Impian warga Balikpapan untuk memiliki tempat
memamerkan koleksi sejarah dan benda-benda antik agaknya terjawab setelah
museum pertama di Balikpapan diresmikan pada awal bulan Juni ini. Museum yang
berlokasi di daerah Dahor ini dinamakan Dahor Heritage. Daerah
Dahor berada di antara pasar Pandan Sari dan Hotel Blue Sky Balikpapan. Sebagian
warga lokal menyebut daerah ini sebagai rumah Belanda. Alasannya mungkin karena
ada beberapa rumah peninggalan Belanda yang berjejer sepanjang daerah ini. Memang
belum ada palang ataupun tanda yang menandakan lokasi museum ini, tapi lokasi
yang dijadikan museum dapat dilihat dari rumah panggung yang paling ramai
dikunjungi.
Logo Museum Dahor yang Baru
Museum Dahor sedang
menggelar pameran foto kota Balikpapan di masa lalu. Hari Sabtu, 18 Juni 2016
sewaktu Kami berkunjung, kebetulan merupakan hari terakhir pameran tersebut.
Sekitar pukul 13 WITA, Saya, Mas Taufiq (Al-Taufiq Arifin) dan Mas Malik
(Abdullah L. Malik) menambatkan motor di
halaman parkir museum tersebut.
Museum yang baru buka itu terlihat masih sepi,
hanya 4 buah motor yang terparkir. Belum ada palang atau penanda khusus yang
menunjukkan lokasi museum. Papan yang menunjukkan dimana loket, jam operasional
museum atau display informasi koleksi nampaknya masih absen. Kami memutuskan
untuk naik dan masuk ke bangunan rumah panggung tersebut. Hingga saat ini,
biaya administrasi untuk masuk museum masih gratis.
Tampak Depan Museum yang Sederhana
Begitu masuk, kami berada di ruangan tamu dengan
kursi dan meja berukiran khas Kalimantan, tidak ada siapa yang menyambut kami
ketika itu. Dengan inisiatif kami mengisi buktu tamu yang terbuka di atas meja.
Atraksi utama pada museum saat itu adalah pameran foto sejarah Balikpapan yang
dipamerkan pada partisi-partisi di ruangan museum. Kami bertemu dengan Abah
dari KCB (Komunitas Cinta Balikpapan) and Mbak Ocha (Rosalina) dari komunitas
Balikpapan Tempo Doeloe yang banyak memberikan informasi mengenai museum dan
sejarah Balikpapan yang menarik.
Museum ini digagas
oleh 22 komunitas di kota Balikpapan. Latar belakangnya adalah karena kota ini
belum memiliki museum sendiri. Dahulu, tempat wisata yang dikunjungi di
Balikpapan biasanya hanya hutan atau pantai, belum ada media pembelajaran
sejarah atau tempat yang memajang hasil kerajinan dan kesenian. Melihat peluang
ada terdapat rumah-rumah di kompleks pertamina yang kosong, beberapa perwakilan
komunitas berdiskusi dengan pihak pertamina untuk meminta persetujuan
pemanfaatan fasilitas tersebut. Gayung bersambut, ada sembilan buah rumah
peninggalan belanda, yang juga merupakan cagar budaya, yang diperbolehkan untuk
ditransformasi menjadi museum. Saat ini baru satu rumah yang dijadikan museum.
Koleksinya pun masih terbatas, hanya foto sejarah kota. Rencananya di museum
lain akan dipajang koleksi benda seni, budaya, barang-barang antik, kegiatan
pengolahan minyak dan dokumentasi aktivitas di Balikpapan. Katanya sudah banyak
kurator yang berminat menyumbangkan atau menitipkan koleksinya sebagai benda
pajangan.
Rumah panggung tersebut
berupa rumah satu lantai dengan empat kamar di dalamnya. Dinding tebal,
langi-langit tinggi serta jendela yang besar, arsitektur khas Belanda, terlihat
mendominasi bangunan tersebut. Rangkaian listrik di sana masih dijaga sesuai
aslinya, kabel-kabel tidak ditanam di dinding. Kayu yang menjadi rangka utama
rumah tersebut adalah kayu ulin Belanda (demikian orang sini menyebutnya) yang
tebal dan kokoh. Balok kayu yang menjadi
pondasi rumah panggung terbuat dari kayu yang berukuran 20 x 20 cm, terlihat
kuat menopang. Sebagai komparasi, struktur kayu penyangga yang biasa digunakan sekarang biasanya hanya
berukuran 8 x 8 cm. Awalnya rumah ini didirikan oleh perusahaan minyak Belanda
sebagai tempat tinggal orang Belanda yang mengelola Bataafsche Petroleum
Maatchappij (BPM). Pemilihan material
yang baik mungkin adalah salah satu alasan mengapa bangunan masih berdiri kokoh
hingga saat ini.
Aksitektur Khas Belanda di Interior Museum
Bau cat masih
tercium samar-samar. Ketika akan dibuka untuk umum sebagai museum, bagunan ini
terlebih dahulu dipugar. Dinding, pagar dan atap dicat hijau. Lantai dan pilar
kayu dipelitur. Parit untuk aliran air di sekeliling rumah digali kembali agar
sistem pembuangan lancar. Terdapat juga bangunan satelit di sebelah utara rumah
yang rencananya akan difungsikan sebagai ruangan sekretariat dan kepengurus
museum. Pada bangunan satelit tersebut juga akan dibuat pusat informasi dan
toilet untuk pengunjung.
Koleksi foto yang
ditampilkan mulai dari ketika industri minyak dikembangkan di Balikpapan hingga
perebutan penguasaan kota sumber minyak yang strategis ini di perang
Asia-Pasifik.
Kilang Minyak yang Bersebelahan dengan Pelabuhan Semayang
Foto-foto tersebut
tertata tapi di partisi-partisi yang ada di setiap ruangan. Pemasangan partisi
pameran dimaksudkan untuk mencegah kerusakan dinding dengan tidak memasang paku
atau menembel gambar pada temboknya. Setiap foto memiliki sumbernya. Beberapa
foto diperoleh dari pemerintah Australia dan Belanda. Hanya Jepang yang tidak
berkenan membagikan dokumentasinya tentang Balikpapan.
Beberapa koleksi yang
menarik antara lain gambar kilang minyak yang pertama kali di Balikpapan. Kilang tersebut terlihat
sederhana jika dibandingkan unit pengolahan Pertamina sekarang. Dahulu masih ada trem yang beroperasi. Fungsi utamanya adalah sarana transportasi bagi pekerja-pekerja BPN. Lintasannya membentang dari pelabuhan hingga daerah Klandasan.
Gambaran Kilang Minyak BPM di Masa Awal Penambangannya
Sumur minyak pertama di Balikpapan dikelola oleh
sebuah kongsi dagang bernama De Bataafsche Petroleum Masatshappij , atau sering
disebut BPM. Potensi minyak yang besar ditemukan oleh Jacobus Hubertus Manten (1833 - 1920). Pembangunan BPM didanai oleh investor Sir Marcus Samuel (1853 - 1927). Izin konsesi penambangan dan pengolahan minyak di Kota Balikpapan yang masih masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara diberikan oleh sang raja langsung, Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1838 - 1899).
Kanan ke Kiri: Jacobus H.M, Sir Marcus S., Sultan A.M.S
Anekdotnya: Yang Menemukan, Yang Membiayai, Yang Menjual
Ada juga peta yang
menggambarkan kekuatan serdadu negeri matahari terbit di Balikpapan. Sebelum
melakukan invasi untuk merebut Balikpapan dari kuasa Jepang, sekutu terlebih
dahulu memetakan basis tentara Jepang di kota ini, mulai dari posisi meriam, camp tentara, gudang persenjataan,
parkir kendaraan tempur, dsb. Sekutu meminta bantuan kepada pribumi yang
tinggal di Samboja untuk menjadi mata-mata dan melaporkan hasilnya kepada
sekutu. Peta tersebut yang menjadi acuan saat sekutu akan menggempur Jepang di
tahun 1945.
Titik Merah pada Peta Menggambarkan Kekuatan Militer Jepang
Terlebih dahulu konsentrasi perang Jepang di Balikpapan dilumpuhkan
dengan bombardir oleh armada udara Australia. Lebih dari 5 ton bahan peledak
dijatuhkan ke Balikpapan oleh resimen 307 Australia selama 2 minggu, pemboman
terlama selama perang Asia Pasifik. Pesawat-pesawat tempur sekutu terlihat tak
ada habisnya berseliweran di langit Balikpapan. Namun ketika itu tidak ada
korban jiwa dari orang pribumi. Melalui mata-mata tersebut warga pribumi di
Balikpapan dihimbau untuk mengungsi ke seberang (Penajam) atau ke arah kilo.
Serangan besar-besaran ini yang menjawab mengapa Balikpapan tidak memiliki
banyak bangunan tua.
Pendaratan Serdadu Sekutu Setelah Membombardir Balikpapan
Salah satu jagoan
tempur milik Jepang saat itu berupa meriam jarak jauh dengan panjang 9 m dan
diameter 55 cm. Meriam tersebut terletak di atas bukit di daerah Markoni (dekat
Café Puncak dan Vihara). Berada di tempat yang tinggi dan tidak terhalang
bangunan apapun, meriam dapat menggempur kapal perang dan armada laut yang
mendekati garis pantai Balikpapan. Meriam milik Kaigun (angkatan laut Jepang)
itu diproduksi tahun 1935 di Yokohama dan diterbangkan ke Balikpapan pada bulan
Maret 1942. Meriam
dengan berat puluhan ton tersebut diangkat oleh romusha-romusha ke atas bukit
Markoni.
Kilang Minyak yang Terbakar Saat Sekutu Menggempur Jepang pada Tahun 1945
Cerita lain yang
menarik adalah gua-gua yang dibangun pada masa pendudukan Jepang. Fungsi awal
terowongan ini adalah untuk pengungsian dan tempat bertahan hidup sementara.
Terowongan-terowongan itu ada saling menyambung. Beberapa diantaranya berada di
kawasan kompleks Pertamina Gn. Dubbs dan Jalan Minyak (dekat tempat unit
pengolahan Pertamina). Tipikal goa
Jepang, lorong dibuat berliku-liku menyerupai labirin agar tentara Jepang yang
bersembunyi tidak mudah ditemukan. Penggalian terowongan dilakukan oleh
romusha-romusha yang merupakan warga pribumi. Banyak yang gugur ditengah-tengah
konstruksi gua.
Abah mengisahkan
pernah memasuki salah satu gua Jepang di
Gunung Sepuluh. Struktur gua jepang biasanya adalah gunung atau bukit yang
diceruk dan digali parit, kemudian ditopang dengan plat logam atau tiang di
sisi kanan-kiri serta atap untuk menguatkan. Setiap sekitar 10 meter terdapat
pipa yang tembus ke atas tanah, fungsinya adalah sebagai ventilasi udara. Ketika memasuki gua, kita kan memasuki
lorong sempit yang berujung pada lobby yang ukurannya lebih besar. Di setiap
lobby biasanya ada drum berisi air. Kemudian lobby tersebut bercabang menjadi
tiga buah lorong. Jika kita meneruskan perjalanan lewat sebuah lorong maka akan
berujung pada ruangan seperti lobby juga. Di beberapa titik tinggi terowongan
terbatas sehingga orang yang melewatinya harus merangkak. Karena hari menjelang
maghrib jadi penjelajahan Abah di sana tidak menyeluruh.
Gambaran Teluk Balikpapan dan Kilang Minyak Setelah Dibangun Kembali
Menurut penuturan
Mbak Ocha, sekitar tahun 1960-an pernah ada dua orang Jepang yang keluar dari
salah satu Gua. Penampilan mereka sudah acak-acakan dan tidak terawat. Semua
orang bingung bagaimana mereka dapat bertahan hidup selama lebih dari 15 tahun
sejak tentara Jepang yang lainnya hengkang dari kota ini. Ada tiga hipotesis
yang populer: (1) mereka memakan rekan-rekannya, awalanya banyak yang
bersembunyi di gua dan hanya tersisa dua orang , (2) mereka bertahan hidup
dengan memakan ular dan hewan lainnya yang berhabitat di dalam gua, atau (3)
mereka keluar untuk mencari makan di malam hari. Ketika malam, keadaan sepi
sehingga mungkin mereka tidak tahu bahwa keadaan sudah aman atau belum.
Sayangnya mayoritas mulut gua telah ditutup permanen. Alasannya selain karena
bahaya hewan buas (seperti ular misalnya), seringkali gua digunakan sebagai
tempat pacaran atau uji nyali.
Tugu Australia, untuk Memperingati 270 Tentara Australia yang Tewas Ketika Perebutan kota Balikpapan Tahun 1945
Di lobby museum,
kami juga berjumpa dengan Mbak Tari, Mbak Yusna dan Mbak Noni yang juga
terlibat dalam inisiasi museum Dahor. Kami mendapatkan informasi lebih banyak
lagi mengenai kota Balikpapan dan aktivitas komunitasnya. Saya terperanggah
dengan cerita mengapa mental warga Balikpapan sudah terdidik untuk berperilaku
hidup bersih. Bahkan ada anekdot jika ada yang buang sampah sembarang adalah
stereotipe bukan orang Balikpapan. Suatu ketika ada mobil yang sedang melaju
dan membuang sampai begitu Saya ke jalan raya, pengendara motor ada yang
mengejarnya dan tak segan untuk memperingatkannya. Ini sudah bukan tahap
mengendalikan diri sendiri, tapi sudah pada posisi mengajak orang lain ke arah
perubahan yang lebih baik.
Dua Buku Mengenai Sejarah Balikpapan dari Kelas Balikpapan Mengajar
Ada dua cerita menarik yang Saya dapatkan dari Mbak Yusna. Pertama adalah fakta
bahwa Petugas Kebersihan resmi dari Dinas Kebersihan dan Pertamannan kota
Balikpapan rutin mendapatkan suntikan (saya kurang tau apa yang diinjeksikan)
untuk menjaga daya tahan tubuh dan imunitas mereka. Para pekerja yang
sehari-hari berinteraksi dengan sampah dan sumber penyakit sudah sepantasnya
mendapatkan proteksi lebih agar dapat tetap sehat. Perihal kesejahteraan mereka
ternyata sangat diperhatikan. Selanjutnya adalah cerita dari kegiatan Kelas
Inspirasi ke-2 di Balikpapan. Ketika ditanya mengenai cita-cita ada salah satu
murid yang mengatakan dengan semagat bahwa ia ingin berprofesi sebagai tukang
sampah. Dari sisi materi mungkin tidak seberapa. Namun dari sisi manfaat,
profesi petugas kebersihan dipandang sebagai figur orang yang berjasa bagi
anak-anak hingga ada yang ingin menjadi sosok tersebut, mirip seperti profesi
pemadam kebakaran.
Diskusi Sejarah di Lobby Museum
Gambar dari dokumentasi Al-Taufiq Arifin
Modifikasi rumah Dahor
1 ini menjadi perintis museum yang ada di Balikpapan. Saya pribadi yakin bahwa
pengembangan museum lainnya akan didukung oleh antusiasme warga dan museum ini
dapat menjadi destinasi wisata unggulan kota Balikpapan.
Dukungan Warga Balikpapan untuk Mengembangkan Museum
Mas Adit... masih ingat ngak sama aku ? Nila...
BalasHapusAku buat artikel ttg Dahor juga, tp masih minim banget. Masih belajar. Cek yah di http://kalimantantourguide.com/news/dahor-heritage-balikpapan/
Halo Mbak Nilaa, maaf baru baca. Hehehe
BalasHapusMasih inget dong Mbak. Artikelnya menarik ya, jadi wisatawan mancanegara juga bisa baca cerita tentang museumnya. Nampaknya pengguna jasa tur Mbak Nila mayoritas wisman nih, :D