Di perusahaan-perusahaan yang membuka
program Management Trainee (MT) /Management Development Program (MDP)
atau program akselerasi karir profesional lainnya, terdapat sesi Focus Group Discussion (FGD) sebagai
salah satu tahapan seleksi. Pada sesi ini, sekelompok peserta seleksi yang
terdiri dari 6 s/d 12 orang dikumpulkan, dan diminta untuk mendiskusikan suatu topik
permasalahan yang spesifik. Durasinya bervariasi antara 20 menit hingga satu
jam. Pengalaman saya mengikuti seleksi FGD, kasus yang dibahas beragam, mulai
dari penentuan strategi bisnis perusahaan, rekomendasi untuk memecahkan masalah
yang dihadapi perusahaan, hingga perihal kebijakan meningkatkan vaksinasi dan
donor darah berbayar.
FGD sendiri bertujuan untuk
menilai beberapa kemampuan dasar dari para kandidat karyawan. Beberapa hal yang
diamati oleh pengawas FGD dalam mengamati peserta seperti inisiatif, etika
diskusi, kerja sama tim, kemampuan mensintesis ide, kemampuan mengarahkan alur
diskusi dan kepekaan terhadap anggota kelompok. Berdasarkan pengalaman saya di
bagian Human Resouce (HR) Untuk
beberapa soft skill, akan lebih mudah
terlihat dari interaksi langsung dengan orang lain, dibandingkan hanya melalui
wawancara. Karena dalam perusahaan karyawan biasanya akan bekerja dalam tim
dengan intensitas yang tinggi, maka seleksi FGD diperlukan salah satunya untuk
mengetahui kemampuan kandidat untuk bekerja di dalam tim.
Berdasarkan survei singkat yang
saya lakukan terhadap peserta tes, hampir 80% kandidat menjadwab ketakutan
terbesar mereka ketika menghadapi tes jenis FGD adalah takut tidak menguasai
topiknya, sehingga ketika diskusi khawatir tidak dapat berbicara dan
mengungkapkan ide dengan lancar. Tulisan ini bertujuan memberikan 3 tips ampuh
agar berani dan yakin dalam menghadapi setiap jenis FGD, tidak peduli apapun
topik yang akan dikeluarkan.
1. PEST
Analysis
Teknik analisis
PEST (Political-Environment-Social-Technology)
biasanya digunakan dalam menganalisis lingkungan eksternal sebuah organisasi.
Dalam kasus FGD implementasinya adalah dengan mencoba mengusulkan solusi dari
sebuah permasalahan dari segi politik, lingkungan alam, sosial, dan teknologi
atau dari semuanya sekaligus. Walaupun kita tidak paham topiknya, namun kita
bisa tetap mengusulkan solusi-solusi yang umum dari keempat domain tersebut.
Sebagai contoh apabil kita mendapatkan kasus FGD perihal ‘tingkat vaksinasi
yang rendah di suatu daerah karena gerakan antivaksin’. Salah satu solusi yang
dapat kita ajukan dari segi sosial adalah dengan mengadakan penyuluhan mengenai
bahaya virus dan manfaat vaksin yang benar. Atau jika ingin memulai dari sisi
teknologi, kita dapat keluar dengan ide bahwa salah satu penyebab gerakank
antivaksin adalah karena bahan yang digunakan ada yang bersumber dari bahan
baku yang tidak halal. Maka solusinya adalah dengan meneliti dan mengembangkan
jenis vaksin yang terbuat dari bahan-bahan yang aman dan halal namun dengan
kualitas yang sama atau lebih baik. Selanjutnya tinggal elaborasi pendapat kita
dengan argumen-argumen pendukung.
2.
Root-Cause
Analysis
Teknik ini cocok
untuk digunakan apabila kita bukan menjadi orang yang paling pertama berbicara.
Pada umumnya dalam aktivitas FGD para peserta langsung keluar dengan
solusi-solusi yang brilian untuk memecahkan masalah. Jangan minder, dan gunakan
teknik analisis akar masalah. Ketika giliran kamu untuk bicara, dapatkan
perhatian dari seluruh peserta diskusi dengan mengatakan bahwa kita
mengapresiasi pendapat-pendapat dari para peserta lain yang sangat bagus. Namun
akan lebih penting apabila kita menemukan akar permasalahan terlebih dahulu.
Dengan menemukan akar masalah, solusi yang disampaikan pun dapat tebih efektif
dan tepat sasaran.
Ibaratnya jika ada seorang pasien yang menderita
pusing setiap hari dan ia rutin mengkonsumsi obat sakit kepala. Setelah minum
obat sakitnya berkurang, namun masih sering muncul. Ternyata setelah diselidiki
sakit kepala yang dideritanya disebabkan oleh asam lambung yang kumat. Walaupun
ia sering mengonsumsi obat sakit kepala, wajar saja jika sakitnya terus kembali
karena yang diselesaikan bukan akar masalahnya (root cause), melainkan sakit kepala tersebut hanya berupa gejala (symptomp).
Untuk penggunaannya dalam FGD, kamu juga bisa
menyertakan analogi symptomp-root cause seperti
di atas untuk lebih menekankan mengenai pentingnya menemukan akar masalah
terlebih dahulu sebelum menyepakati solusi. Biasanya [eserta lain akan
mengangguk-ngangguk tanda setuju. Selanjutnya biarlah lempar ke forum untuk
menggali akar masalahnya, jadi kita tidak perlu keluar dengan akar masalah
tersebut sendiri
Mirip dengan
teknik nomor 2, jurus ini cocok dikeluarkan apabila sudah ada beberapa peserta
yang bicara sebelum kamu dan masing-masing punya solusi yang cerdas. Tetap
tenang dan yakinkan forum dengan menggunakan teknik time series ini. Cara menggunakannya adalah dengan terlebih dahulu
mengatakan bahwa sumber daya kita terbatas, baik dari segi sumber daya manusia,
peralatan, maupun waktu. Untuk itu, alternatif cara penyelesaian masalah yang
telah diungkapkan dapat dibagi menjadi 3 waktu implementasi. Solusi yang urgent dapat disarankan untuk masuk ke
solusi jangka pendek (short-term solution).
Sedangkan solusi yang dirasa akan membutuhkan sumber daya yang lebih besar atau
butuh jangka waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan bisa ditempatkan pada
solusi jangka menengah (mid-term solution)
atau (long-term solution).
Sebagai contoh,
dalam kasus FGD untuk menyelesaikan masalah zonasi sekolah di kota-kota besar
untuk prioritas siswa yang masuk sekolah berdasarkan tempat tinggalnya, apabila
kita tidak ada latar belakang pendidikan atau tidak dekat dengan aktivitas
pendidikan dasar mungkin kita akan kebingungan untuk mengeluarkan solusi.
Ketika sudah mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, kita bisa
menggunakan pendapat-pendapat orang sebelumnya untuk dijadikan solusi yang
komprehensif. Misalkan kita bisa masukkan pendapat yang menyarankan untuk
memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas untuk guru ke dalam solusi
jangka pendek serta saran untuk perbaikan infrastruktur sekolah dalam solusi
jangka panjang.
Untuk menggunakan
teknik ini, kita tidak perlu menggunakan ketika jenjang waktu (short, mid, & long term), namun bisa
jadi hanya dua saja (short & long
term). Akan lebih elegan apabila setelah kita mengklasifikasikan solusi,
kita juga menambahkan pendapat kita untuk mengisi kekurangan yang belum ada.
Misalkan dalam kasus di atas, kita dapat mengusulkan pemerintah untuk
mengeluarkan regulasi yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam solusi mid term. Perihal bagaimana jenis
regulasinya, itu perihal belakangan.
Teknik-teknik ini dapat digunakan
untuk setiap jenis FGD, di tahap rektument perusahaan dari seluruh tipe
industri, hingga LGD (Leaderless Group
Discussion) seperti seleksi beasiswa LPDP. Dengan menggunakan 3 jurus ampuh
di atas, mulai sekarang kita tidak akan khawatir tidak menguasai topiknya lagi
apabila akan menghadapi FGD.
Komentar
Posting Komentar