas, membuat sepatu berbalut lumpur jika salah pijakan. Setelah
mengitari setengah keliling waduk, kami mulai memasuki area hutan tropis dan
berjalan di lintasan yang terbuat dari kayu ulin.
Jembatan kayu yang jadi pijakan di track susur
hutan
Menapaki jembatan ini, hormon adrenalin
karena khawatir suatu waktu akan ada satwa hutan yang mendadak menerkam. Sensasi ketika memasuki area hutan sangat
menarik. Suasanya benar-benar terasa seperti masuk pedalaman hutan yang
digambarkan di film layar lebar. Ternyata tidak banyak nyamuk seperti
ekspektasi di awal. Hal yang paling menarik adalah suara kicuan burung yang
saling bersahutan di antara pepohonan. Suara tersebut terdengar riuh rendah
dengan irama yang berharmoni. Sang pemandu mengatakan bahwa salah satu suaranya
adalah suara Burung Enggang yang bulunya sering dijadikan aksesoris tarian
Dayak.
Setelah berjalan kurang lebih 700 m, kami
memasuki area terbuka di dalam hutan yang cukup luas. Di pemberhentikan pertama
ini, kami disambut oleh Pak Agus dari pihak pengelola kawasan konservasi Sungai
Wain. Beliau memaparkan mengenai kekayaan biodiversitas yang dimiliki hutan
lindung ini dan potensi wisatanya.
Hutan ini memiliki kekayaan flora dan
fauna yang sangat beragam. Tak jarang banyak peneliti tertarik untuk mengamati
keunikan perilaku hewan dan pertumbuhan tanaman. Fauna yang berhabitat di hutan
ini misalnya 5 jenis kucing besar (termasuk macan), 9 Jenis primata (termasuk Tarsius,
primata terkecil di dunia), puluhan jenis mamalia (termasuk maskot kota
Balikpapan, sang Beruang Madu [Helarctos
malayanus]) serta lebih dari 240 tipe burung (40 di antaranya endemik
Kalimantan dan ada satu spesies yang lokal hutan lindung ini, yaitu Merak
Kerdil (Polyplectron malacense). Banyak
satwa yang terancam punah dan dilindungi tinggal di habitat alaminya di Hutan
Lindung Sungai Wain ini.
Koleksi flora di kawasan konservasi ini
pun tak kalah beragam. Sejumlah 1007 varietas tanaman tumbuh subur di area
hutan ini. Di dalamnya termasuk 13 jenis anggrek dan salah satunya adalah
anggrek hitam khas Kalimantan (Coelogyne pandurate). Kalau biasanya kita
menemukan kayu ulin sudah dalam bentuk rumah atau jembatan, di hutan ini pohon
kayu ulin (Eusidoroxylon zwageri) dapat dilihat tumbuh besar hingga berdiameter
2.2 m. Terdapat juga varietas jahe yang baru ditemukan dan memiliki beragam
khasiat kesehatan, Jahe Balikpapan.
Lubang di pohon meranti yang dibuat
Beruang Madu untuk mencari makan sekitar 3 tahun lalu.
Area hutan ini terdiri dari hutan primer dan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang memang tumbuh alami. Hutan sekunder baru ditanami setelah terjadi kebakaran hutan di tahun 1997 dan 1998. Aktifitas reforestasi tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Hutan Lindung Sungai Wain sering dikunjungi peneliti dan fotografer alam dari luar negeri, misalnya dari Eropa dan Jepang. Mayoritas bertujuan untuk mempelajari hewan-hewan langka yang berhabitat di hutan. Untuk mengamatinya, mereka memasang kamera perangkap (trap camera) di beberapa titik yang disinyalir sering dilewati satwa yang dicari. Kamera perangkap dibutuhkan karena biasanya hewan takut kepada manusia dan cenderung tidak mau menampakkan diri jika ada manusia di sekitarnya.
Sekelompok peneliti dari Eropa pernah
tinggal di kawasan tersebut selama 3 bulan untuk mencari suatu jenis kucing
besar (sang pemandunya juga lupa jenis spesifik kucing tersebut). Di saat
mereka sudah hampir menyerah karena tak kunjung mendapatkan penampakan hewan
yang dicari, setelah berbulan-bulan menunggu akhirnya mereka dapat
mendokumentasikan kucing yang dicari. Betapa girang mereka karena dapat
mengirimkan laporan ke negara asalnya bahwa satwa tersebut benar berhabitat di
Hutan Lindung Sungai Wain.
Pihak pengelola kawasan hutan ini
menyediakan jasa pemandu yang sangat terjangkau. Biaya jasa yang kita
bayarkan adalah Rp 100.000 per jam per
group. Setiap grup maksimal 15 orang untuk wisatawan domestik dan setengahnya
untuk wisatawan mancanegara. Akan sangat worth-it
dengan pengalaman yang kita rasakan.
Terdapat
5 buah track yang dapat kita pilih
untuk berpetualang. Track yang paling
pendek sepanjang 1.5 KM dan yang terpanjang menempuh jarak kurang lebih 5 KM.
Semakin dalam jalur yang kita lalui masuk hutan, peluang bertemu flora dan
fauna endemik Kalimantan akan semakin besar.
Disarankan
untuk berkunjung ke hutan ini dan memulai perjalanan sekitar pukul 6 atau 7
pagi. Kalau beruntung kita dapat mengabadikan berbagai flora dan fauna langka
sepanjang perjalanan. Beberapa satwa
nokturnal dapat dijumpai ketika kita ikut tur malam menjelajahi hutan. Jika
tertarik untuk menantang adrenalin, silakan kontak Mbak Ajus, admin pengelola
kawasan konservasi ini, untuk reservasi di nomor 085721129355. Beliau akan memberikan penjelasan yang sangat
informatif mengenai daya tarik wisata dan paket tur yang ditawarkan.
Selesai berkeliling, kami berisirahat
sejenak di rumah panggung yang sekaligus menjadi Pusat Informasi hutan ini. Di
bangunan ini juga ada rak buku yang memiliki beberapa koleksi buku yang
menarik, contohnya buku tentang flora endemik Kalimantan dan penelitian
pengenai tanaman penutup lahan galian tambang.
Buku-buku koleksi sekretariat Hutan
Lindung Sungai Wain yang menarik
Setelah cukup istirahat dan refill botol
minum, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Di acara ini
setiap peserta diwajibkan membawa sebuah Tumblr (botol minum) dan panitia akan
menyediakan air untuk isi ulangnya. Ini merupakan suatu langkah yang diinisiasi
bertepatan dengan hari lingkungan hidup yang diperingati setiap tanggal 5 Juni.
- Waduk Manggar
Perjalanan
menuju Waduk Manggar kurang lebih sekitar 20 menit. Objek wisata ini terletak di Kilo 12 Jalan Poros
Balikpapan - Samarinda. Dari gapura di Kilo, perlu menempuh jarak sekitar 2 km
lagi untuk mencapai tujuan. Objek wisata ini dikatakan objek wisata
alternatif karena sebenarnya fungsi utama dan ujuan dibangunnya bukanlah untuk
tempat wisata. Namun karena berpotensi untuk menjadi daya tarik wisatawan maka
fasilitas ini dibuka untuk umum sebagai tempat tujuan rekreasi. Waduk ini
bahkan pernah dijadikan lokasi pertandingan dayung skala nasional.
Waduk Manggar memiliki fungsi utama sebagai sumber air bersih bagi sekitar 1 juta orang penduduk Balikpapan. Dinamakan demikian karena waduk ini memiliki aliran air yang bersatu dengan aliran Sungai Manggar di Batakan. Fungsi waduk ini sangat vital karena warga Balikpapan akan kesulitan air bersih apabila waduk sedang kering atau volume airnya berkurang drastis.
Pepohonan rindang di sekeliling Waduk Manggar
Kami agak khawatir akan hujan karena langit sudah mendung. Sesampainya di sana hujan memang sudah turun, tapi masih gerimis. Kami dituntun untuk berteduh di sebuah Rumah Lamin (rumah adat panggung Kalimantan Timur yang terbuat dari kayu). Di atas lantai kayu rumah ini juga Kami menikmati santap siang dan menunaikan ibadah Shalat Dzuhur.
Selain
Rumah Lamin, Waduk Manggar memiliki beberapa fasilitas penunjang lain yakni
arena softgun dan permainan-permainan outbound. Karenanya banyak komunitas,
korporasi maupun perseorangan yang menggunakan tempat ini sebagai lokasi gathering, main games dan aktivitas untuk mempererat team bonding. Ada satu peringatan yang benar-benar harus dicermati
oleh seluruh pengunjung: ‘Jangan Berenang di Waduk’. Alasannya tidak hanya
karena merupakan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga, namun juga karena
waduk ini merupakan habitat bagi banyak spesies hewan khas Kalimantan.
Foto dari instagram @d7e_ferd
Di
area parkiran waduk ini para perta JB Vol 4 bermain beberapa games yang seru. Kami
dibagi menjadi 8 kelompok (terdiri dari 8-9 orang). Setiap kelompok harus
memberikan nama kelompoknya berdasarkan nama gunung yang ada di Balikpapan.
Kelompok Kami, kelompok 7, memilih Gunung Bahagia sebagai sebutan kelompok Kami.
Mbak Novita (Putri Indonesia
Kalimantan Timur 2016) terpilih menjadi LO tim Kami.
Ada tiga games yang dimainkan. Games pertama adalah estafet hola hoop. Seluruh anggota tim berbaris lurus dengan bergandengan tangan. Sebuah lingkaran hola hoop harus berhasil dipindahkan dari orang yang terdepan ke orang terakhir dan kemudian LO bertugas meletakkan hola hoop tadi ke posisi semula di barisan depan. Kecepatan dan ketangkasan dibutuhkan untuk menaklukan permaian ini. Game ini sempat diulang hingga 3 kali karena sulitnya menentukan kelompok yang jadi juara. Pun begitu, kelompok Kami berbahagia karena dapat mengantongi juara 3.
Permainan selanjutnya dinamakan ‘Kainku Kainmu’. Setiap kelompok akan diberikan 2 lembar kain dengan ukuran kurang lebih 20 x 60 cm. Seluruh anggota tim harus muat di dalam satu kain. Dan kain lainnya digunakan untuk berpindah tempat. Berjalan di atas kain dilakukan hingga mencapai garis finish. Hal yang menarik adalah anggota kelompok Kami besar-besar, mungkin karena besar jadi bahagia. Semuanya dipaksa harus masuk semua dalam kain kecil yang disediakan. Posisinya sudah amburadul sekali. Bahkan Kami hingga lepas sepatu dan saling injak-menginjak Kami. Untuk menjaga agar tetap ada dalam kain, semua anggota tim berpelukan dengan kencang; sampe pengap susah napas, haha. Kontras dengan tim sebelah yang 2 orang anggotanya anak-anak kecil.
Beragam ekspresi
peserta ketika berdesakan dalam satu kain sempit
Gambar
dari instagram @fdwb_bpn
Game
ketiga adalah MUA: Make Up Artis. Cara bermainnya adalah satu orang pria dari
setiap kelompok akan jadi korban didandani make up ala cewek. Anggota lain yang
bertugas mendadani ditutup matanya dan satu orang lainnya akan memberikan
arahan. Hanya 3 orang yang bermain pada tantangan ketiga. Rafi merelakan
wajahnya untuk dirias, Mas Ken dengan semangat memilih untuk menjadi tukang
dandan dan Mbak Figi rela memberikan arahan. Tiga menit adalah waktu yang
disediakan panitia untuk menyulap wajah sang korban menjadi cantik ;).
Buka
salon mendadak di Waduk Manggar
Gambar
dari instagram @fdwb_bpn
Di
awal panitia mengatakan akan ada 5 permainan, namun setelah game ketiga peserta
dimobilisasi menuju bis untuk jalan menuju destinasi selanjutnya. Mungkin karena
keterbatasan waktu mengingat kala itu waktu telah menunjukkan pukul 15 WITA
kurang. Ekspektasi awal Saya pribadi adalah akan ada acara basah-basahan di
waduk karena panitia menghimbau peserta untuk membawa baju ganti. Sayangnya
memang tidak dapat berenang di Waduk Manggar. Walaupun begitu Kami tetap
menikmati rangkaian permainan yang membuat peserta saling kenal dan lebih
akrab.
- Mahavihara Buddha Manggala
Destinasi
terakhir adalah Vihara yang terletak di Jl. MT Haryono. Perjalanan memakan
waktu sekitar setengah jam. Agar tak bosan, para tour guide masih ada ide untuk memberikan tantangan. Salah satu
permainannya adalah dua orang berdiri berhadapan di koridor bis. Seorang
menyanyikan lagu Burung Kakak Tua dan yang lainnya diminta melantunkan lagu
Topi Saya Bundar secara bersamaan. Keduanya harus bernyanyi dengan suara
nyaring. Karena kedua lagu tersebut nadanya sama, kalau gak konsentrasi ya
pasti liriknya terbelit belit.
Ketika
Kami tiba, bis parkir di turunan dekat jalan masuk ke areal vihara. Agak mengkhawatirkan
karena sudut kemiringan yang cukup curam. Terlebih dahulu Kami diberikan
briefing awal sebelum masuk untuk menggunakan pakaian yang sopan (celana
panjang), menjaga sikap dan perilaku, serta tidak merusak fasilitas yang
ada.
Vihara
yang terletak di dekat RSUD Kanujoso Djatiwibowo ini sejatinya difungsikan
sebagai rumah ibadah umat Buddha. Namun karena artisektur bagunan dan pagoda
yang unik, banyak turis datang ke tempat ini untuk berwisata. Di hari raya umat Buddha, Vihara ini sangat
ramai dikunjungi orang yang beribadah.
Tinggi
bangunan Candi Kuning, yang merupakan bangunan paling mencolok di pelataran
vihara ini, adalah setinggi 12.5 m. Arsitektur candi ini merupakan asimilasi
dari desain candi di Thailand, Myanmar dan Indonesia sendiri. Di depannya
berdiri tegak patung standing Buddha denggan
tinggi 9 m. Pada awal dibangunnya, candi tersebut berwarna
putih. Pada tahun 2012 dilapisi cat emas. Warna ini dipilih karena filosofi
emas yang melambangkan kemurnian dan kualitas yang baik. Di dalam candi
tersebut terdapat 1000 rupang (patung) Buddha seukuran manusia biasa yang
terbuat dari kuningan. Terdapat juga bagian tubuh Buddha yang dikirim dari
India. Ruangan ini dibuka hanya ketika hari-hari tertentu dan hanya bikku yang
dapat masuk ke dalamnya.
Candi Kuning di Vihara Wiyata Manggala
Di belakang Candi Kuning terdapat Stupa
Manggala Nibana. Desainnya diadaptasi dari stupa yang ada di Candi Borobudur.
Batu untuk membangunnya pun sama dengan batu di Candi Borobudur, yakni batu
candi merapi. Area di sekitar stupa sering digunakan untuk meditasi malam.
Terdapat kolam yang berisikan banyak kura-kura.
Hewan tersebut memiliki filosofi umur yang panjang. Di sisi timur candi
terdapat ruangan Upposatta. Ruangan ini merupakan tempat beribadah para bikku
yang biasanya dilakukan ketika bulan terang (bulan purnama) dan bulan gelap
(bulan mati).
Stupa yang mengacu pada desain Candi
Borobudur
Foto
bareng seluruh peserta bersama patung Buddha Tidur
Gambar
dari instagram @fdwb_bpn
Informasi
dari pemandu vihara tersebut sangat lengkap dan menambah wawasan, termasuk bagi
orang di luar agama Buddha sekalipun. Beliau sempat menjelaskan mengenai
kekeliruan presepsi masyarakat antara Vihara dan Klenteng. Jika vihara
merupakan rumah ibadah penganut ajaran Buddha, klenteng lebih ke tempat ibadah
Tionghoa dengan dewa-dewa yang khas Tiongkok. Vihara ini sering juga dikunjungi beragam komunitas dan sekolah dalam
rangka pendidikan. Karena di sini tidak hanya ajaran Buddha yang diceritakan
namun juga banyak wawasan baru mengenai sejarah, arsitektur dan seni.
Rangkaian
acara Jelajah Balikpapan ditutup dengan pembagian hadiah untuk masing-masing
kelompok. Gunung Bahagia lebih bahagia lagi karena memenangkan kategori
kelompok terkreatif. Kayaknya semua kelompok dapat juara juga deh.
Cemilan-cemilan hasil hadiahnya langsung habis diserbu bahkan sebelum naik bis
kembali. Akhirnya Kami tiba di kantor walikota kembali sekitar pukul 17 WITA.
Tentunya dengan membawa kenangan dan cerita untuk dibagikan.
Sesi
foto dan pembagian hadiah
Gambar
dari instagram @fdwb_bpn
Terima
kasih banyak kepada panitia, Forum Duta Wisata Manuntung Balikpapan dan
disporabudpar yang telah meng-arrange
acara yang seru ini. Kita dapat refreshing sambil lebih mengenal potensi
pariwisata Balikpapan. Kalo ada kesempatan buat ikut acara Jelajah Balikpapan
Volume 5, in sya Allah mau akan daftar lagi!
Sebelum
pulang menyempatkan diri dulu foto dengan #WeLoveBalikpapan di depan kantor
walikota.
Karena #everyoneistouristambassador
Karena #everyoneistouristambassador
Update 7 Juni 2016:
Panitia mengadakan lomba foto kegiatan di
instagram dengan menggunakan hashtag #JelajahBalikpapanVol4. Kalau kita mau
lihat dokumentasinya trip ini lebih banyak, silakan cari di intagram dengan
tagar tersebut. Banyak foto-foto menarik yang menggambarkan keseruan dan
keceriaan selama perjalanan di Balikpapan itu. Bisa juga follow instagram
@fdwp_bpn untuk dapat informasi lebih lanjut kalau ada trip semacam ini lagi,
Alhamdulillah salah satu foto yang Saya upload didaulat sebagai foto terbaik.
Semoga dapat belajar lebih banyak lagi soal fotografi dan dapat mengedukasi
lebih banyak lagi mengenai tempat-tempat wisata di Indonesia.
Pemenang Foto Terbaik
Teman sebangku Saya duduk di bis, yang
juga baru kenal saat acara ini, memenangkan nominasi kategori Sang Penjelajah. Foto-fotonya
mengabadikan hal-hal kecil yang menarik namun sering kita lewatkan ketika
jalan-jalan. Fotonya bagus-bagus padahal cuma pake kamera HP biasa lho! Kalo
mau lihat foto-foto lainnya bisa di-follow Instagram @fajarfayfae. Selamat
kepada Mas Fajar (Fae) atas kemenangannya. Teruslah berkarya!
Terima kasih untuk kontribusinya yaaa
BalasHapusSelamat juga Sudah dapat Poto terbaik :)
See you in the next JeBe yaaaa
Terima kasih juga, ka Agung yang udah ngajarin bahasa-bahasa isyarat :D
HapusTerima kasih sudah berpartisipasi....
BalasHapusMy JB my Adventure!!!
#WeLoveBalikpapan
Makasih juga, Ka Jeffri. Fotonya yang tulisan JB izin diposting di sini yaa.
HapusTerima kasih sudah berpartisipasi....
BalasHapusMy JB my Adventure!!!
#WeLoveBalikpapan
terima kasih mas adit, kami tunggu di jelajah balikpapan berikutnya ya
BalasHapusSiaap! Kalo ada kesempatan mau banget ikut JB Vol 5, kak Nurgie.
HapusMakasih yaa
Makasih kak Aditya... Telah berpartisipasi JB vol 4. Kami tunggu di jelajah Balikpapan Vol 5 yaaa ....
BalasHapusMakasih kembali ka Tiara. :)
HapusWaaaaa... Keren!!
BalasHapusJd ini kah alesannya kemaren bawa catetan kemana".. Hmmm.. Good job bro!!
Waaaaa... Keren!!
BalasHapusJd ini kah alesannya kemaren bawa catetan kemana".. Hmmm.. Good job bro!!
Iyaa, Hani. Bawa catetan iseng iseng buat nulis. Kalo nulis di HP seringkali pas butuh baterainya gak mendukung, hehe
HapusMerci beaucoup monsieur.
BalasHapusDitunggu ya partisipasi di JB selanjutnya. Hehe
De Rien, Mas Ojan. Makasih juga informasi dan ceritanya selama jadi Tour Guide di Bis kami yaa
Hapus